Manakib Adalah Lebarannya Para Salik
Dalam rangka peringatan satu tahun kematian KH. Nur Muhammad Suharto, Wakil Talkin Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, panitia mengadakan Tahlil dan Manakib Sulton Awliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang bertempat di Madrasah TQN Pon.Pes Suryalaya Perwakilan Sanggau (Ahad, 30 Januari 2022). Acara yang dihadiri oleh para Ikhwan dan akhwat yang berasal dari Kabupaten Sanggau, Sekadau, dan Sintang ini berlangsung dengan khidmat.

Dalam rangka peringatan satu tahun kematian KH. Nur Muhammad Suharto, Wakil Talkin Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, panitia mengadakan Tahlil dan Manakib Sulton Awliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang bertempat di Madrasah TQN Pon.Pes Suryalaya Perwakilan Sanggau (Ahad, 30 Januari 2022). Acara yang dihadiri oleh para Ikhwan dan akhwat yang berasal dari Kabupaten Sanggau, Sekadau, dan Sintang ini berlangsung dengan khidmat.
Menunggu para jamaah hadir, dengan suara merdunya, Ust. Barokah, Lulusan UNSIQ Wonosobo, melantunkan salawat-salawat Nabi dengan diiringi tabuhan Banjari yang dipimpin oleh Ust. Maspurwanto, SH. Pengantar acara yang mengharu biru, karena panitia menampilkan foto-foto KH. Nur Muhammad Suharto saat berdakwah menyampaikan kalimah La Ilaha Illallah ke segala penjuru daerah dan medan yang berbeda. Dengan sigap, para Banser yang berasal dari PAC Parindu, Kembayan, dan Kapuas turut ambil bagian untuk pengamanan dan penerbitan dari awal hingga akhir acara dengan komando Bapak Joko Sumartono.
Acara dimulai dengan salat Dluha dan Kifaratul Bawli secara berjamaah, diimami oleh Ust. Yono Mubarok. Sebagai Imam, beliau memimpin salat sunnah ini dengan bacaan Jahar. Hal ini adalah salah satu metode dakwah tarekat yang dilakukan oleh KH. Nur Muhammad Suharto semasa hidupnya. Melihat pentingnya amalan guru, tingginya kebutuhan manusia akan bimbingannya, maka pelaksanaan salat sunnah secara berjamaah dan Jahar dimaksudkan littarbiyah, yakni untuk memberikan pendidikan tentang tata cara salat, berikut bacaan dan doa bagi mereka yang masih awam akan syariat dan tarekat. Sehingga, siapapun dapat menjadi murid yang istiqamah dalam tarekat ini. Setelah menjadi Imam, Ust. Yono Mubarok melanjutkan memimpin Tahlil untuk KH. Nur Muhammad Suharto.
Kemudian, masuk kepada acara inti, yakni Manakib Sulton Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Manakib dibuka dengan maqam doa oleh Ketua Yayasan Pon.Pes Suryalaya Perwakilan Sanggau, Ust. Priyono, sekaligus membagi para petugas yang akan memimpin Khidmah amaliah dan Khidmah ilmiah. Di antara mereka yang bertugas, Pembacaan Alquran (Ust. Barokah), Pembacaan Tanbih (Ust. Surono), Pembacaan Tawasul (Ust. Suryanto), Pembacaan manqabah dan doa (Ust.Yusuf), serta Khidmah ilmiah oleh Wakil Talkin Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin, KH. Safrullah, yang datang langsung dari Kalimantan Tengah.
Dalam Khidmah ilmiahnya, KH. Safrullah menyampaikan hal penting dalam pembinaan para salik. Beliau menyampaikan bahwa manakib adalah majlis yang mulia, karena manakib adalah perintah Sultan Awliya, amaliahnya Guru, dan juga hidangan (amal dan ilmu) para salik yang hadir. Maka tidak aneh jika melihat para jamaah yang hadir rela berduyun-duyun datang dengan sukacita, walaupun harus menempuh jarak tempuh 2, 3,4 bahkan 5 jam di perjalanan. Karena manakib adalah lebarannya para salik, lebarannya para pecinta karomah dan barokah guru.
KH. Safrullah menyampaikan sebuah hadis Nabi yang artinya, “Barangsiapa yang bermushofahah dengan para ulama, maka sejatinya dia sedang bermushofahah denganku. Barangsiapa yang satu majlis dengan ulama, maka sejatinya dia sedang semajlis denganku. Barangsiapa yang semajlis denganku di dunia, maka ia akan semajlis denganku di akhirat.”
Beliau menafsirkan hadis ini dengan menuqil pendapat Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, Abah Anom, dalam kitab Miftah al-Shudur, bahwa yang dimaksud ulama yang demikian haruslah memenuhi 6 syarat/kriteria:
- Al-Muttaquun, orang yang bertakwa, yakni orang yang mengerjakan semua perintah Allah secara zahir dan batin, serta menjauhi semua yang dilarang-Nya, secara zahir dan batin pula. Menurut Kanjeng Nabi Ketika ditanya bagaimana takwa itu, jawabnnya adalah , “at taqwa ha huna,” takwa itu letaknya di sini, sembari menunjuk kepada qalbunya. Siapapun juga mengakui, bahwa Abah Anom adalah manusia yang memiliki kriteria al-Muttaquun ini. Sehingga, jika muridnya dapat bersama dengan Gurunya yang al-Muttaquun, berarti juga telah bersama dengan Rasulullah Saw.
- Al-Taarikuun, yakni orang yang meninggalkan segala yang dilarang dan diharamkan oleh Allah, khususunya tentang sifat buruk dan penyakit-penyakit hati, seperti sombong, bodoh, malas, dan lainnya.
- Al-Warisuun, yakni orang-orang yang mendapat warisan pengetahuan dari para pendahulunya, yakni guru-gurunya yang musalsal hingga Rasulullah Saw, guru yang dapat mempertanggungjawabkan amaliah yang diajarkannya.
- Al-Aarifu, yakni orang yang sampai pada makam ma’rifat kepada Allah SWT. Dia mengenal Allah, sehingga dalam hidupnya tidak ada hal lain selain Allah Swt. Dia adalah orang yang istimewa.
- Al-Aamiluun, yakni orang yang mengamalkan ajaran pendahulunya, bukan orang yang hanya bisa memerintah murid, namun dia adalah pengamal yang sebenarnya. Sebelum memerintahkan amalan kepada muridnya, amalan itu diuji coba terlebih dahulu olehnya melalui berbagai alam. Sehingga, sangat berbahaya mengambil amalan jika bukan dari Guru, karena walaupun kalimahnya baik, jika bukan dari Guru, sangat besar kemungkinannya kita ditipu oleh jin. Seperti mengamalkan suatu amalan tanpa guru membuat seseorang dapat berada di Makkah, Madinah, dan tempat lainnya dalam waktu bersamaan, padahal sejatinya ia bukan berada di tempat itu, melainkan jin yang sedang menipu dan menyesatkan ruh dan pengliatannya di alam lain.
- Al-Mukhlishuun, yakni orang yang ikhlas. Ulama yang dimaksud Nabi adalah mereka yang ikhlas, tidak mengambil manfaat dan keuntungan dari murid-muridnya. Justru murid-muridnya yang mengambil banyak manfaat dan keuntungan darinya. Karena para murid dibawa wusul hingga Allah Swt, dan itulah keistimewaan memiliki seorang Guru yang mukhlis. Tentang Abah Anom, beliau adalah orang yang paling ikhlas sedunia. Hal ini disampaikan oleh Syekh Hisyam al-Kabbani saat bermunajat ingin mengetahui siapa orang yang paling ikhlas di bumi. Dalam munjatnya, ia diperintahkan untuk melakukan perjalanan ke Timur, hingga sampailah di Suryalaya, dan ia yakin bahwa Abah Anom adalah jawaban atas munjatnya tersebut.
Ini adalah 6 kriteria ulama yang dimaksudkan oleh Rasulullah Swt dalam pemaparan KH. Safrullah. Beliau menegaskan kepada jamaah yang hadir, sejatinya kita telah menemukan ulama yang dimaksud, yakni Abah Anom. Walaupun secara jasmani kita belum bertemu dengannya, namun secara ruhani kita telah bertemu dengannya melalui para wakil talkinnya. Wakil talkin hanya dipinjam lisannya untuk menyambungkan ruh pada Guru. Wakil talkin tidak memiliki Nur, yang memiliki Nur hanyalah mursyid yang memiliki 6 kriteria tadi.
Sebelum menutup Khidmah ilmiahnya, KH. Safrullah menyampaikan, bahwa sangat beruntung orang-orang yang telah mengambil talkin zikir. Lagi-lagi yang berhak mentalkin hanya mursyid, karena dalam dunia Tasawuf hanya mengenal dua kedudukan saja, yakni mursyid dan murid, baik dia wakil talkin, sesepuh, imam, maupun jamaah, kedudukannya adalah murid. Yang memiliki hak mewusulkan ruh adalah mursyid, bukan murid. Sehingga jika ada murid yang mengenakan pakaian mursyidnya, dia telah suul adab kepada Gurunya.
Sebagai ajakan dakwahnya, KH. Safrullah membacakan ayat Al-Quran yang artinya, …”jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” Ayat yang dulu membuatnya bersedih, karena baginya ia sendiri belum tentu selamat, bagaimana ia justru diperintah untuk menyelamatkan anak-istrinya.
KH. Safrullah merasa beruntung bertemu dengan Mursyid yang kamil mukammil, karena ia menemukan jawaban atas ayat tersebut. Sehingga ia juga mengajak kepada para hadirin untuk mengajak anak, istri, suami, serta orang-orang yang tersayang untuk mengambil talkin zikir, tidak lain supaya kita semua dapat semajlis dengan Rasulullah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semua murid hanya menumpang kepada kapal Guru yang berkaitan dan bersambung hingga kapal Rasulullah Saw. Terakhir beliau menyampaikan kembali maklumat Abah Anom, agar para murid senantiasa mengamalkan, mengamankan dan melestarikan amaliah TQN guna keselamatan dunia akhirat.
Setelah melantunkan salawat Bani Hasyim, Ust. Priyono memimpin pembacaan doa makan untuk kemudian para hadirin menyantap segala hidangan yang telah disiapkan oleh Ustdzh. Aisyah, Ustdzh. Ria, dan Ibu Bella lainnya. Acara berlangsung ramai, Khidmah, lancar, dan meriah. Semua bersuka cita melaksanakan Manakib Sang Sultan Awliya, karena ini adalah lebarannya para salik.