Al-Fatihah ; Permulaan Suluk Cinta

Jakarta, JATMAN.OR.ID: Bismillah, ada jalan kerendahan yang harus dilalui oleh hamba. Kerendahan (dzhull) tanpa syin dan ya (tanpa Bergumam, mengeluh kesah dan egoitas).
Ada pusat kebersatuan penciptaan (ba), dimana semua terhubung tanpa terkecuali, tanpa didahului nama, tanpa mengenal agama, hadir dalam wujud tanpa ruang, dialah nuqhtoh.
Nuqthoh, kita kenal sebagai elemen terhalus benda fisikal, dan hari ini kita kenal adalah spirit, ruh.
Ada Spirit sebelum nama, ada substansi sebelum eksistensi, ialah bismillah.
Lalu kau mengenal “Allah” dalam urutan ketiga dari lafadz tersebut (bismillah), apakah kau mengingat ada Logos yang bersemayam dalam dirimu. Banyak nama kita mengenalnya, banyak sifat kita memikirkannya, dia Allah, kau sebut dia dalam Suara lirih, lalu mengaum, mengkristal , ada sisa suara om yang kau sahutkan dalam wujud Hu, Ah, Pada napasmu..
Bismillah, Kau dengar lafadz itu, kau pun mengerti , bahwa napas adalah spirit, napas Rohmani dalam Hadits Baginda Nabi saw, Dia dekat melebihi napasmu sendiri, dia bersemayam dalam hijab yang takan kau mengerti kecuali kau bertemu sorang wali, penuntun ta’rifmu…..
Hijab A’dzom, Carilah dia, penuntunmu menuju wushul, Allahumma Sholli Ala sayyidina Muhammad wa alih…
Ba yang kau sebut itu adalah Ma. kau lupa saat kau dilahirkan? Saat dimana kau lemah, tak berdaya . Saat dimana satu-satunya kekuatanmu adalah bermunajat dalam tangis…
Ba, lalu kau hancurkan ia (Bil kasroh), agar suatu saat kau bertemu simat atau keluhuran isim adhom, tanda pengenalan dari hilangnya keangkuhan….
Bismi, mana hamzah maushul itu? Kemana ia? Terserap ba-mu, atau kasrohmu?
Bismi, mengapa begitu kuat untuk menampung “Allahi” ? Masihkah ego dan keakuan itu berada dan mengada ?
O, Lambang keagungan, temukan “Allahi “ dalam “Bismi”-mu…..
Penulis: Kang Raa Mataram