Empat Buku Penting Kajian Syekh Hamzah Fansuri Sepanjang Masa

September 18, 2023
Empat Buku Penting Kajian Syekh Hamzah Fansuri Sepanjang Masa

Hamzah Fansuri telah dikaji oleh orientalis setidaknya sejak tahun 1933 atau bahkan lebih awal. Di tahun tersebut, John Doorenbos melakukan kajian filologi atas prosa dan syair Hamzah dan menerbitkannya dalam buku berjudul De Geschriften van Hamzah Pansoeri. Buku ini mengkaji beberapa karya syair dan prosa Syekh Hamzah seperti Ashrar Al Arifin dan Sharb Al Ashiqin. Selanjutnya muncul buku-buku karya orientalis lain seperti G.W.J Drewes dan L.F Brakel yang menulis The Poems of Hamzah Fansuri (1986); Claude Guillot dan Ludvik Kalus, menulis La stele funeraire de Hamzah Fansuri atau Batu Nisan Hamzah Fansuri (2000); Dan Braginsky, Satukan Hangat dan Dingin Kehidupan Hamzah Fansuri Pemikir dan Penyair Sufi Melayu (2003).

Sarjana Nusantara yang juga menulis tentang Hamzah Fansuri di antaranya Syed Muhammad Naquib Al-Attas melalui buku The Mysticism of Hamzah Fansuri (1970);  Ali Hasjimi yang menulis Ruba’i Hamzah Fansuri-Karya Sastra Sufi Abad XVII (1976); Wan Mohd Saghir Abdullah yang menulis Tafsir Puisi Hamzah Fansuri dan Karya-karya Sufi (1993); Abdul Hadi, Tasawuf yang Tertindas; Kajian Hermeneutik terhadap karya-karya Hamzah Fansuri (2001); Dan Sangidu, Wachdatul Wujud – Polemik Pemikiran Sufistik antara Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As Samatrani dengan Nururddin ar Raniri (2003)

Di antara begitu banyak karya tersebut, ada empat judul yang sangat penulis rekomendasikan Alasannya, pertama karena sebagiannya adalah buku-buku paling awal yang mengkaji naskah tasawuf Hamzah Fansuri. Kedua, semua buku tersebut menggunakan sumber primer, yaitu naskah asli Hamzah Fansuri. Ketiga, buku-buku tersebut memuat analisis karya sang Hamzah secara komprehensif. Nyaris belum ada karya sebelum maupun setelahnya yang memuat sumber lain di luar dari apa yang mereka tulis. Keempat, hampir keseluruhan buku dan jurnal yang lahir setelahnya merujuk kepada mereka. Kelima, belum ada diskursus yang keluar dari wilayah kajian dari peneliti-peneliti tersebut seperti linguistik, metafisika, kosmologi, teologi, psikologi dan epistemologi.

1. The Mysticism of Hamzah Fansuri (1970)

The Mysticism of Hamzah Fansuri (1970) adalah karya Syed Muhammad Naquib Al Attas yang diterbitkan oleh University of Malay Press Kuala Lumpur. Buku ini dapat dianggap sebagai karya legenda karena hampir semua peneliti pasca tahun 1970 yang hendak mengkaji Hamzah Fansuri akan merujuk kesini. Menurut Braginksy, buku ini adalah karya revolusi yang membangkitkan kajian mengenai berbagai aspek dalam studi Hamzah, Islam dan Melayu dalam berbagai aspeknya (Wan Daud dan Uthman, 2009).

Pengarangnya, Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas adalah filsuf kebangsaan Malaysia yang lahir di Bogor, 5 September 1931. Al-Attas menghadirkan buku ini dalam rangka menyempurnakan transliterasi naskah Hamzah yang telah dimulai oleh Doorenbos.

Buku Al-Attas sendiri, selain mengelaborasi tiga risalah tasawuf juga mencantumkan lebih dari seratus bait syair Hamzah yang diambil dari perpustakaan Universitas Leiden. Menurut Al-Attas, ajaran tasawuf Hamzah Fansuri, secara ontologi, kosmologi dan psikologi memiliki kesamaan dengan Ibnu Arabi dan Abdul Karim Al Jilli. Beberapa pokok pemikiran Hamzah Fansuri yang terdapat dalam buku Al-Attas yaitu aspect of oneness (tauhid dan ketauhidan); the world of created things (makhluk, ciptaan atau maujudad), creation and the doctrine of perpetual creation (doktrin penciptaan dan keabadian ciptaan yang diperdebatkan), fixed essence (a’yan thabithah), the spirit (nyawa/ruh) dan the soul/self (diri/nafs), divine attribute (Sifat Allah) dan hubungan fana dengan ma’rifah dan ikhtiar. Selain itu, secara mendalam Al Attas juga mengkaji pemikiran Hamzah mengenai divine will (irâdah) dan hal-hal terkait dengannya, termasuk hubungan antara irâdah dengan makna hendak dan mahu (mau) dalam bahasa Melayu. Melalui pendekatan linguistik dan semantik (a general linguistic and semantic approach) ia berusaha menemukan sistem mistik Syekh Hamzah Fansuri dengan pemetaan terhadap kata-kata kunci (to selection of key words in the vocabulary of Hamzah’s mystical system).

2. Ruba’i Hamzah Fansuri (1976)

Ruba’i Hamzah Fansuri; Karya Sastra Sufi Abad XVII (1976) ditulis oleh Ali Hasjimi dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Buku berukuran kecil tersebut merupakan transliterasi atas karya Syekh Samsuddin As Sumatrani yang membahas 26 bait syair Hamzah Fansuri.  Sebagai pengantar Ali Hasjimi juga memaparkan riwayat Hamzah Fansuri dan polemik pemikiran tasawufnya. Terakhir, Ali Hasjimi juga memuat 19 bait syair tafsir unggas yang sedikit berbeda dengan tafsir unggas dalam buku Al-Attas. Perbedaan ini bisa terjadi karena perbedaan hasil bacaan atau manuskrip yang dibaca berbeda. Karena salah satu resiko dalam dunia penyalinan naskah di masa lalu adalah terjadinya berbedaan salinan dari satu naskah yang sama.

3. The Poems of Hamzah Fansuri (1986)

The Poems of Hamzah Fansuri (1986). Buku ini diterbitkan oleh Foris Publication, Cinnaminson-USA tahun 1986. Pada tahun 1976, Brakel memperkenalkan Hamzah Fansuri dalam The World Orientalist Conference di Paris dan tahun 1979 di the 2nd European Colloquium on Indonesian Studies di London. Artinya, naskah sastra sufi Melayu Nusantara, wabilkhusus Syekh Hamzah telah sejak lama menjadi lirikan orang Eropa dan Amerika. 

Drewes dan Brakel memulai bukunya dengan mengkaji periode kehidupan Hamzah Fansuri, pengaruh ajarannya di Pulau Jawa, diskursus beberapa naskah, pengaruh tasawuf Persia, penolakan Nuruddin Ar Raniry, dan telaaah filologis atas karya syair Hamzah. Secara umum, buku “The Poems” mengkaji syair Hamzah Fansuri langsung sumber-sumber primer baik di Indonesia maupun Belanda.

4. Tasawuf yang Tertindas (2001)

Tasawuf yang Tertindas; Kajian Hermeneutik terhadap karya-karya Hamzah Fansuri (2001) terbitan Paramadina layak diposisikan sebagai salah satu karya yang mengulas syair Syekh Hamzah secara lebih komprehesif. Bahkan ada pendapat yang beredar bahwa “Jika ingin mengenal kitab tasawuf Hamzah Fansuri, maka bacalah “The Mysticism of Hamzah Fansuri” dan jika ingin mengenal syair-syairnya bacalah “Tasawuf yang Tertindas.” Hal ini menjadi wajar karena Abdul Hadi memfokuskan karya disertasi pada Universitas Sains Malaysia tersebut untuk membedah syair-syair Hamzah Fansuri.

Buku Tasawuf yang Tertindas dimulai dari penjelasan-penjelasan teoritik mengenai tasawuf dan sastra sufi; hermeneutika, dunia simbol dan ta’wil; serta perdebatan atas pemikiran tasawuf Hamzah Fansuri. Pada bagian kedua, Abdul Hadi mendekati naskah Hamzah secara filologi dengan memeriksa mana teks yang diyakini sebagai milik Hamzah Fansuri dan mana teks milik orang lain. Pemeriksaan dilakukan setelah merumuskan beberapa ciri dan karakter syair Hamzah berdasarkan pengalaman bertahun bergumul dengan teks sufi penyair terbesar Aceh tersebut. Dua sumber utama syair yaitu Perpustakaan Nasional Jakarta dan Perpustakaan Museum Leiden.

Penulis: Ramli Cibro (Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh)
Editor: Khoirum Millatin