PENYESALAN, KENAPA KARTU NUSUKKU DITARIK ASKAR?

Kartu nusuk ditarik askar

Mei 28, 2025 - 13:22
PENYESALAN, KENAPA KARTU NUSUKKU DITARIK ASKAR?
Ali M. Abdillah, Pembimbing Haji ONH Plus Arminareka Perdana

Tadi sore sekitar satu jam sebelum magrib saya menyaksikan di depan mata sendiri kejadian di area thawaf arah multazam yaitu dua orang laki dan perempuan diambil kartu nusukknya oleh askar (tentara penjaga masjid al-haram). Kejadian pertama menimpa seorang laki-laki berpakaian ihram tiba-tiba memanjat pagar pembatas yang dipasang oleh askar, langsung saja laki-laki tersebut dikejar dan ditangkap oleh askar lalu diminta kartu nusuknya.

Kejadian kedua tidak berselang lama ada ibu-ibu ketika diminta oleh askar untuk berpindah tempat karena mengganggu orang-orang yang sedang thawaf tapi tiba2-tiba ibu-ibu tersebut bersuara keras melawan askar, lalu dilaporkan oleh askar kepada komandannya, tidak lama komandannya datang langsung meminta kartu nusuknya. D

ari dua peristiwa tersebut kita bisa ambil pelajaran kenapa hal itu terjadi? 

Jawabnya, dalam pelaksanaan ibadah haji pentingnya ketaatan kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri Minkum yaitu pemegang otoritas pelaksanaan haji baik peraturan Pemerintah Republik Indonesia maupun Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Sehingga ketika posisi sudah berada di wilayah Arab Saudi kita wajib taat semua peraturan termasuk peraturan dalam ibadah shalat dan haji. Jangan sampai terbawa ego dan emosi sehingga tidak mampu mengendalikan diri untuk mentaati peraturan penjaga Masjid al-Haram yang berusaha menertibkan pelaksanaan ibadah.

Penyesalan muncul belakangan setelah kartu nusuk ditarik oleh askar. Sudah pasti akan memiliki konsekuensi yang akan ditanggung dan diterima bagi jamaah haji yang kartu nusuknya ditarik oleh askar. Di sinilah perlunya berlatih tertib terhadap semua peraturan dan menahan diri. 

Sementara di luar sana ada jutaan orang yang ingin berhaji tapi harus antri selama 20 hinga 30 tahun, ada juga yang ingin haji tapi tidak menggunakan visa haji akhirnya ditangkap dan dipulangkan, bahkan ada juga yang memiliki kemampuan dana melalui haji furada tapi visa tak kunjung terbit. Karena itu, kita bisa merenungi agar kita pandai bersyukur kepada Allah, betapa kita telah diberikan kemudahan oleh Allah dalam melaksanakan haji tahun ini. Ini merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri.

Namun demikian, dalam perjalanannya pasti ada kerikil-kerikil kecil yang mengganggu kita bahkan memancing emosi kita. Karena itu, kita perlu terus berlatih menahan diri, yaitu menahan diri untuk tidak melanggar peraturan Pemerintah Arab Saudi dan Indonesia, menahan diri dari melanggar larangan saat memakai pakaian ihram saat umrah dan haji hingga tahallul dan menahan diri terhadap larangan yang bersifat batiniyah seperti rafats, fusuq dan jidal yang sangat ditekankan dalam Al-Qur’an selama berhaji.

Barang Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan haji), janganlah berbuat rafats, berbuat fusuq, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.“ [QS. Al-Baqarah 197]

Tiga hal larangan tersebut bersifat bathiniyah yaitu :

Rafats yaitu bicara terkait hawa nafsu/pornografi.

Fusuq yaitu memelihara penyakit hati seperti riya’ (pamer), ujub (kagum dan bangga terhadap diri), kibir (angkuh dan sombong), hasud (iri dengki), huqud (dendam), ghibah (membicarakan aib orang lain), namimah (provokatif) dan khusumah (permusuhan).

Jidal yaitu marah, emosi dan berdebat hingga bertengkar.

Padahal dibalik semua larangan-larangan saat melaksanakan haji dan umroh ada tujuan istimewa yaitu agar kita berlatih menahan diri, tidak emosi dan bisa sabar saat diuji Allah dengan sesabar-sabarnya seperti sabarnya Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Siti Hajar dan Nabi Muhammad SAW.

Karena sesungguhnya Allah sedang mendidik kita supaya menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, tangguh, tahan banting, istiqamah, bijak, rendah hati (tawadhu’). Inilah sebagai buah dari haji yang mabrur yaitu memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Mereka disebut dalam al-Qur’an sebagai Ulul Albab sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, wa-ttaquuni ya ulil al-bab artinya bertakwalah kepada-Ku (Allah) wahai ulul albab [QS. Al-Baqarah: 197]

Semoga Allah senantiasa membimbing lahir dan batin kita bisa menjadi pribadi Ulul Albab yaitu memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dalam melaksanakan ibadah haji.

Masjid al-Haram, 28 Dzulqa’dah 1446 H

Ali M. Abdillah Pembimbing Haji ONH Plus Arminareka Perdana