Thariqah Alawiyyah: Biografi Singkat Al-Faqih Muqoddam

Biografi Singkat
Al-Faqih Muqaddam adalah julukan yang ditujukan kepada Sayyidina Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Marbath, pendiri Tarekat Alawiyyin dan leluhur dari para keturunan Alawiyyin yang tersebar di Indonesia. Al-Faqih Muqaddam dilahirkan di Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan, pada 574 H/1176 M. Sejak kecil ia dapat bimbingan agama yang sangat baik sehingga hafal Al-Qur’an dan disibukkan dengan mengkaji berbagai ilmu agama. Ia sangat pandai dalam Ilmu Bahasa Arab dan Ilmu-Ilmu Adab, sebagian ulama mengatakan ia telah sampai pada tingkatan al-ijtihâd al-mutlaq.
Ia berguru ilmu tarekat pada Imam Sâlim bin Bashrî, Muhammad bin ‘Ali al-Khatîb, kepada pamannya sendiri Syaikh ‘Alwi bin Muhammad Shâhib Mirbath. juga kepada ulama besar Sufyân al-Yamanî.
Gurunya yang bernama Muhammad Bâmarwân berkata, “engkau sudah memiiki persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin besar.” Syaikh Abdurrahman as-Segâf berkata, “al-Faqih al-Muqaddam menduduki maqam kutub selama 120 malam.”
Al-Faqih al-Muqaddam berguru dan memperoleh mandat (ijazah) tasawuf dari ayahnya dari kakek kakeknya sampai kepada Sayyidina ‘Ali bin Abi Thâlib k.w. Ia juga memiliki guru lainnya yaitu Abu Madyan dari Ya’azzâ dari Abi Harâzim dari Abu Bakar Ibnu al-‘Arabi dari Imam al-Ghâzali dari Imam Haramain dari Imam al-Juwaini dari Abu Thâlib al-Makkî dari Abu Bakar asy-Syiblî dari al-Junaid alBaghdâdî.
Silsilah Al-Faqih Muqaddam
Muhammad (Al-Faqih Muqaddam) bin Ali bin Muhammad Shohib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far As-Shodiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zaenal Abidin bin Imam Husain RA bin Imam Ali Karramallahu Wajhah (Suami dari Sayyidina Fatimah putri Rasulullah SAW.)
Karomah
Al-Faqih al-Muqaddam bisa melihat alam akhirat dan seluruh kenikmatannya, juga bisa melihat seluruh dunia dan isinya. Rumahnya sering didatangi oleh anak anak yatim, orang-orang miskin dan para janda.
Di antara karamahnya, pada suatu waktu salah seorang pembantunya yang pergi ke Afrika dan tinggal cukup lama disana. Kemudian tersiar kabar bahwa ia telah meninggal dunia. Mendengar kabar tersebut, para keluarganya mendatangi Syaikh. Ketika itu Syaikh menundukkan kepala sebentar, lalu berkata “Ia tidak meninggal di Afrika.”
“Tapi kabarnya ia sudah meninggal!” kata keluarganya. Beliau berkata, “Aku mencarinya di surga namun tiada kujumpai, sedangkan muridku itu tidak akan masuk neraka. “Selang beberapa hari kemudian tersiar kabar bahwa ia masih hidup. Wallahua’lam
Sumber: Menyimak Biografi Pendiri Thoriqoh Al-Mu’tabaroh. (JATMAN: 2022, Cet. I).