MEMAKNAI MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TASAWUF MEMPERINGATI HUT KEMERDEKAAN RI YANG KE 80

Kemerdekaan adalah kebebasan dari belenggu imperialisme dan kolonialisme yang merenggut keadilan dan kedaulatan daerah yang dijajah. Oleh karena itu, kemerdekaan hak dari segala bangsa yang wajib diperjuangkan.
Istilah "merdeka" dalam bahasa Arab dapat diterjemahkan menjadi: Pertama: Hurriyah (حرية): Istilah ini berarti "kebebasan" atau "kemerdekaan". Kedua, Istiqlal (استقلال): Istilah ini berarti "kemerdekaan" atau "kedaulatan".
Kedua istilah ini seringkali digunakan dalam konteks politik, sosial, dan ekonomi untuk menggambarkan keadaan bebas dari penjajahan, penindasan, atau ketergantungan.
Pengertian merdeka secara hukum dapat diartikan adalah:
- Bebas: Merdeka berarti bebas dari kontrol, dominasi, atau penindasan orang lain.
- Kedaulatan: Merdeka juga berarti memiliki kedaulatan dan kontrol penuh atas diri sendiri, wilayah, atau negara.
- Kemampuan menentukan nasib: Merdeka berarti memiliki kemampuan untuk menentukan nasib dan masa depan sendiri.
Merdeka dapat diartikan dalam berbagai konteks, seperti:
- Kemerdekaan politik*: Merdeka dari penjajahan atau kontrol asing.
- Kemerdekaan individu*: Merdeka dari penindasan atau kontrol yang tidak adil.
- Kemerdekaan ekonomi*: Merdeka dari ketergantungan ekonomi pada orang lain.
Dalam segala konteks, merdeka berarti memiliki kebebasan dan kemampuan untuk membuat pilihan dan menentukan nasib sendiri.
Merdeka dalam perspektif tasawuf memiliki makna yang lebih dalam dan spiritual. Tasawuf sendiri terbagi kedalam empat macam:
1. Tasawuf Akhlaqi
2. Tasawuf Amali
3. Tasawuf Irfani
4. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Akhlaqi adalah tasawuf sebatas mengenai hubungan baik antara sesama manusia, yaitu perilaku terpuji dalam masyarakat. Dan imi Tasawuf paling umum disemua kalangan.
Tasawuf Amali adalah perjalanan seseorang untuk menunju Allah, atau disebut thariqat. Seseorang yang telah berada dibawah bimbingan mursyid dan dalam proses pendidikan spiritual dari seorang mursyid. Tasawuf imi disamping ber akhlak mulia juga istiqamah mengamalkan zikir-zikir, mujahadah dan rabitah.
Tasawuf Irfani adalah hasil dari pada Tasawuf amali, yaitu seseorang yang telah memperoleh waridat-waridat Ilahiyah, dan telah tersingkap rahasia keghaiban. Atau Tasawuf Irfani disebut juga hakikat di mana seseorang telah dapat menyaksikan manifestasi (tajalli) Sifat-Sifat Allah. Tasawuf irfani di populer kan oleh Syekh Ibnu Arabi beserta murid2 dN pengikut-pengikutnya.
Tasawuf falsafi adalah Tasawuf yang dikembangkan oleh Syekh Syihabuddin Yahya Syuhrawardi Al-Maqtul dan Syekh Shadruddin Muhammad Asy-Syirazi ( Mulla Shadra). Jenis Tasawuf ini suatu metode yang menggabungkan Irfani sufi dan filsafat. Di mana filsafat dijadikan sebagai metode untuk menjelaskan kalam-kalam Dzuq dari Tasawuf irfani tersebut. Tasawuf falsafi lebih tepat dinamakan teosofi. Teosofi sensiri terdiri dua macam yaitu hikmah al-Isyraqi dan hikmah al-Muta'aliyah.
Kembali dalan pembahasan,
Maka dalam tasawuf merdeka dapat dibagi kedalam empat tingkatan;
Merdeka secara Syariat
Yaitu Merdeka dari penjajahan berarti bebas dari kontrol atau dominasi asing, baik secara politik, ekonomi, budaya, dan terutama secara agama. Di mana pihak penjajah memberikan tekanan dan merusak aqidah, dan syariat Islam disamping memecah belah persaudaraan dan kesatuan bangsa. Maka sudah semestinya umat Islam memberikan perlawanan dalam bentuk jihad, terhadap pihak penjajaha. Dalam hal ini, tidak sedikit ulama-ulama Sufi yang ber kontribusi dalam melakukan perlawanan terhadap pihak penjajah asing. Seperti:
1. Perlawanan Syekh Taj Yusuf Al-Khalwati Al-Makassari dari tarekat Khalwatiyyah dalam melakukan perlawanan kolonial Belanda di Nusantara khususnya di daerah Sulawesi dan sekitarnya.
2. Perlawanan Syekh Abdul Shamad Al-Palimbani dari Tarekat Sammaniyah dalam melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda di daerah Nusantara khususnya Sumatera.
3. Perlawanan Syekh Amir Abdul Qadir al-Jazairi dari Tarekat Qadiriyyah dalam melakukan perlawanan kolonial Prancis di daerah Aljazair.
4. Perlawanan Syekh Muhammad Ali al-Sanusi dari Tarekat Sanusiyyah Perlawanan kolonial Italia di Libiyah.
5. Perlawanan Syekh Umar Ibnu Sayyid al-Faouti al-Tijani dari Tarekat Tijaniyyah Perlawanan kolonial Inggris di Afrika Barat.
6. Perlawanan Muhammad Syamil ad-Dagestani al-Naqshabandi dari Tarekat Naqsyabandi perlawanan kolonial Tsar Rusia di daerah Kaukasian.
Merdeka secara Tarekat
Yaitu Bebas dari belenggu nafsu dan syetan : Dalam tasawuf, merdeka berarti bebas dari belenggu nafsu, syetan dan keinginan duniawi yang dapat menghalangi seseorang untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi yaitu makrifatullah.
Maka perlawanan kemerdekaan Tarekat terletak pada hati. Di sini lah peran para Mursyid yang Arifbillah yg memberikan kontributor kepada para murid2 untuk melakukan riyadha (latihan spiritual) dan mujahadah (jihan terhadap hawa nafsu dan syetan) dalam bentuk zikir-zikir, suluk, rabitah dan istiqamah dalam mengerjakan ibadah.
Secara lahiriah Indonesia memang telah merdeka dari penjajahan baik dari kolonial Belanda dan Jepang sejak 80 tahun lalu. Akan tetapi secara bathin bangsa Indonesia terutama di kalangan pimpinan pejabat, pengusaha dan pemegang otoritas lainnya belum merdeka dari penjajahan belenggu nafsu dan syetan. Realitas di lapangan kita banyak menyaksikan di media massa banyak terjadinya tindakan perbuatan melawan hukum, dekadensi moral baik kalangan pimpinan, organisasi /perkumpulan dan masyarakat. Tindakan kejahatan seperti korupsi, pelecehan seksual, Judi online, pengrusakan lingkungan, pencucian uang, narkotika, kejahatan cyber crime, penyebaran hoaks, dan lainnya sangat marak terjadi di Indonesia. Kenapa, terjadi. Jawabannya nilai-nilai spiritualitas telah hilang di dalam hati bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, kehadiran tasawuf Irfani sangat penting untuk mendidik ruhani bangsa Indonesia supaya bangsa Indonesia memperoleh hurriyah yaitu merdeka dan terbebas dari belenggu nafsu dan syetan.
Merdeka secara hakikat
Merupakan merdeka yang lebih mendalam dari tingkatan merdeka sebelumnya. Tingkatan ini merdeka tingkat para nabi, rasul dan wali-wali Allah. Merdeka hakikat adalah Kebebasan dari ego diri atau ananiah (wujud) diri yang menjadi hijab seseorang untuk mencapai kesadaran spiritual akan vision (Syuhud) menyaksikan Al-Haqq.
Merdeka hakikat juga diartikan merdeka dari yang tidak ada (adam mahadh) kepada yang ada (al-Wujud), merdeka dan terbebas dari yang baharu kepada yang Qadim.
Merdeka hakikat dalam tasawuf lebih tepat di maknai Istiqlal (kemerdekaan atau kedaulatan). Dalam hal ini ulama sufi dari Aceh, Abuya Syekh Amran Waly Al-Khalidi menjelaskan, "Bahwa mukmin yang kamil (sempurna), dirinya merupakan madhar dari Wujud Allah, sebab wujudnya merupakan limpahan dari Wujud Allah. Wujud Allah berdiri sendiri (Independen) yang dimaksud Istiqlal, sementara Wujud Muhammad bersifat istifadhah yaitu limpahan dari Wujud Allah. Muhammad dimaksud adalah Haqiqatul Muhammadiyah penyebab adanya alam semesta dan manusia.
Apabila seseorang hamba masih merasa diri nya ada, yaitu ananiyah (keakuan diri) maka ia belum mendapatkan kemerdekaan hakikat.
Tanda orang yang telah memperoleh kemerdekaan hakikat ia telah fana dari selain Al-Haqq dan kekal (baqa) bersama Al-Haq walaupun secara lahiriah ia berkumpul dalam masyarakat luas.
Tanda merdeka hakikat sebagai mana isyarat kalam Syekh Ruzbahan Al-Baqli Asy-Syirazi QS menerangkan.
"واذكر ربك في نفسك" (سورة الاعراف: ٢٠٥) حتى تفنى نفسك في نفسي، ولا يبقي إلا نفسي، لاذعانك بنعت العبودية في ساحة كبريائي، وبنعت رؤية جلالي، حيت لا ترى غيري، هذا معنى قوله : "تضرعا وخيفة" (الاعراف : ٢٠٥).
"Sebutlah nama Tuhanmu di dalam dirimu" (Surat Al-A'raaf: 205) Sehingga dirimu fana (sirna) ke dalam Diri-Ku dan tidak ada yang Baqa (kekal) pada dirimu kecuali Diri-Ku dengan ketundukanmu dalam beribadah dibawah naungan Kebesaran Ku dan penglihatanmu akan Keagungan Ku sehingga kamu tidak melihat apa-apa kecuali diriku. Dan ini makna dari tadarru'an (merendahkan diri) dan wakhifah (rasa takut)
[ Kitab Tafsir Arasy Al-Bayan fi Haqa'id Al-Qur'an Jilid I, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 507 ].
Adapun orang-orang yang telah merdeka secara hakikat sebagai mana penjelasan Ruzbahan Al-Baqli Asy-Syirazi diatas, yaitu orang yang telah diberikan minuman Makrifat yang memabukkan yang membuat tetap merdeka dari selain Allah Ta'ala.
Syekh Mulla Sayyid Haidar Al-Amuli menjelaskan kalam Sayyidi Ali bin Abi Thalib ra.
قال أمير المؤمنين علي كرامه الله وجه" أن لله تعالى شرايا لأوليائه إذا شربوا سكروا، وإذا سكروا طربوا، وإذا طربوا طابوا، وإذا طابوا ذابوا، وإذا ذابوا خلصوا، وإذا خلصوا طلبوا، وإذا طلبوا وجودا، واذا وجدوا وصلوا، وإذا وصلوا انصلوا، وإذا اتصلوا لا فرق بينهم وبين حبيبهم." وقد سبق هذا في المقدمات مرارا ولعدم المناسبة بينه وبين نبيه صلى الله عليه وسلم قال تعالى "وما رميت إذ رميت ولكن الله رمى" [ الأنفال : ١٧]. وقال النبي صلي الله عليه وسلم ينفسه : "من رأني فقد رأى الحق " ( البخاري ). وقال غيره "سبحاني ما أعظم شأني، وأنا الحق " وامثال ذلك
Amir al-Mukmini Ali bin Abi Thalib kw. Berkata, "Sesungguhnya Allah Memiliki sebuah minuman bagi para Wali Nya. Bila mereka meminumnya, mereka sakr (mabuk). Bila mereka mabuk, mereka kegirangan. Bila mereka kegirangan, mereka menjadi baik. Bila mereka baik, mereka menjadi kurus. Bila mereka mereka kurus. mereka menjadi khalis (bersih dari selain Al-Haqq). Bila mereka khalis, mereka mencari. Bila mereka mencari, mereka menemukan. Bila mereka menemukan, mereka tersambung (intishal/wushul). Bila mereka tersambung (sampai ke Hadrah Al-Haqq), tidak ada perbedaan antara yang dicintai dan yang mencintai atau tidak ad perbedaan antara mereka dan Kekasih mereka." Karena adanya kesesuaian antara Dia dan Nabi Nya. Maka Dia berfirman:
"Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar." (QS. Al-Anfaal: 17). Nabi saw bersabda, : "Barangsiapa melihatnya ku , maka ia melihat al-Haqq." (HR. Bukhari). Seorang arif berkata, "Mahasuci aku! Betapa tinggi kedudukanku! "Akulah al-Haqq," Dan sebagainya.
[ Kitab Asrar asy-Syari'ah wa Athwar ath-Thariqat wa Anwar Al-Haqiqah, Al-Syaqafi Qum: Nur ala Nur Qum, Teheran, hal 87 ].
Orang-orang telah diberikan minuman Makrifat yang memabukkan mengatarkan seseorang ke pada fana dan baqa yang merupakan puncak dari setinggi-tinggi nya kemerdekaan dan kebebasan. Sayyid Haidar Al-Amuli lebih lanjut menjelaskan
وهذا المقام يسمى مقام الفناء في التوحيد أعني مقام فناء العارف في المعروف، والمحب في المحبوب، والشاهد في المشهود، بمحو الإثنينية الاعتبارية، ورفع الأنانية المانعة عن الوصول إليه، كقول بعضهم فيه :
بيني وبينك إني ينازعني. فارفع بلطفك إني من البين.
وليس المراد بهذا الفناء فناء الأعيان، حتى يتوهم المحجوب منه ذلك، بل المراد بعد الفناء في العرفان على الوجه الذي قررناه مرارا، لأن الانبياءو الرسل والأولياء والعارفين منهم كانوا فانين فيه، باقين به، واعيانهم كانت موجودة، مع أنهم فانين، فافهم جدا.
Maqam ini dinamakan maqam kefanaan dalam tauhid. Artinya maqam kefanaan si arif dalam ma'aruf, si muhib di dalam mahbub, dan si syahid di dalam masyhud, penghapus itsna'iyah (dualisme tituler), dan penghilangan ananiyah (eogisme) yang mencegah wushul (sampai) kepada-Nya, seperti ucapan sebagian dari mereka (Arifbillah):
Di antaraku dengan-Mu
Ada ananiyah (ego)ku yang menentangku
Hilangkan ananiyahku dengan Luthf-My darinya.
Maksud dari kefanaan ini bukanlah fana entitas, sehingga orang-orang yang terhijab (ahlu hijab/ulama dhahir) mengira demikian. Akan tetapi, yang dimaksud fana dalam irfani dalam bentuk yg telah kami tegas kan berulang kali. Sebab, para Nabi, para Rasul dan para Wali Allah dan para Arifbillah pun fana di dalam-Nya, dan juga baqa (kekal) di dalam-Nya, sementara entitas mereka masih tetap ada, padahal mereka fana. Oleh karena itu, fahamilah dengan baik.
[ Kitab Asrar asy-Syari'ah wa Athwar ath-Thariqat wa Anwar Al-Haqiqah, Al-Syaqafi Qum: Nur ala Nur Qum, Teheran, hal 92-93 ]
Merdeka dalam perspektif tasawuf bukanlah hanya tentang kebebasan fisik atau politik, tetapi lebih tentang kebebasan spiritual dan kesadaran akan kehadiran Allah, penyaksian Allah dan eksistensi Tuhan yang bersifat absolut yang dinamakan Wahdatul al-Wujud.
Maka marilah di momen memperingati hut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 80, bangsa Indonesia khusus nya umat Islam dapat memperoleh kemerdekaan spiritual agar terwujud kemakmuran, kesejahteraan dan kejayaan negara Indonesia.
Budi Handoyo SH MH