Bolehkah Tetap Shalat Dengan Hati dan Pikiran Berzikir ‘Allah-Allah’, Sedangkan Lisannya Tetap Melafazkan Rukun Qauli?

Jawaban
Boleh jika tidak berniat melakukan itu. Tetapi jika niat, maka tidak sah shalatnya. Dan jika tidak meresapi maknanya, maka shalatnya tidak mendapat pahala. Dalam Kitab Is’adur Rofiq 1/87 dijelaskan,
ومن شروط قبولها عند الله تعالى ايضا أن يحضر قلبه فيها اى الصلاة فليس له من صلاته الاماعقل منها كما ورد فى الحديث وسبب حضوره الهمة وقد مر معناها فان القلب تابع لها فلا يحضر الا فيما يهم به فمهما هم الانسان بأمر حض قلبه فيه شاء ام ابى فاذا لم يحضر القلب فى الصلاة فهو جائل فيما الهمة فيه من امور الدنيا فلا حيلة ولا علاج لاحضاره الا صرفها الى الصلاة ولا تنصرف اليها مالم يتبين لها أنها وسيلة الى الغرض المطلوب وهو الايمان.... وبالجملة ان للصلاة صورة صورها رب الارباب كما صور الحيوان فروحها النية والاخلاص وحضور القلب وبدنها الاعمال وأعضائها الاصلية الاركان وأعضائها الكمالية الاذكا فالاخلاص والنية يجريان منها مجرى الروح والقيام والقعود مجرى البدن والركوع والسجود مجرى الرأس واليد والرجل واكما الركوع والسجود بالطمأنينة وتحسين الهيئة مجرى حسن الاعضاء وحسن أشكالها والوانها والاذكار والتسبيحات مجرى الات الحس المودعات فى الرأس والاعضاء كالعين والاذن ومعرفة معانى الاذكار وحضور القلب عندها مجرى قوى الحواس المودعة فى الاته كقوة السمع والبصر والشم والذوق فى معادنها
"Dan dari syarat-syarat diterimanya (ibadah) di sisi Allah Ta'ala adalah bahwa hati hadir dalamnya, yaitu dalam shalat. Sebabnya, tidak dihitung shalatnya seseorang kecuali sejauh mana hatinya hadir dalamnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis. Alasan kehadiran hati tersebut adalah semangat (himmat), dan maknanya telah dijelaskan. Jika hati merupakan pengikut semangat, maka tidaklah hadir kecuali dalam hal yang diperhatikan oleh semangat tersebut. Oleh karena itu, seberapa pun seseorang memikirkan suatu urusan, hatinya tidak akan hadir dalamnya kecuali jika hal tersebut dianggap penting oleh semangat. Jika hati tidak hadir dalam shalat, maka seseorang akan menjadi terombang-ambing dalam urusan dunia, tanpa ada cara atau obat untuk membawa hatinya hadir kecuali dengan mengalihkannya kepada shalat. Hati tidak akan tertarik kepadanya kecuali jika jelas baginya bahwa shalat adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu iman...
Secara keseluruhan, shalat memiliki bentuk-bentuk yang dibentuk oleh Raja segala raja, seperti bentuk hewan dengan ruhnya yang berupa niat dan ikhlas, serta kehadiran hati dan perbuatan tubuhnya, dan anggota-anggotanya yang merupakan pokok-pokok dan anggota-anggota sempurna berupa zikir-zikir. Oleh karena itu, keikhlasan dan niat mengalir darinya seperti aliran ruh dan melibatkan ketaatan dan duduknya dalam shalat seperti aliran tubuh dan ruku', sujud adalah aliran kepala, tangan, dan kaki, dan kelengkapan ruku' dan sujud dengan ketenangan serta memperbaiki postur adalah aliran kecantikan anggota badan dan keindahan bentuknya, serta warnanya dan zikir-zikir dan tasbihat adalah aliran alat-alat indera yang tersimpan di kepala dan anggota-anggota seperti mata, telinga, serta pemahaman makna zikir dan kehadiran hati dalamnya adalah aliran kekuatan indera yang terletak pada alat-alatnya seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengecap dalam komponen tubuhnya."
Juga pada halaman 89 dijelaskan
الاول النية فلابد من أن تصدر منه نية بالقلب فلا يكفى النطق بها مع غفلته ولا يضر النطق بخلاف ما فيه
"Pertama-tama, niat. Niat harus berasal dari hati, sehingga tidak cukup hanya diucapkan secara lisan tanpa kesadaran, dan mengucapkannya tanpa kesadaran tidak merugikan niat tersebut."
*Jawaban ini bersifat rekomendasi dari Bahtsul Matsail Jatman Idarah Wustho Jawa Timur, Nganjuk 2023
Editor: Khoirum Millatin