ADAB SEBAGAI SATU KEWAJIBAN SPIRITUAL ANTARA MURID DAN MURSYID

Murid sejati adalah murid yang dalam hatinya mengagumi keindahan spiritual ( irfani ) guru dan jatuh cinta pada keindahan tersebut. Jatuh cinta pada keindahan merupakan sumber segala berkah. Sebelum murid jatuh cinta kepada keindahan spiritual guru, ia tidak akan tunduk pada kemauan guru. Sebenarnya murid adalah orang yg tunduk pada kemauan guru, bukan tunduk pada kehendaknya sendiri. Seorang Sufi bersyair;
"O hati, jika kau ingin Sang Kekasih puas hati, laksanakan dan wujudkan apapun yg ia inginkan.
Jika ia berkata keluarkan air mata darah, jangan tanyakan mengapa, dan jika ia berkata serahkan nyawamu, jangan bertanya alasannya."
Langkah pertama selanjutnya setelah mendapatkan seorang guru yang sesuai dengan keyakinannya, adalah mematuhi perintah perintah guru tanpa bertanya "bagaimana" atau mengapa.
Imam Husein bin Al-Hallaj mengatakan;
من عرف الحقيقة في التوحيد سقط عنه لم و كيف.
Barangsiapa yang telah mengenai hakikat tauhid dalam hatinya, maka gugur lah ungkapan mengapa dan bagaimana.
( Risalah Al-Qusyairiya fi Ilmi At-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah Al-Qaherah hal 33 )
Makna Hakikat tauhid dalam tarekat adalah guru (murysid) yang Arifbillah. Seseorang tidak akan dapat mengenal Allah sebelum ia mengenal guru nya. Karna guru dapat mengantarkan seorang murid untuk dapat wushul (sampai) kepada Allah.
Apapun perintah guru, meskipun tidak dengan seketika dapat di pahami murid, hendaknya dilaksanakan. Sebagai mana dikatakan hafez.
"Basailah sajadamu dengan anggur jika Guru Suci memerintahkan demikian."
Hal yang sama digambarkan Alqur'an kisah Musa As dan Khidhir As dimana Musa menyampaikan keinginannya untuk menjadi murid spiritual nya. Maka khidir (Sang Maha Guru Spiritual ) berkata, :
قال فإن اتبعتنى فلا تسئلنى عن شىء حتى احدث لك منه ذكرا.
"Jika engkau mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri yang menerangkan kepadamu." (Qs. Khafi: 70).
Al-Imam Abul Qasim bin Al-Qusyairiy Al-Naisaburi menjelaskan:
قال الله تعالى في قصة موسى مح الخضر عليها السلام : "هل اتبعك على أن تعلمن مما علمت رشدا (سورة الكهف: ٦٦).
قال الشيخ الإمام الجنيد البغدادي : لما أراد صحبة الخضر حفظ شرط الأدب فاستأذن أولا في الصحبة ثم شرط عيه الخضر أن لا يعارضه في شيء ولا يعترض عليه في حكم ثم لما خالفه موسى عليه السلام تجاوز عنه المرة الأولى والثانية، فلما صار إلى الثالثة والثلاث آخر حد القلة وأول حد الكثرة سامه الفرقة. فقال : " هذه فراق بينى وبينك" (سورة الكهف: ٧٨).
سمعت الأستاذ أبا على الدقاق رحمه الله يقول: بدء كل فرقة المخالفة يعني به : أن من خالف شيخه لم يبق على طريقته وانقطعت العلقة بينهما وإن جمعتهما البقعة، فمن صحب شيخا من الشيوخ ثم اعترض عليه بقلبه فقد نقض عهد الصحبة ووجبت عليه التوبة على أن الشيوخ قالوا : عقوق الأستاذين لا توبة عنها.
Allah Ta'ala berfirman dalam kisah Nabi Musa Alahissalam bersama Al-Khidir Alahissalam " Musa berkata kepada Khidir, bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepada ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu." (QS. Al-Khafi; 66).
Syaikh Al-Imam Al-Junaid Al-Baghdadi berkata, "Ketika Musa ingin berguru kepada Khidir, beliau menjaga syarat-syarat adab. Pertama, mohon izin dalam berguru, lantas Khidir memberi syarat kepada nya agar tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak mengajukan protes atas keputusannya. Namun ketika Musa, mulai kontra terhadapnya, dibiarkanlah sikapnya yang pertama dan kedua. Tetapi ketika kontra ketiga kalinya dan yang ketiga merupakan batas minim dari jumlah banyak dan awal dari batas banyak maka terjadilah perpisahan, Khidir berkata. "Inilah perpisahan antara aku dan antara kamu," (QS. Al-Khafi: 78).
Saya mendengar Syaikh Abu Ali ad-Daqqaq, berkata, " Awal segala perpisahan antara murid dan Mursyid (Syaikh) adalah pertentangan. Yakni, orang yang kontra (menentang) murysidnya berarti ia tidak menetapi tarekat nya. Hubungan antara keduanya telah terputus, walaupun keduanya terkumpul dalam satu bidang tanah dan ruangan.
Barangsiapa yang berguru kepada salah satu Murysid, kemudian dalam hatinya ada konflik, maka janji pertalian guru dan murid telah rusak , dan ia wajib bertobat."
Salah satu Syaikh Ahlu Sufi berkata, "Menyakiti para Mursyid, tidak ada lagi tobat."
(Kitab Risalah Al-Qusyairiyah fi ilm Al-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qaherah hal 485)
Selain tak banyak bertanya dalam mengikut perintah guru, murid tidak boleh melakukan kegiatan apapun tanpa sepengetahuan guru. Selain itu, apapun yang dialami murid dalam mimpinya atau dalam keadaan terjaga merupakan rahasia yang hanya boleh diceritakan hanya dengan Sang Guru.
Murid tidak boleh menentang guru dalam segala hal. Sebagai mana dinyatakan dalam Alqur'an;
يا يها الذين ءامنوا لا تقد موا بين يدى الله ورسوله.
Hai orang-orang beriman, jangan lah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya ( Qs. Al-Hujuraat : 1 ).
Orang-orang beriman disini adalah orang-orang iman tingkat khawash, orang2 ahli tarekat yaitu para murid atau salikin yang telah baik ibadahnya dan akhlaknya tapi masih ada wujud (ananiah) diri.
Maka murid harus bersikap sederhana di hadapan guru dan tidak menonjol kan diri. Murid dilarang mengajukan pendapat jika guru tidak meminta, dan tidak melakukan perbuatan apapun jika guru tidak melakukannya. Dalam hubungannya dengan kepatuhan inilah maka dikatakan, "Cinta tak hanyalah suatu etika." Dan juga dapat di tambahkan.".... usaha pencapaian hanyalah ketaatan terhadap etika tersebut.
Sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
يا يها الذين ءامنوا لا ترفعوا اصوتكم فوق صوت النبى
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu meninggikan suara mu lebih dari suara Nabi. (Qs. AL-Hujuraat: 2).c
Murid hendaknya tidak berbicara lantang di hadapan guru, karena guru di tengah2 pengikutnya tak ubahnya Nabi di tengah umat Islam. Oleh karena itu, satukan Iradah murid dengan Iradah guru
Asy-Syekh Abdur Rauf Al-Singkili menjelaskan
من لا شيخ له فالشيطان شيخه فاطلب الشيخ الكامل المكمل وجد في الطلب لان من جد فى الطلب وجد وظفر بالمطلوب وتادب معه وأجعل ارادتك بارادته واجدة فلا تريد الا ما اراده تصل بذلك باذن الله تعالى الى التوحيد الذى هو المطلوب لكل طالب سائر إلى الله وبا لله التوفيق.
Barangsiapa yang belajar tanpa seorang Syekh (murysid), maka syetanlah yang menjadi Syekhnya. Oleh karena itu carilah Syekh yang kamil mukamil [sempurna dan mampu menyempurnakan muridnya], bersungguh-sungguhlah dalam mencarinya, karena Barangsiapa yg bersungguh2 niscaya ia akan memperoleh apa yang dicarinnya, ber adab lah engkau kepadanya, dan satukanlah iradah (kehendak)mu dengan iradah syekh, sehingga engkau tidak menghendaki sesuatu kecuali apa yang dikehendaki syekh. Dengan demikian, berkat izin Allah, niscaya engkau akan mencapai tauhid yang dicari oleh semua orang yang berusaha mencapai hakikat Allah dan Hanya kepada Nyalah kita memohon pertolongan.
[ Kitab Tanbih Al-Masyi Al-Masnub ila Thariqi Qushashi, hal 18 ]
Asy-Syekh Abdul Wahab Asy-Sya'rani Al-Mishry Asy-Syafie menjelasakan :
قلت : الشيخ سيدي محمد علي الوفا مراحل المريد (أهل الطريقيه) أولا يسمح وثانيا بفهم، وثالثاً يعلم، ورابعا يشهد، وخامسا يعرف
لايظهر جوهر باطن المريد إلا وجود امتحانه.
المريد الصادق سيره بباطنه وظاهره تبح، والعابد سيره بظاهره وباطنه تبح.
Berkata Syekh Sayyidi Muhammad Ali Al-Wafa; Tahapan pertama seorang murid mengikuti guru (murysid) adalah sama' (mendengar) apa yg dikatakan gurunya, kedua memahami maksud perkataan guru nya, ketiga mengerti ilmu yg ada sama gurunya keempat Syuhud (menyaksikan) rahasia karomah gurunya dan kelima ma'rifah (mengenal) perbuatan، sifat, akhlak dan dzat gurunya.
Jauhar (permata) bathin murid tidak akan bisa tampak kecuali dengan adanya ujian untuk si murid.
Seorang murid yang Shiddiq (benar) perjalanan nya adalah dengan bathinnya, kemudian Dhahirnya akan ikut. Sedangkan perjalanan orang ahli ibadah adalah dengan dhahirnya kemudian bathinnya ikut.
(Kitab Al-Anwaar Al-Qudsiyyah fi Ma'arifat Qawa'id As-Shufiyah Juz I, Dar Al-Kotob Al-ilmiyah Beirut hal 79).
Abuya Syekh H Amran Waly Al-Khalidi menjelaskan:
Ada beberapa tugas murysid, yaitu muryid yg dapat membawa kita untuk kebaikan dunia dan akhirat serta kemenangan dalam kehidupan.
Adapun tugas-tugas Mursyid ada 5 tingkatakan yatiu :
1. Ta'lim yaitu mengajarkan ilmu yg Fardu ain dan ilmu-ilmu lainnya.
2. Tarbiyah yaitu melatih murid agar dapat mengamalkan ilmu, disebut mendidik.
3. Tahzib yaitu melatih murid agar dapat memperbagus amal.
4. Taslik yaitu menjalankan kemauan murid untuk mendekati Allah dan memutuskan selain Allah di dalam ingatan nya. Fungsi ini sebut juga Tashfiyah yaitu memperjuangkan ruh untuk wushul bermakrifat kepada Allah.
5. Takmil atau Tamkin yaitu menyempurnakan sebagai mana insan Kamil, penyebab wushul/sampai kepada Allah atau menetapkan keberadaan Allah di dalam bathin hambaNya, merekalah Mursyid yg faham syariat, Thariqoh dan Hakikat yg telah Tamkin pada dirinya dimana dia berada. Murysid yg seperti ini sudah jarang adanya. Tanda Mursyid yg Tamkin apabila kita melihat, bertemu dengannya, teringat kita akan Allah. Sebagai mana Sabda Rasulullah Shalallahu Alayhi Wasallam
"Sebaik-baik laki-laki adalah orang yang Apabila kamu melihat nya kamu teringat akan Allah."
Sebagai pewaris Nabi dan Sahabat-sahabatnya kita wajib untuk mendapatkan murysid yg Tamkin sekalipun harus menyeberangi lautan api. Walaupun kita punya ilmu yg banyak, alim dibelahan dunia sebagai dikatakan Syaikh Abdul Wahab Asy-Syaroni dan Syaikh Ibrahim ad-Dusuqi. Karena pada dirinya ada Nur yg dapat membersihkan kita dari penyakit-penyakit nafsu dan membentengi kita dari tipuan-tipuan syetan.
( Budi Handoyo SH MH )