Urgensi Ruhani terhadap Pencapaian Cahaya Ilahi

September 18, 2023 - 07:15
Urgensi Ruhani terhadap Pencapaian Cahaya Ilahi

Inti dari Tasawuf adalah akhlak terpuji sebagaimana tujuan utama Rasulullah saw. diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Seorang yang mengamalkan tasawuf secara otomatis menjaga sikap dan tingkah laku agar selaras dengan apa yang diperintahkan Allah Swt.

Mengubah akhlak manusia dalam jangka pendek bisa dilakukan dengan memberian nasihat serta pendidikan-pendidikan secara zahir baik pendidikan agama maupun pendidikan lain yang menekankan kepada moral. Akan tetapi untuk bisa mengubah akhlak manusia jangka panjang secara permanen harus dari dalam, di mana hati manusia disinari dengan Kalimat Allah maka dengan itu pula hati dan seluruh badannya akan bersinar dan tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah Swt.

Nasihat yang keluar dari zahir guru akan ditangkap oleh zahir murid, disimpan dalam akal pikiran dan suatu saat akan hilang ditelan zaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa akal pikiran manusia memiliki keterbatasan di mana dalam kondisi tidak sadar atau tidur akal tidak berfungsi sama sekali. Pelajaran yang diterima secara zahir oleh akal ini tidak akan bisa menjawab persoalan-persoalan yang berhubungan dengan gaib, alam kubur apalagi alam akhirat. Bagaimana mungkin manusia bisa menjawab pertanyaan malaikat tentang “Siapa Rabb mu?” sementara akal sudah hilang bersama hancurnya jasad bersama tanah.

Maka diperlukan guru yang bisa mentransfer ilmu dari ruhani kepada ruhani murid, sehingga ruhani murid memahami agama secara zahir dan batin. Di sinilah letak pentingnya ilmu Tasawuf/Tarekat lewat metodologi zikir yang diajarkan Rasulullah saw. kepada para sahabat, kepada genarasi setelah sahabat hingga sampai kepada kita hari ini. Mengajarkan ruhani harus dengan ruhani sebagaimana mengarjakan yang zahir harus dengan zahir, ini hukum yang berlaku di alam dan sangat ilmiah.

Pada hakikatnya guru Mursyid yang berfungsi sebagai pembimbing para murid tidak mengajarkan dengan akal pikirannya saja akan tetapi ruhaninya tersambung kepada Arwahul Muqaddasah Rasulullah saw., bersambung kepada Nur Muhammad, Nur itulah yang mengajarkan sekalian ummat tentang hakikat agama sehingga segala kegelapan menjadi terang benderang.

Nabi Muhammad saw. junjungan kita bukan hanya mendapat pengajaran zahir, akan tetapi Jibril as. mentransfer pengetahuan murni dari sisi Allah langsung kepada Qalbu Nabi sehingga dengan itu pula ia memahami segala sesuatu yang tidak dipahami manusia biasa.

Proses transfer pengetahuan dari Allah Swt. kepada Nabi Adam as. di surga sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur’an juga bukan sekedar transfer zahir tapi transfer ruhani, sehingga Adam yang berasal dari tanah naik derajat menjadi Khalifah dan seluruh malaikat diperintahkan sujud kepada Adam. Proses transfer ini kita kenal dengan kalimat “Telah Ku tiupkan sebagian Ruh-Ku”.

Siapapun manusia tanpa kecuali memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu, mencari guru yang bisa menuntun dan membimbing dia agar bisa sampai dengan selamat kehadirat Allah Swt. Kesempatan yang diberikan Allah kepada kita hidup di dunia ini bukan untuk menumpuk harta, bukan untuk mengejar pangkat dan jabatan tetapi mencari dan menemukan jalan untuk bisa kembali kehadirat-Nya.

Tasawuf dengan metodologi Tarekat adalah warisan para nabi yang tidak lain adalah agar manusia bisa mengamalkan syariat Islam dengan benar, sesuai dengan sunnah Nabi, sesuai dengan kehendak Allah bukan mengikuti akal pikiran dan hawa nafsu manusia yang lebih banyak salah dari benarnya.

Tasawuf adalah proses secara perlahan masuknya cahaya Allah kedalam hati yang telah bersih dengan zikrullah, hati yang bersih inilah yang bisa menerima pancaran cahaya Ilahi. Ketika cahaya Ilahi masuk ke dalam hati manusia maka segala kegelapan yang menutup hati dan jiwa akan hilang dan ruhani manusia akan senantiasa berdampingan dengan Allah Swt.

Sangat penting bagi kita semua tanpa terkecuali untuk mengambil warisan berharga Islam ini yang sangat ditakuti oleh musuh-musuh di luar sana yang setiap saat menghembuskan keraguan dan adu domba dari dari dalam agar ummat jauh dari tasawuf, jauh dari api Islam. Ketika api itu dibuang maka hilanglah gairah dalam beragama dan beragama hanya bersifat rutinitas keseharian semata.

Semoga tulisan singkat ini memberikan semangat kepada kita semua untuk terus belajar menyempurnakan diri sebelum dipanggil kembali oleh Allah Swt. dan kembali dalam kondisi jiwa yang tenang, kembali lewat jalan yang telah kita lewati berulang kali semasa hidup di dunia….

Penulis: Tgk Selamet Ibnu Ahmad (Mudir Idaroh JATMAN Syu’biyyah Bener Meriah)
Editor: Khoirum Millatin