Muharram, Hijrah Sayyidina Husein Ra Menuju Kesyahidan

Sayyidina Husain cucu Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah pada bulan Dzulhijjah dari Madinah menuju Mekah hingga ke tempat kesyahidannya di Karbala (Irak) pada 10 Muharram tahun 61 Hijriah pada masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah dengan mengemban visinya.
Visi hijrahnya Al-Husein yakni untuk kemaslahatan umat islam di zaman yang akan datang. Sehingga ucapannya hingga kini selaras dengan perkembangan zaman.
Al-Husein berkata bahwa :
إني لم أخرج أشِراً ولا بطِرا ولا مفسداً ولا ظالماً، وإنما خرجت لطلب الإصلاح في أمة جدي محمد صلى الله عليه وآله، أريد أن آمر بالمعروف وأنهى عن المنكر، وأسير بسيرة جدي وسيرة أبي علي بن أبي طالب
“Aku tidak keluar sebagai orang yang angkuh atau sombong; tidak pula sebagai penindas dan perusak. Namun, aku hanyalah bangkit untuk menuntut perbaikan umat kakekku. Aku hendak menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar.”
Kesyahidan Al-Husein sudah dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui istrinya yang bernama Ummu Salamah dalam sebuah riwayat dijelaskan:
رُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَنْزِلِيْ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَطَالَعْتُهُمَا مِنَ الْبَابِ وَإِذَا اَلْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى صَدْرِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَبُ وَفِيْ يَدِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةٌ مِنْ طِيْنٍ وَدُمُوْعُهُ تَجْرِيْ
Diceritakan dari Ummi Salamah Ra berkata: Adalah Rasulullah SAW di dalam rumahku, tiba-tiba masuklah Al-Husain Ra Maka aku memandang keduanya dari pintu.
Saat itu Al-Husain Ra bermain-main diatas dada Nabi SAW sementara ditangannya ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir.
فَلَمَّا خَرَجَ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَخَلْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ طَالَعْتُكَ وَفِيْ يَدِكَ طِيْنَةٌ وَأَنْتَ تَبْكِيْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيْ لَمَّا فَرِحْتُ بِهِ وَهُوَ عَلَى صَدْرِيْ يَلْعَبُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَنَاوَلَنِيْ اَلطِّيْنَةَ الَّتِيْ يُقْتَلُ عَلَيْهَا فَلِذَلِكَ بَكَيْتُ
Dan ketika Husain Ra keluar, maka aku pun masuk kepada beliau, maka aku berkata: “Demi bapakku dan dengan ibuku aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliau pun bersabda kepadaku: “Ketika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril As kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana Al-Husein akan terbunuh diatasnya, maka karena itulah aku menangis”.
Dalam kitab Nuruz Zhalam karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35 menyatakan
وَرُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا اَلْقَارُوْرَةَ الَّتِيْ فِيْهَا تُرْبَةُ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ وَتُركِتْ عِنْدَهَا
Diceritakan, sesungguhnya Rasulullah Saw memberinya (Ummu Salamah) sebuah botol yang di dalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan di sisinya.
وَذَلِكَ لَمَّا جَاءَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيْلُ وَأَخْبَرَهُ أَنَّ الْحُسَيْنَ مَقْتُوْلٌ فِي هَذَا التُّرَابِ وَأَرَاهُ مِنْ تُرْبَةِ الْأَرْضِ الَّتِيْ يُقْتَلُ فِيْهَا وَشَمَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ التُّرَابَ فَقَالَ وَيْحَ كَرْبَلَاءَ وَقَالَ لَهَا إِذَا صَارَ هَذَا التُّرَابُ دَمًا فَقَدْ قُتِلَ اِبْنِيْ اَلْحُسَيْنُ
Hal itu adalah ketika Jibril As mendatangi Nabi SAW dan dia mengabarkannya bahwasanya Al-Husein akan dibunuh diatas tanah ini, dan dia (Jibril) memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliau pun mencium tanah tersebut seraya berkata: “Celaka Karbala!”.
Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah: “Jika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Al-Husein dibunuh.”
فَانْتَبَهَتْ وَقَالَتْ لِجَارِيَتِهَا اِذْهَبِيْ إِلَى السُّوْقِ فَانْظُرِيْ مَا الْخَبَرُ فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا الْجَارِيَةُ وَقَالْتْ قُتِلَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Dan (ketika dilihatnya tanah menjadi darah) maka terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya: “Pergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa (disana).” (diapun pergi kepasar) dan pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata: Al-Husein bin Ali dibunuh.”
Kafilah Al-Husein, bedasarkan kebanyakan dari sumber-sumber sejarah tersebut menyebutkan secara sepakat bahwa jumlah para pembela cucu Nabi SAW di hari Asyura berjumlah 72 orang yang mana 18 orang dari mereka dari Bani Hasyim dan selainnya dari beberapa kabilah. Demikian juga, sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa para pasukan Al-Husain terdiri dari 32 orang berkuda dan 40 orang berjalan kaki.
Tidaklah hijrah Al-Husein untuk berperang, namun jelas sudah visinya adalah berkewajiban mengajak (berdakwah) kepada kebaikan sesuai ajaran syariat kakeknya Nabi Akhir zaman. Dengan kemaslahatan dunia dan akhirat.