Al-Maut Al-ikhtiyari: Amalan Qalbu yang Tersembunyi dan Kontinyu

Pada tulisan ini, kita akan melanjutkan faidah-faidah al-maut al-ikhtiyari dalam kitab “Hidayatu Al-Rabbi ‘Inda Faqdi al-Murabbi” Karya Syeikh Al-Muttaqi Al-Hindi. Penjelasan tentang al-maut al-ikhtiyari bisa disimak ditulisan sebelumnya supaya lebih nyambung:
- Inilah Cara Efektif Mengendalikan Nafsu https://old.jatman.or.id/inilah-cara-efektif-mengendalikan-nafsu/
- Mati Sebelum Mati, Terlahir Dua Kali
https://old.jatman.or.id/mati-sebelum-mati-terlahir-dua-kali/
Tiga faidah terakhir dari al-maut al-ikhtiyari adalah:
- Jalan Logis yang Ditempuh dengan Qalbu, bukan dengan Kaki
Al-maut al-ikhtiyari adalah jalan logis yang ditempuh dengan qolbu bukan dengan kaki. Maksudnya begini, jika ibadah seperti sholat atau haji itu ngelibatin aktivitas fisik, seperti berdiri dengan kaki, dan takbir dengan mengangkat tangan, maka al-maut al-ikhtiyari itu enggak butuh aktivitas fisik, namun cukup dengan mengkondisikan qolbu dan pikiran.
As-syeikh menyebut faidah ini dengan berapa pengertian antara lain: jalan tanpa jejak kaki, wujudnya khayal seperti tidak adanya; jalan menuju keimanan dan keyakinan, di dalamnya tak ada batu dan tanah; jalan kembali dan jalan akhirat yang tidak perlu bekal; jalan orang-orang yang sendiri dalam kesendirian (khalwat) bukan jalan orang banyak di padang Sahara; jalan sunyi dan fana’ bukan jalan syahwat dan penuh pujian.
Kaidah yang umum bisanya jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang wujud maka kita gunakan alat-alat yang wujud pula. Contoh, jika Anda ingin membuat kursi dari kayu, maka Anda butuh mesin gergaji, kapak, dan alat-alat lainnya. Sedangkan, menghasilkan sesuatu yang wujud dengan sesuatu yang tidak wujud itu luar biasa. Al-maut al-ikhtiyari inilah sesuatu yang tidak wujud (konsepsi) namun menghasilkan sesuatu yang wujud, yaitu hidup abadi di akhirat.
- Amal yang Kontinyu dan Tidak Terputus
Jika Anda melakukan shalat dhuhur maka akan terputus waktu sebelum Anda melakukan shalat ashar. Begitu seterusnya untuk shalat-shalat yang lain. Berbeda dengan itu, al-maut al-ikhtiyari bersifat terus menererus (kontinyu) walaupun pelakunya sedang tidur. Karena orang yang berhasil menerapkan al-maut al-ikhtiyari, ia akan tidur dengan anggapan sebagai kematiannya sehingga ia akan mempersiapkan sebaik-baiknya. As-syeikh menyebut faidah yang kedua ini dengan: wiridnya orang yang tidur untuk perjalanan abadi; amal tanpa kendor itu ikhtiar terlahir kedua kalinya. - Amal Samar yang Berbarengan dengan Ikhlas dan Terkabul.
As-syeikh mengatakan bahwa al-maut al-ikhtiyari adalah ibadah yang terpelihara dengan Ikhlas, dijamin Ikhlas; amal yang terbebas dari syirik, maka layak untuk diterima; dan dzikir qolbu tanpa llisa, yang menarik surga dengan qolbu.
Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang bisa menerapkan al-maut al-ikhtiyari di dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu a’lam bishshowab.