Gus Ulil Apresiasi JATMAN Soal Diskusi Rutin Tasawuf dan Tarekat

November 1, 2025 - 06:03
November 2, 2025 - 09:04
Gus Ulil Apresiasi JATMAN Soal Diskusi Rutin Tasawuf dan Tarekat
Gus Ulil Apresiasi JATMAN Soal Diskusi Rutin Tasawuf dan Tarekat

Jakarta, JATMAN Online

Lajnah Mubahatsah Masail Shufiyyah Idarah Aliyyah JATMAN kembali menggelar diskusi rutin tasawuf dan tarekat di gedung PBNU, Jakarta Pusat, pada hari Jum'at, (31/10/2025).

Mengangkat tema, "Praktik Syariat, Hakikat, Tarekat dan Ma'rifat sebagai Tahapan Perjalanan Menuju Allah", Idarah Aliyyah JATMAN menghadirkan pemateri yakni K.H. Zuhrul Anam Hisyam, pengasuh ponpes At-Taujih dan Ma'had Aly Andalusia Banyumas dan Syekh Rohimudin Al-Bantani. 

Hadir dalam sambutan mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, K.H. Ulil Absar Abdalla atau Gus Ulil. Ia menyampaikan menyampaikan tahniah kepada dua tokoh penting dalam membahas tasawuf.

"Saya sebagai salah satu pengurus PBNU, pertama-tama menyampaikan tahniah sehangat-hangatnya kepada dua tokoh yang pada malam hari ini. Yang akan membahas masalah yang sangat penting dalam bidang tasawuf (tentang syari'at, thariqah, hakikat dan seterusnya)." ucap Gus Ulil di hadapan hadirin. 

Gus Ulil berharap disukusi ini dilaksanakan secara rutin dan dapat membawa ruh kantor PBNU.

"Saya juga berharap forum ini bisa terus berlangsung secara rutin dan reguler. Apapun yang terjadi baik ada hujan, angin atau beldeg (petir), pokoknya harus berjalan! Saya yakin kegiatan ini akan menghidupkan gedung atau bangunan ini. Dan akan menjadi ruh kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini", pesannya.

Pengalaman Ruhani dan Tidak Kalahnya Ulama Indonesia

Gus Ulil menilai bahwa ulama terdahulu sangat luar biasa (khususnya di bidang tasawuf), karena pengalaman ruhani mereka dijadikan sebagai suatu keilmuan.

"Memang yang disebut dengan tasawuf itu mula-mula adalah tajribah ruhiyyah syakhsiyyah (pengalaman ruhani yang bersifat personal), tetapi pengalaman ini tidak berhenti sebagai pengalaman saja. Yang luar biasa yang dilakukan oleh ulama-ulama tasawuf pada zaman dahulu adalah mereka ini menjadikan pengalaman personalnya menjadi ilmu", ungkapnya.

Ia menambahkan jika pengalaman-pengalaman ulama tadi kemudian ditulis (menjadi ilmu), kemudian disebarkan kepada orang lain, sehingga menjadi sumbangan terbesar keilmuan Islam di bidang tasawuf.

"Ketika pengalaman personal mereka ditulis sebagai ilmu, maka bisa dibaca oleh orang lain atau bisa dinikmati pengalamannya oleh orang lain. Ini bagi saya sangat luar biasa. Sumbangan terbesar para ulama tasawuf seperti Imam Al-Ghazali atau yang lain, karena mereka tidak sekedar menikmati pengalaman ruhaninya sendiri, tetapi kemudian mereka menuliskan pengalaman itu dan disebarkan kepada orang lain," ujar Gus Ulil.

Ia juga yakin bahwa para ulama Indonesia tidak kalah dengan ulama-ulama luar negeri dan perlu JATMAN menulis pengalaman ruhiyyah dari ulama-ulama kita.

"Saya yakin dari segi tajribah ruhiyyah syakhsiyyah para ulama Indonesia tidak kalah sebetulnya. Mungkin pengalaman ruhiyyah-nya jauh lebih tinggi dari ulama di negeri yang lain. Hanya saja ulama sufi di Indonesia ini memang kurang dalam mengungkapkan pengalaman ruhaniyah dalam bentuk tertulis. Nah ini perlu didorong oleh JATMAN, pengalaman-pengalaman oleh ulama kita yang luar biasa dalam ruhiyyah itu ditulis, sehingga generasi setelahnya ini dapat menikmati buah ruhiyyah itu dan menyebarkan kepada sebanyak-banyaknya orang", ucapnya di akhir sambutan.