Pesan Hijrah Nabi: Bangkitkan Thariqah!
Sebagaimana diketahui, perayaan tahun baru hijriyah sebetulnya merupakan momen memperingati sebuah peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam. Itulah peristiwa hijrah Rasulullah Saw. dari Makkah menuju Madinah, yang kemudian seusainya mulailah kalender Islam itu ditetapkan. Peristiwa bersejarah tersebut sungguh meninggalkan pesan-pesan berharga, baik intelektual, moral maupun spiritual.

Sebagaimana diketahui, perayaan tahun baru hijriyah sebetulnya merupakan momen memperingati sebuah peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam. Itulah peristiwa hijrah Rasulullah Saw. dari Makkah menuju Madinah, yang kemudian seusainya mulailah kalender Islam itu ditetapkan. Peristiwa bersejarah tersebut sungguh meninggalkan pesan-pesan berharga, baik intelektual, moral maupun spiritual.
Yang paling prinsip adalah ketika Rasulullah Saw. menyatakan: “Barangsiapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah untuk memperolah dunia ataupun mengejar wanita, maka hijrahnya kepada apa yang ditujunya itu.” (HR. Bukhari)
Hadits di atas menekankan bahwa tujuan semestinya dari hijrah -yang juga tentunya menjadi tujuan ibadah secara umum- adalah semata-mata untuk menggapai ridho Allah dan Rasul-Nya. Bukan untuk meraih jabatan, kekayaan, jodoh atau kenikmatan duniawi lainnya, termasuk kekebalan, kesaktian, kedigdayaan dan semacamnya. Dan itulah ajaran inti nan murni tasawuf serta thariqah yang menjadi fokus para wali mursyid sepanjang masa, yakni kezuhudan dari cinta dunia serta ketekunan beribadah untuk mendekatan diri kepada Allah semata, dengan spirit Ilahi Anta maqshudi wa ridha-Ka mathlubi (Tuhanku, Engkaulah tujuanku, dan ridho-Mu lah permohonanku).
Di dalam al-Qur’an juga ditegaskan, “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya. Dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (QS. asy-Syura: 20)
Dan dalam hadits lain, Rasulullah Saw. menyebutkan: “Orang yang berhijrah (sejatinya) adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari) Yang dimaksud dengan apa-apa yang dilarang oleh Allah di sini adalah perbuatan-perbuatan dosa. Sementara, sumber segala dosa tiada lain adalah cinta dunia (HR. Baihaqi). Dengan demikian, apabila seseorang mengamalkan thariqah sebagai misi membersihkan hati dari ketergila-gilaan pada dunia, maka dialah muhajir sejati yang meninggalkan larangan-larangan-Nya untuk menempuh jalan pintas menuju rahmat dan ridho-Nya.
Selepas kembali ke Makkah seraya membebaskannya, Rasulullah Saw. pun bersabda: “Tiada lagi hijrah setelah pembebasan Makkah, melainkan jihad dan niat.” (HR. Bukhari dan Muslim) Sementara, jihad yang paling utama tiada lain adalah jihad qolbu melawan hawa nafsu (HR. al-Baihaqi dan al-Khathib al-Baghdadi). Nah, di sini pula peran penting sebuah thariqah, karena seseorang yang bersuluk dalam thariqah sesungguhnya ia tengah berjuang memerangi hawa nafsunya, dengan bimbingan intens dari mursyidnya serta resep amalan yang ampuh untuk dijalankannya.
Beberapa abad pasca pembebasan Makkah, Imam Sholahuddin al-Ayyubi kemudian berhasil membebaskan Palestina. Rahasia kemenangannya pun terungkap. Dalam konferensi sufi internasional di Mesir, Oktober 2011 silam, Rektor Universitas al-Azhar periode 1995-2003, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim mengingatkan bahwa Imam Sholahuddin al-Ayyubi sempat mengurungkan perjalanan jihadnya untuk membebaskan Palestina. Ketika itu, seorang sufi berpesan kepadanya: “Pulanglah beserta pasukanmu, karena kalian tidak akan berhasil membebaskan Palestina. Bagaimana kalian dapat membebaskannya, sementara hati kalian saja belum terbebas dari jajahan nafsu durjana!.” Imam Sholahuddin al-Ayyubi pun kembali beserta pasukannya untuk menghidupkan majelis-majelis zikir guna membebaskan hati dari jajahan musuh paling nyata. Hingga pada akhirnya Yerusalem merdeka, namun di tangan mereka yang berhati merdeka.
Alhasil, melalui thariqah, seorang hamba dapat fokus dan lebih terarah dalam mengimplementasikan pesan-pesan spiritual hijrah Rasulullah Saw. Tak heran, sebab target utama thariqah adalah hati, yang mana jika ia membaik maka membaiklah segalanya. Bagaimana tidak, sebab thariqah merupakan produk asli para kekasih Allah yang telah sukses berhijrah ruhiyah menuju ridho Ilahi nan cinta abadi-Nya. Wajar saja, Syekh Muhammad Zakiyuddin Ibrahim (1916-1998) dalam kitab Kalimah ar-Ra’id menegaskan:
إِنَّ الْعِلَاجَ الْوَحِيدَ لِكُلِّ الْأَمْرَاضِ النَّفْسِيَّةِ وَالْاِجْتِمَاعِيَّةِ وَالْوَطَنِيَّةِ لَا يُوجَدُ أَبَدًا إِلَّا عِنْدَ التَّصَوُّفِ.
“Sungguh, terapi/solusi satu-satunya bagi segala penyakit/problematika individu, sosial maupun nasional/kebangsaan, selamanya tidak akan ditemukan kecuali pada ilmu tasawuf (melalui thariqah).”
Penulis merupakan Mudir Awal Idarah Syu’biyah JATMAN Lombok Timur