POV Tarekat Syadziliyah, Ajaran dan Cabangnya
Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh salah satu Mursyid atau murid Imam Abul Hasal al-Sadzili bernama Ibn Athaillah al-Iskandariyah, yang berjudul Lataif al-Minan, dijelaskan mengenai Point of View (POV) atau pandangan hidup Al-Syadziliyah, antara lain:
-
Istidal terhadap kehadiran Allah. Imam al-Syadzili mengungkapkan, “bagaimana cara mengetahui sifat-sifat Allah yang arif (maha mengetahui), atau bagaimana mengenal zat Allah yang Maha terdahulu dari segala sesuatu yang ada (wujud), ?”. Dalam pendapat yang lain: ”kami melihat zat Allah dengan pandangan iman, karena kami tak memerlukan dalil dan buthan (argumen)”. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Syadziliyah mengikuti ajaran Islam dengan tegas, menegaskan bahwa eksistensi Allah adalah yang paling jelas dan nyata sehingga tidak memerlukan bukti atau argumen lainnya.
-
Tidak menyarankan untuk meninggalkan pekerjaan dunia mereka. Al-Syadziliyah mengajarkan agar memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah dengan baik untuk menimbulkan rasa syukur atas rahmat-Nya. Meninggalkan dunia secara membabi buta akan menghilangkan rasa syukur, sementara memanfaatkannya secara berlebihan akan menyebabkan kezaliman.
-
Tidak mengabaikan amalan syari'at. Hal ini menunjukkan bahwa praktik mereka didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
-
Zuhud qalbi, yang berarti menghilangkan segala sesuatu di dalam hati kecuali Allah. Zuhud tidak berarti meninggalkan dunia secara berlebihan, karena tidak ada larangan untuk mencari kekayaan secara spiritual.
-
Melakukan aktivitas sosial demi kemaslahatan manusia. Dengan ini, Al-Syadziliyah ingin mencapai keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
-
Tasawuf sebagai latihan jiwa untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, setiap sufi harus memiliki lima sifat, yaitu berakhlak kepada Allah, melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya, tidak mengikuti perintah setan dan nafsu karena malu kepada Allah, serta melakukan beberapa amalan hizib: hizib, yaitu: hizib asyfa, hizib al-khafi atau alautad, hizib al-ban’diyah atau al-bitratiyah, hizib annasr, hizib al-mubarak, hizib al-barr, hizib al-bahr, hizib al-salamah, hizin al-nur, dan hizib al-khafi. Karena diyakini bahwa siapa pun yang mengamalkan hizib-hizib tersebut akan mendapatkan berkatnya.
-
Memperoleh ma'rifat sebagai tujuan utama bagi sufi. Ma'rifat dapat diperoleh melalui usaha langsung dari Allah atau melalui latihan (riyadhoh) dan perjuangan.
-
Tafsir isyarat atau tafsir dari petunjuk spiritual yang dibimbing oleh ma’arij yang dapat bertambah dengan meningkatkan kadar keimanan kepada Allah. guru besar dari Al-Azhar yang merupakan pengamal tarekat Syadziliyah, “Abd Halim Mahmud mengartikan tafsir isyarat dengan ajwa” karena setiap wali diberikan (ajwa), walaupun terjadi pertentangan arti/istilah, bukan berarti Syadziliah sebarangan dalam
mengartikannya. Tetapi menurutnya tak’wil yang salah dari ajaran Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya adalah tak’wil esoterik. -
Ru'yah Shalihah (mimpi yang baik). Salah satu ciri khas tarekat Syadziliyah adalah kepercayaan akan pertemuan dengan roh para nabi, sahabat, dan wali dengan mengunjungi tempat-tempat yang suci. (Sri Mulyani Dan Wiwi Sisti Raharjo, Laporan Penelitian Kolektif Buku Ajaran Tasawuf Pasca Ibn‟ Arabi, (Jakarta; Fakultas Ushuluddindan Filsafat UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2006), 22-23.)
Tarekat Syadziliyah memiliki lima ajaran dasar yang disebut al-usul al-khamsah, yaitu: taqwa dengan Allah lahir dan batin, mengikuti sunah nabi dengan istiqamah, tidak bergantung pada manusia, menerima pemberian dari Tuhan, dan selalu berpegang teguh pada Allah baik dalam keadaan senang maupun susah. Implementasi taqwa menurut tarekat Syadziliyah adalah dengan melakukan wara' dan istiqamah, melaksanakan sunnah dengan baik, menerima takdir dengan sabar, hidup sederhana, dan bersyukur, serta berpegang teguh pada Allah dengan penuh rasa syukur dan pujian (tahmid). (Abu Bakar Aceh, Pengantar ilmu Tarekat; uraian tentang mistik, 53.)
Kelima ajaran tarekat Syadziliyah dari dasar-dasar pokok (al-usul al-khamsah), yang merupakan tumpuan utama bagi pengikut tarekat Syadziliyah adalah;
a. Harus memilki semangat yang tinggi, karena dari semangat yang tinggi itulah akan dinaikkan derajat sesorang.
b. Berhati-hati dengan barang yang haram karena barang siapa yang menjaga dari barang yang haram, maka Allah akan menjaga kehormatannya.
c. Dalam bakti sebagai hamba, karena barang siapa yang menjaga kebaikan dan kebenaran untuk taat kepada Allah maka tujuannya akan menuju kebesaran dan kemuliaan.
d. Melakukan ibadah yang diwajibkan dengan dilakukan dengan baik maka hidupnya akan bahagia.
e. Diberikan maka, akan timbul rasa syukur dan akan ditambahi nikmat yang lebih besar.
Menghargai pemberian nikmat dari Allah, karena barang siapa yang menjunjung tinggi nikmat yang Selain amalan al-khamsah, tarekat Syadziliyah memiliki ajaran yang harus dilakukan oleh seorang sufi, jalan yang digunakan menggunakan dua metode yaitu; metode khas dan am.
Pengertian thariqah menurut kalangan khas adalah jalan yang dilalui oleh golongan orang yang dicintai Allah Swt. sedangkan pengertian “am” yang ditempuh oleh kalangan para pencinta Allah, yaitu para penerus perjuangan nabi. (M. Tayudin Rizak, Konsep Ma’rifat Syeikh Abu Hasan Asy-Syad’zilizh Dalam Buku Rasalatul Amin Fi Al-Wushul Li Rab Al-Alamin, Jurnal Akhlak Dan Tasawuf, Vol. 05 No. 02 ,2019, 330-331.)
Tarekat Syadziliyah memiliki beberapa cabang yang berperan penting dalam perubahan besar dalam dunia Islam, antara lain: Al-Qasimiyah, Al-Madaniyah, Al-Idrisiyah, As-Salamiyah, Al-Handusiyah, Al-Qauqajiyah, Al-Faidiyah, Al-Jauhariya, Al-Wafa'Iyah, Al-Azniyah, Al-HamidiyahAl-Faisiyah, Al-Qarqawiyah, dan Al-Hasyimiyah.