Seminar Tasawuf di Kediri, Mudir ‘Ali: Islam Berkembang Pesat dengan Thariqah

Desember 3, 2025 - 19:56
Desember 3, 2025 - 19:58
Seminar Tasawuf di Kediri, Mudir ‘Ali: Islam Berkembang Pesat dengan Thariqah
Mudir 'Ali JATMAN, Prof. KH. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum hadir dalam Seminar Nasional Tasawuf di UIN Syekh Wasil, Kediri (3/12/2025) | Foto: YT UINSW Kediri

Kediri, JATMAN Online

Mudir ‘Ali JATMAN, Prof. Dr. K.H. Ali Masykur Musa, S.H, M.Si, M.Hum., menjadi keynote speaker pada seminar nasional di Universitas Islam Negeri Syekh Wasil (UINSW) Kediri, Rabu, (3/12/2025).

Seminar yang diselenggarakan oleh UINSW itu mengangkat tema “Membaca Kembali Naskah Turots Tasawuf Nusantara untuk Resiliensi Spiritual di Era Digital” itu dihadiri oleh civitas akademik UINSW, Idarah Wustha JATMAN Jawa Timur dan beberapa Idarah Syu’biyyah di sekitar Kediri Raya.

Di awal pemaparan, Mudir ‘Ali menjawab tema seminar kepada para peserta seminar apakah masih relevan atau efektifkah tasawuf dan thariqah di era digital.

“Jawaban dari judul tema seminar ini, tidak akan pernah lekang oleh waktu. Di mana pun atau kapan pun, thariqah adalah jawaban sampai yaumil akhir. Karena at-thariqatu minallah, thariqah itu memang perintah dari Allah. Dan itu kelengkapan dari panjenengan semua sebagai orang yang al-kamīlah fī al-Islām.” jelas Mudir ‘Ali di hadapan peserta seminar.

Mudir ‘Ali kemudian menuturkan mengapa agama Islam kuat di Indonesia. Hal ini dikarenakan sejarah masuknya Islam dengan thariqah tidak kontradiktif dengan kultur Nusantara.

“Turats atau historikal kehadiran Islam di Nusantara tidak bertentangan sedikitpun dengan kultur atau budaya keseharian ritual kaum Hindu dahulu. Misalnya, wukuf. Wukuf sesungguhnya seperti hening-heneng-henung orang-orang dulu. Kalau kita wukuf fi qalbi, sama kan?” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menilai Islam di Nusantara berkembang pesat dengan tarekat.

“Itulah yang menyebabkan Islam hadir di Nusantara membawa turats tarekat. Sehingga bersenyawa dengan masyarakat Hindu di Nusantara, diterima oleh mereka, kemudian berkembang pesat karena melalui tarekat” imbuhnya.  

Di sisi lain, Rektor UINSW Kediri, Prof. Wahidul Anam, menegaskan bahwa kampus UIN Syekh Wasil mempunyai keterikatan sejarah yang kuat dengan para ulama.

Ia menyebut KH. Mahrus Ali Lirboyo merupakan salah satu tokoh yang turut memprakarsai pendirian UINSW, sehingga sejak awal kampus berdiri adalah pengabdian dan kedekatan dengan para masyayikh.

“UIN Syekh Wasil tidak pernah jauh dari para ulama dan selalu ingin berkhidmat untuk umat,” ujarnya.

Rektor UINSW Kediri itu menambahkan jika kehadiran para ulama di kegiatan seminar ini sebagai bagian dari upaya kampus menyambung sanad dan tradisi keilmuan.

Ia menambahkan bahwa mengangkat kembali naskah turats tasawuf Nusantara merupakan agenda penting, sebab banyak khazanah keislaman yang belum sepenuhnya digali.

UINSW, melalui Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, siap menjadi pionir kajian tasawuf Nusantara dan pusat pengembangan keilmuan di bidang tersebut.

“Kami merasa perlu mengajak semua pihak membaca kembali naskah turots tasawuf Nusantara sebagai upaya membangkitkan dan memperkenalkan kekayaan wacana keislaman yang lahir dari para ulama Nusantara,” jelasnya.