Tasawuf dalam Pandangan Syaikh Muhammad Shadiq ‘Arjun

September 19, 2023 - 05:33
Tasawuf dalam Pandangan Syaikh Muhammad Shadiq ‘Arjun

Banyak kalangan telah berbeda pendapat, baik pada masa lalu maupun pada masa kini, dengan perbedaan yang sangat Jauh dan meluas dalam memberikan pengertian tasawuf. Seorang peneliti generasi baru bahkan telah menetapkan bahwa ia telah mempelajari sekitar 65 definisi tasawuf. Akan tetapi dia tidak menjumpai pengertian yang bersifat umum yang serupa yang mampu menggabungkan berbagai karakteristiknya yang ada sekaligus memadukan hakikatnya.

Orang yang mengamati berbagai buku tasawuf secara mendalam akan menjumpai dirinya berada di hadapan berbagai definisinya. Setiap definisi mengarah pada arah tertentu, Kami menemukannya secara dekat di dalam buku al-Hilyah karya Abu Nu’aim. Al-Hilyah merupakan buku terkenal yang menggabungkan apa yang ditulis berkenaan dengan tasawuf; baik menyangkut tokoh sufi, berbagai sifat sufi, ucapan-ucapan sufistik, ketentuan-ketentuan tasawuf, maupun berbagai definisi mengenai tasawuf. Pembaca akan mengetahui bahwa Abu Nu’aim telah mengisahkan lebih dari delapan ratus tokoh sufi, baik dari kalangan pria maupun wanita, dengan kisah yang sangat berbeda panjang-lebarnya. Abu Nu’aim, di dalam setiap kisahnya, menyebutkan satu atau beberapa pengertian di antara berbagai makna tasawuf yang sama sekali berbeda dengan pengertian sebelumnya ataupun sesudahnya.

Di dalam membaca penakwilan atas tasawuf, kami menjumpai bahwa tasawuf merupakan gabungan dari berbagai perilaku/keadaan, perasaan, dan kedudukan yang berbeda dengan perilaku/keadaan, kedudukan, dan kecenderungan para pelakunya. Dalam hal ini mungkin untuk dikatakan, “Sesungguhnya setiap penempuh jalan (salikin) menuju Allah atau para penempuh tasawuf mengalami satu keadaan atau beberapa keadaan, memiliki satu perasaan dan kecenderungan, atau bahkan memiliki beberapa perasaan dan beberapa kecenderungan yang selalu mengalami perubahan baru. Perubahan baru ini seiring dengan terjadinya perubahan baru dalam perjalanannya, pembaruan semangatnya dalam menempuh perjalanan itu, serta perubahan baru dalam berbagai petunjuk jalan yang tersingkap bagi dirinya. Apabila ada keinginan untuk menggambarkan berbagai kesaksian dan keadaannya, dia harus menggambarkan kecenderungan dan keadaannya pada waktunya. Jika waktunya telah lewat, maka berbagai kesaksian dan petunjuk itu pasti telah mengalami perubahan sehingga sudah pasti harus ada perubahan penggambaran/pengungkapan. Dari sini, sangat mungkin untuk memahami adanya perbedaan pengungkapan pengetahuan dan pendapat para penempuhnya.”

Sebagaimana banyak orang memaknai tasawuf secara berbeda, mereka pun berbeda-beda di dalam memahami realitas atau hakikat dari:

Apakah yang disebut dengan tasawuf itu merupakan salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu keislaman yang pokok, yang muncul dari hakikat Islam yang ditemukan di dalam Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi, yang terepresentasikan di dalam sunnahnya yang suci, baik berupa ilmu atau amal yang dipandang sebagai wahyu Allah yang wajib diimani tingkatannya di dalam heirarki tuntutan, baik yang bersifat negatif maupun positif?

Ataukah merupakan salah satu ilmu yang datang secara tiba-tiba dalam sejarah Islam, yang dihasilkan dari pergumulan dan perpaduan berbagai keyakinan, akhlak/moralitas, pemikiran, ataupun perilaku umat yang dinaungi oleh cahaya Islam?