Sejarah Pendiri Tarekat Naqsyabandi (Part 1)

September 27, 2023 - 16:28
 0
Sejarah Pendiri Tarekat Naqsyabandi (Part 1)

Kelahiran dan Silsilah keturunan Syaikh an-Naqsyabandî

Syaikh an-Naqsyabandî lahir di desa Qasrul Arifân di dekat Bukhâra (Uzbekistan) pada bulan Muharram tahun 717 Hijriyah. Sebelum dilahirkan, gurunya Syaikh Muhammad Bâbâ as-Sammâsî, telah mengisyaratkan akan kelahirannya. Setiap kali Syaikh as-Sammâsî melewati desa Qasrul Arifân, selalu berkata kepada para muridnya, “Dari desa ini aku mencium bau seorang wali.”

Setelah bayi yang dimaksud dilahirkan dan berusia tiga hari, Syaikh as-Sammasi melewati desa itu seperti biasa. Lalu kembali berkata pada para muridnya, “Bau seorang Wali yang aku ceritakan, sekarang ini semakin semerbak.”

Tak lama setelah itu, si bayi oleh kakeknya dibawa ke rumah Syaikh as-Sammasi. Ketika melihat bayi tersebut, Syaikh as-Sammâsî spontan berteriak gembira seraya menoleh kepada muridnya, “ini ‘anakku’. Inilah wali yang selama ini aku cium baunya. Insya Allah tidak lama lagi ia akan menjadi panutan banyak orang.”

Kemudian Syaikh as-Sammâsî menemui Sayyid ‘Amîr Kulâl untuk menyerahkan Pendidikan “anaknya” itu. Ketika itu Syaikh as-Sammâsî berkata, “Ini ‘anakku’. Didiklah dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai engkau teledor dalam mendidiknya. Jika engkau teledor, aku tak akan rela untuk selama-lamanya.”

Lalu Sayyid ‘Amâr kulîl berdiri dan berkata, “Aku akan melaksanakan perintahmu. Insya Allah aku tidak akan teledor dalam mendidiknya.”

Syaikh an-Naqsyabandî mengisahkan, “Kakekku mengirimku ke desa Sammâs dengan tujuan supaya aku mengabdi kepada Syaikh as-Sammâsî. Ketika aku berhasil menemuinya, sebelum waktu Maghrib tiba aku telah mendapatkan keberkahannya sehingga aku merasakan ketenangan pada diriku, ke-khusyu’an, tadharru’ serta kembali pada Allah.”

Lebih lanjut Syaikh an-Naqsyabandî berkata, “Ketika Syaikh as-Sammâsî meninggal dunia, kakekku membawaku ke Samarqand. Setiap kali mendengar ada orang saleh, ia membawaku kepadanya. Kepada orang yang saleh yang dikunjungi, ia memintakan doa untukku. Ternyata permintaan doa betul-betul terkabul. Aku mendapatkan keberkahan dari orang-orang saleh tersebut.”

Tarekat yang pendiriannya dinisbatkan kepada wali quthub bernama Muhammad Bahâ’uddîn bin Muhammad bin Muhammad al-Syarîf al-Husaini al-Hasani al-Uwaissî al-Bukhârî. Lebih dikenal dengan sebutan Syaikh an-Naqsyabandî.

Sumber: Buku Menyimak Biografi Pendiri Thoriqoh Al-Mu’tabaroh

Baca Juga:
Nasab Keilmuan dan Keturunan Pendiri Tarekat Naqsyabandi (Part 2)

Karomah Sampai Wafatnya Pendiri Tarekat Naqsyabandi (Part 3)