Habib Husein Ja'far: Sumpah Pemuda, Ruh Kebangsaan dan Sumber Kekuatan
"Kekuatan suatu bangsa itu yang paling dasar dah utama adalah imajinasi. Bahwa mereka adalah satu dan saudara. Begitu kata Benedict Richard O'Gorman Anderson atau yang sering dipanggil Ben Anderson. Intinya kita tidak saling menyakiti, tidak saling menghianati dan tidak saling membunuh," ucap Pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 21 Juni 1988.

Jakarta, JATMAN Online - Pendakwah milenial islam moderat Habib Husein Ja'far mengatakan sumpah pemuda merupakan ruh kebangsaan yang menjadi sumber kekuatan.
"Kekuatan suatu bangsa itu yang paling dasar dah utama adalah imajinasi. Bahwa mereka adalah satu dan saudara. Begitu kata Benedict Richard O'Gorman Anderson atau yang sering dipanggil Ben Anderson. Intinya kita tidak saling menyakiti, tidak saling menghianati dan tidak saling membunuh," ucap Pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 21 Juni 1988.
Dilansir dari Sindonews. com Bagi Habib Husein Ja’far Al Hadar, Sumpah Pemuda mendorong agar momen bersejarah itu benar-benar ditransfer kepada generasi muda dengan baik dan benar.
"Bagaimana tantangan dan peran kaum milenial di era bonus demografi ini dalam memaknai Hari Sumpah Pemuda. Nah, karena punya imajinasi yang sama maka kita ini adalah saudara. Itu yang menjadi kekuatan kita," ungkapnya.
Menurutnya, Imajinasi yang dibangun oleh para pemuda pada tahun 1928 melalui Sumpah Pemuda itu sangat luar biasa. Imajinasi itu tidak bisa diikat oleh apapun kecuali sumpah.
"Maka sumpah itu bagi saya adalah pengikat imajinasi bersama bahwa kita adalah satu yaitu Indonesia. Bagi saya, sumpah pemuda itu adalah hari lahirnya bangsa Indonesia. Ibarat pernikahan adalah akad nikahnya. Adapun 1945 itu resepsinya," jelasnya.
Ia juga menjelaskan, bagi generasi saat ini khususnya generasi milenial, sumpah itu harus terus diperbaharui dalam sanubari ke berbagai bentuk karena adanya tantangan-tantangan yang bisa menusuk imajinasi kita sebagai bangsa Indonesia.
"Menurut saya hal itu yang harus dan perlu terus dikontekstualisasikan dan direlevansikan. Bukan hanya sebagai seremonial, festival atau peringatan upacara semata. Kita adalah satu di tengah tantangan-tantangan saat ini terutama yang datang dari media sosial. Media sosial itulah yang akan mengganggu dengan berbagai konten-konten yang merusak imajinasi," imbuhnya.
Habib juga mengajak generasi muda hadir secara masif di media sosial menyebarkan gagasan-gagasan tentang imajinasi yang satu dan yang sama bahwa kita adalah Indonesia.
"Itulah salah satunya yang saya lakukan melalui kesadaran nilai-nilai keislaman untuk membangun kesadaran bahwa Islam itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bahwa Islam pengikat perbedaan dan lain sebagainya," pungkasnya.
Pewarta: Abdul Mun'im Hasan