Wakil Rais Aam PBNU KH. Anwar Iskandar Minta JATMAN ke Depan Melakukan Tiga Hal Ini !

KH Anwar Iskandar

Maret 23, 2025 - 20:29
Maret 24, 2025 - 08:34
 0
Wakil Rais Aam PBNU KH. Anwar Iskandar Minta JATMAN ke Depan Melakukan Tiga Hal Ini !
Wakil Rais Aam PBNU yang juga Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar/foto:liputam9.com

JAKARTA, JATMAN Online - Wakil Rais Aam PBNU yang juga Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar meminta Kepengurusan JATMAN (Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An-Nahdliyyah) masa khidmat 2025 - 2030 di bawah kepemimpinan Rais Ali KH Achmad Chalwani dan Mudir Ali KH Ali Masykur Musa, melalukan tiga hal program prioritas ini ke depan, untuk memberikan dedikasi terhadap kemajuan dan perjuangan Islam dan dedikasi terhadap kepentingan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

Sebelumnya KH. Anwar Iskandar mengucapkan selamat atas suksesnya Kongres ke-13 JATMAN di Boyolali, Jawa Tengah, pada Desember 2024 lalu, dan selamat atas dikeluarkannya SK Kepengurusan JATMAN oleh PBNU. "Semoga bisa bekerja sesuai program yang diinginkan oleh JATMAN di semua tingkatan; baik pusat, provinsi dan cabang (syu'ubiyah)," tutur KH Anwar Iskandar pada JATMANOnline di Jakarta, Senin (17/3/2025).

Selanjutnya ada hal-hal yang menurut KH. Anwar Iskandar perlu menjadi prioritas dari kinerja pengurus baru JATMAN tersebut.

Pertama, konsolidasi organisasi dengan melakukan penguatan-penguatan pengurus di pusat, wilayah, cabang, dan anggota. Langkah itu perlu sekali untuk dikonsolidir, agar mengarah menjadi sebuah organisasi yang transformative, kokoh, dan ke depan harus menjadi kepengurusan yang berada dalam sistem yang koheren. Artinya satu komando, satu barisan (shoffin wahid).

Kedua, sebagai sebuah badan otnonom (Banom) dari NU tentu JATMAN harus menyatu dalam langkah program tata kelola organisasi dengan NU, karena tata kelola di NU sekarang ini tidak sama dengan tata kelola NU sebelum hasil Muktamar Lampung, sehingga JATMAN perlu banyak memahami tentang keputusan dan kebijakan NU khusus terkait tata kelola organisasi ini, karena yang namanya Banom harus senapas dengan PBNU.

Karena itu, ada berbagai nomenklatur di AD/ART diubah misalnya Rais Aam dalam rangka menyesuaikan dengan Rais Ali, Mudir Ali dan lainnya harus disesuaikan dengan AD/ART PBNU. Misalnya kata-kata muktamar, itu hanya untuk NU, selain NU seperti Banom bisa dinamai kongres dan lain-lain. Itu artinya sebagai Banom tata kelola organisasinya mesti menyesuaikan dengan PBNU.

Ketiga, hal yang sangat prioritas adalah kaderisasi. Dimana secara amaliyah maupun secara organisatoris JATMAN mungkin sudah tertata, dalam arti amaliyah thariqohnya, mungkin sudah baku. Hanya perlu ada pemikiran - pemikiran untuk merujuk kepada keputusan Muktamar NU Semarang, yang memberi keputusan tentang thariqoh mu'tabarah yang benar-bnear diakui oleh NU sebagai thariqoh yang mesti ditangani oleh JATMAN itu apa saja?

 Itu penting, karena tidak semua thariqoh mu'tabarah itu di mata ulama NU adalah baik secara amaliyah. Tujuannya bisa menjadi sama bahwa thariqoh itu sebagai wushul, yaitu untuk berdoa, berdzikir, shalat, dan ibadah lainnya yang nyambung kepada Allah SWT, tapi praktek amaliyahnya berbeda-beda. Karena itu, penataan thariqoh itu harus mengacu pada thariqoh mu'tabarah hasil Muktamar NU Semarang. Sehingga tidak semua jenis thariqoh menjadi bagian dari JATMAN.

Selanjutnya kaderisasi di lingkungan pengurus. Kaderisasi itu mesti dilakukan agar pengurus yang direkrut, diakomodir dalam JATMAN ini memahami betul prinsip - prinsip yang dipahami dalam NU, agar tidak ada pengurus yang karena tidak memiliki pemahaman yang utuh pada sebuah organisasi JATMAN, maka akan berada dalam dua kaki; yaitu satu kaki setia pada NU dan satu kaki lagi setia pada orang.

Sayangnya, kadang orang itu keluar dari komitmen NU. Inilah pentingnya organsiasi agar kepengurusan itu diisi oleh personal, orang-orang yang paham dalam menata, memelihara, dan mamanej organisasi JATMAN yang merupakan bagian dari NU.

Tak kalah pentingnya dari prioriotas JATMAN ini karena ditujukan untuk menghimpun orang yang mempunyai niat dalam thariqoh yang di dunia ini jenisnya banyak. Di Indonesia juga banyak cabangnya. Ada Qodariyah, Naqsyabandiyah, Syaziliyah dan sebagainya. Semua itu terhimpun untuk memberikan dedikasi terhadap kemajuan perjuangan Islam dan dedikasi terhadap kepentingan pembangunan bangsa dan negara.

Jadi, berdoanya orang thoriqah itu membangun hubungan denga Allah tersebut tentu harus orang-orang yang bersih, mukhlis, ikhlas betul agar menjadi manusia ahli surga (ahlul jannah), juga untuk berkhidmah besar pada perjuangan NU dan ulama, sekaligus untuk berdedikasi dalam pembangunan bangsa dan negara. Bahwa negara dan pemimpin negara itu butuh kekuatan rohani dan spiritual dengan Allah agar yang diinginkan bangsa dan negara ini berhasil dengan baik dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Lalu, bagaimana dengan thariqoh yang berkembang akhir-akhir ini, yang hanya atas pertimbangan akal dan hati, sehingga cenderung menyimpang, sikap JATMAN?

Orang wushul kepada Allah itu harus pakai ilmu. Tidak boleh sak karepe dewe (semaunya sendiri), dan ilmu itu harus punya sanad, guru yang sampai kepada pencetus dan pendiri thariqah seperti Qodariyah, Naqsyabandiyah, Syaziliyah dan lain-lain. Jadi, berthariqoh itu tak bisa hanya karena akal dan getaran hati dan keinginan seseorang kemudian menamakan diri bagian dari thariqoh. Itu tak bisa, karenanya dibentuk thariqoh itu agar wushul, ikhtiar untuk nyambung kepada Allah itu benar.

Makanya kenapa NU dulu membatasi thariqoh al Nahdliyah tersebut, karena banyak jenis thariqoh di luar itu, yang digariskan oleh NU dan dijaga NU, bahwa ada orang lain ingin bikin thariqoh ini dan itu, itu urusan pribadi dan di luar JATMAN.

Karena itu JATMAN harus membimbing dan memberikan edukasi pada umat agar wirid-dzikirnya benar. Dan, kata kuncinya thariqoh itu adalah dengan ilmu dan ilmunya harus bersanad pada pendiri thariqoh yaitu seorang syeikh, mursyid yang juga nyambung ke Nabi Muhammad SAW. Itu baku, harus ada gurunya gak boleh ngarang-ngarang. Dan, KH. Anwar Iskandar yakin di bawah Rais Ali KH Achmad Chalwani dan Mudir Ali KH Ali Masykur Musa, JATMAN akan sehat, dan dengan sehat itu akan menuju tujuan besar pendiri JATMAN. Dulu namanya JATM (Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh), dan sekarang menjadi JATMAN. "Kiita percayakan JATMAN ini kepada kedua beliau itu," pungkas Wakil Rais Aam PBNU ini. ***