Nishfu Sya’ban Haul Puang Ramma
Nishfu artinya pertengahan dan Sya’ban adalah bulan ke-8 Hijriah menuju pintu Ramadhan, sehingga dipahami bahwa pusat (pertengahan) tahun Hijriah tepatnya pada tanggal 14-15 Sya’ban.

Nishfu artinya pertengahan dan Sya’ban adalah bulan ke-8 Hijriah menuju pintu Ramadhan, sehingga dipahami bahwa pusat (pertengahan) tahun Hijriah tepatnya pada tanggal 14-15 Sya’ban.
Pada tahun ini Nishfu sya’ban bertepatan hari ini, Jumat-Sabtu tanggal 18-19 Maret 2022, kita disunnahkan untuk memuliakannya dengan berbagai amalan spirit ruhaniah seperti doa, zikiran, dan ziarah kubur.
Doa yang senantiasa keluar dari bibir Nabi saw. di pertengahan bulan ini, adalah “Allahumma Barik Lana fi Sya’ban wa Balligna Ramadhan (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan)”. Doa Nishfu Sya’ban ini merupakan star pemanasan (warning up) untuk memasuki Ramadhan.
Zikiran, adalah konsentrasi mengingat Allah Swt. Lazimnya santri dan jamaah tarekat bila sudah masuk ajaran tasawuf, mereka diberi bimbingan zikir yang ada tuntunannya bersumber dari Nabi saw.
Lafaz zikir yang silsilahnya bersambung dari dan kepada Nabi saw. menimbulkan energi yang sangat kuat-tembus ke Arasy, apalagi jika hal itu dilaksanakan secara berjamaah dan dipimpin seorang ulama, syekh mursyid.
Berbagai dalil menegaskan bahwa di saat dilaksanakan zikir berjamaah, para malaikat berkumpul dan ikut berzikir, serta mengaminkan, merestui apa saja yang diminta oleh jamaah melalui doa mereka.
Ziarah Kubur adalah konsentrasi mengingat kematian. Lazimnya sebelum berdoa untuk Ahlilqubur (penghuni kubur), terlebih dahulu membersihkan areal makam dari sampah dan dedaunan, atau mengganti bunga-bunga yang sudah kering atas makam tersebut.
Ziarah kubur disunnatkan pada kamis sore atau jumat pagi, dan pada waktu-waktu tertentu khususnya di bulan Ramadhan atau hari raya, namun sebagaimana yang dituturkan Aisyah bahwa Nabi saw lebih berlama-lama di pekuburan Baqi’ pada malam Nishfu Sya’ban.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Aisyah ra. bercerita, pada suatu malam ia kehilangan Nabi saw, sehingga dia mencari dan akhirnya menemukan Nabi saw. di Pekuburan Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Nabi saw. kemudian bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni dosa yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb (HR. Muslim/II: 261).
Sakralitas spiritual Nishfu Sya’ban yang telah dikemukakan, berimplikasi pada setiap muslim kiranya menjadikan momentum Nishfu Sya’ban untuk lebih memperbanyak amalan ritual.
Ditemukan hadis bahwa bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Allah SWT, yakni dilaporkan semua amal shaleh seorang hamba kepada Tuhan-nya.
Khusus untuk malam Nishfu Sya’ban, Allah Swt. memberi ampunan kepada mereka yang beristighfar, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, dan dicatatkan bagian rizki serta amal usahanya.
Doa, zikiran dan ziarah kubur menjadi ritual rutinitas jamaah tarekat Jam’iyah Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy yang dikemas dalam bentuk haul.
Haul mengenang Allahuyarham Syekh Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma al-Khalwatiy Qaddasallahu Sirrah, yang wafat 15 Sya’ban 1427 (8/9/2006), di tahun ini memasuki haul haul ke-16 wafatnya Puang Ramma, mursyid ke-11 Jam’iyah Khalwatiyah.
Haul dalam bahasa Arab diartikan setahun memperingati wafatnya seseorang yang dimuliakan. Haul bukan sesuatu yang bid’ah karena kata haul tersebut, termaktub dalam QS al- Baqarah/2: 240 dan QS al-Ra’d/13: 24.
Juga disebutkan dalam hadis bahwa Nabi saw. setiap tahunnya memperingati hari wafat para syuhada Uhud dengan cara mengunjungi makam mereka dan bersalam atasnya dengan ucapan Assalamu alaikum bima shabartum fani’ma ‘uqba al-dar (selamat atas kalian para syuhada maka kesejahteraan kalian peroleh sebagai balasan di akhirat sebab kesabaran kalian).
Ziarah makam syuhada sekali dalam setahun (yang disebut haul) menjadi tradisi umat Islam di masa khlufaurrsyidin, tabiin, dan generasi ulama sampai saat ini (lihat Syarah al-Ihya juz 10: h. 121).
Oleh karena itu, ulama dan jamaah Jam’iyah Khalwatiyah dari segala penjuru sebagaimana setiap tahunnya saat memasuki Nishfu Sya’ban berkumpul di makam Puang Ramma, Tambua Maros, sekitar 12 Kilometer ke arah Utara dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Ziarah ke makam Puang Ramma, dijadwalkan tepat masuknya 15 Sya’ban 1436 tahun ini, bertepatan hari Jumat (18/03) jam 18.00 wita. Keesokan harinya, menandai kepergian Nishfu Sya’ban, Sabtu (19/03) jam 18.00 wita.
Untuk meraih keberkahan momen Haul ke-16 Puang Ramma jamaah Khalwatiyah dan kaum Nahdliyyin di daerah ini diundang untuk doa dan zikir berjamaah di kompleks makam Puang Ramma, jalan poros Tambua KM 06 Kota Maros.
Kemarin, Kamis (17/03) pukul 20.00 WITA, malam jumat telah dimulai ritual doa tersebut kediaman mursyid Khalwatiyah ke 12, Syekh Sayyid A Rahim Assegaf Puang Makka, Jl Baji Bicara Nomor 7 Cenderawasih Makassar.
Puang Ramma selain mursyid Khalwatiyah, juga sebagai salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan, ormas Islam terbesar di Indonesia.
Khusus di Sulawesi Selatan, NU didirikan secara resmi pada 8 April 1950 yang mulanya sebagai wadah perkumpulan ulama, Rabithatul Ulama (RA), diprakarsai Puang Ramma bersama ulama senior lainnya, yakni KH Ahmad Bone, KH Muhammad Ramli, Andi Mappayukki, KH Saifuddin, KH Mansyur Daeng Limpo, dan beberapa ulama sejawatnya.
Sejak berdirinya NU di Sulawesi Selatan, Puang Ramma mendampingi KH. Ahmad Bone sebagai Rais Syuriah. Periode tahun 1977-1982, Puang Ramma sebagai dewan Syuriah NU, selanjutnya Puang Ramma menjabat mustasyar PWNU Sulawesi Selatan sampai akhir hayatnya.
Bagi jamaah Khalwatiyah diwajibkan untuk mensyiarkan haul tersebut dan diharapkan bagi kaum Nahdliyyin, jamaah NU khususnya di daerah ini untuk melibatkan diri meraih keberkahan (tabarruk) pada momentum tahunan Nishfu Sya’ban dan Haul ke-16 Puang Ramma. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq
Penulis: Mahmud Suyuti (Katib Am Jam’iyah Khalwatiyah)
Editor: Khoirum Millatin