Ngaji Kitab Bidayah al-Hidayah (1)

September 21, 2023 - 00:46
Ngaji Kitab Bidayah al-Hidayah (1)

Kitab Bidayahal-Hidayah. Kitab ini adalah risalah mendapatkan petunjuk. Ditulis oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali at-Thusi, lahir di kota Thus didekat kota Masyhad Iran, lahir pada tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111 M. Imam al-Ghazali mendapatkan gelar Hujjjatul Islam yakni sang pembela Islam karena ketinggian akhlaknya dan kedalaman ilmunya. Kitab Bidayah al-Hidayahh ini sebagai modul perkenalan untuk mendalami kitab Ihya Ulumidddin.

Kajian kitab Bidayah al-Hidayah di Pondok Pesantren al-Rabbani Islamic College asuhan Dr. KH. Ali M. Abdillah ini diijazahi langsung oleh ulama Sufi asal Damaskus yakni Syeikh Yasir al-Qadhmani. Syeikh Yasir menyarankan untuk mengkaji kitab Bidayah al-Hidayah dan Ihya Ulumiddin. Karena tujuan dari Imam al-Ghazali saat menulis kitab ini jelas. Yakni sebagai panduan menuju Allah Taala. Maka bagi para Salik pemula dianjurkaan untuk mempelajari kitab ini agar mendapatkan pemahaman yang utuh dan dasar pengetahuan yang kokoh. Sebab bila Salik yang dasar pemahamannya belum kokoh akan mudah tergelincir oleh godaan hawa nafsu sehingga sulit mencapai tujuan utama.

Setelah mempelajari kitab Bidayah al-Hidayah ini insyaallah Salik dapat mengamalkan ilmu Tasawuf dengan tertib. Sebagaimaana dawuh Ulama Muhaqqiqin bahwa pratik syaruat, hakikat dan makrifat dapat diamalkan sekaligus tanpa dipilah-pilah. Sering kali terjadi, seorang yang mengaku mempelajari ilmu Hakikat hanya mempraktikkan hakikatnya saja dan meninggalkan syariat, tentu ini keliru. Dan orang yang hanya mengamalkan syariat tanpa hakikat tidak dapat merasakan nikmat dalam beribadah.

Di Mukamddimah, Imam al-Ghazali menuliskan kalimat  بسم الله الرحمن الرحيم . Dalam tradisi ulama salaf saat menulis kitab pasti diawali dengan menulis kalimat بسم الله. Penulisan ini bukan tanpa alasan. Sebab bila diurai, kalimat  بسم الله  memiliki makna yang dalam.

بسم الله terdiri dari huruf ب kata اسم dan الله. Jika dijumlah seluruh kalimat بسم الله الرحمن الرحيم terdapat 20 huruf. Dari 20 huruf ini ada satu huruf yang nyata namjn tersembunyi. Yaitu huruf ا (alif). اسم kemasukan huruf ب yang menjadi mudhof dan mudhof ilaih الله jadilah بسم الله yang huruf alifnya hilang.

Sedang dalam kalimat lain اقرأ باسم, hurut alifnya nampak. Ini maksudnya ialah bahwa dibalik tidak adanya huruf alif dalam بسم الله sebagai simbol tentang wujud Allah Taala nyata dan madhar-Nya di alam semesta yang kita saksikan. Jadi ketika seseorang membaca بسم الله artinya ia mengembalikan semuanya hanya kepada Allah Taala.

Lalu الرحمن bermakna Allah Taala memiliki kasih sayang tiada batas. Wujud alam semeta ini sebagai wujud rahman-Nya. Sekalipun bentuknya beragam. Maka jika seorang dapat memahaami ini, ia akan mudah ingat dan mengembalikan semua terjadi atas kehendak Allah sebagai tajalli sifat rahman-Nya Allah. Allah tidak memilih-milih dalam berkehendak. Orang yang ahli dzikir tidak dikehendaki kaya raya oleh Allah dan orang yang tidak ahli dzikir dikehendaki kaya raya oleh Allah, misal.

Kemudian الرحيم bermakna sifat Allah ini diperuntukkan pada orang yang dipilih oleh Allah. Allah menurunkan hidayah hanya pada yang dipilih. Maka hamba ini dapat mengimani rukun iman dan menjalankan rukun Islam. Dan di akhirat kelak Allah akan menampakkan sifat rahim-Nya. Seorang yang di dunia taat pada Allah akan diberi fasilitas dan kenikmataan surga. Sedabg ahli maksiat akan diberi balasan yang setimpal.

Jika seorang dapat membaca بسم الله dengan keyakinan yang kokoh maka apabila sedang makan nasi, misalnya. Orang ini akan merasakan betapa nikmatnya dapat makan nasi. Sebab ia ber-tafakkur tentang Allah Taala. Bahwa proses nasi yang ada dihadapannya melibatkan banyak jiwa dan kini dengan mudah ia dapatkan. Dan hasil dari tafakkur ini ia tak pernah menyia-nyiakan apapun yang ada dihadspannya dan mudah bersyukur.

Kemudian Imam al-Ghazali menulis puji syukur kepada Allah Taala. Imam al-Ghazali menerangkan seorang hamba harus memuji Allah dengan kesadaran dan kesungguhan. Karena semua yang terjadi dalam kehidupan digerakkan oleh Allah Taala dan hamba tidak memiliki daya upaya. Juga sebagai mencari perlindungan Allah agar dijauhkan dari sum’ah dan ujub perangkap halus dari Iblis.

Selanjutnya Imam al-Ghazali menuliskan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.  Imam al-Ghazali menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia biasa yang butuh makan dan minum. Namun Nabi Muhammad adalah seorang Rasul yang memiliki daya ruhani yang tinggi. Jadi umat Nabi Muhammad SAW harus memiliki adab yang tinggi terhadap beliau.[SBN]

Bersambung…

Jatman Online Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran at-thoriqoh al-mu'tabaroh.