Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Menggelarkan Haul Abuya Syekh H. Muhammad Haul ke 64 Sekaligus Pembukaan Pengajian Tauhid Tasawuf

April 13, 2025 - 18:45
April 13, 2025 - 18:45
 0
Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Menggelarkan Haul Abuya Syekh H. Muhammad Haul ke 64 Sekaligus Pembukaan Pengajian Tauhid Tasawuf

MPTT-I Gelar Haul Abuya Syekh H. Muhammad Waly Al- Khalidi Ke-64 sekaligus Pembukaan Pengajian, Berikut Ringkasan Oto Biografinya

Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia (MPTT-I) melaksanakan kegiatan Haul Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi ke-64 sekaligus pembukaan kembali pengajian rutin Tauhid Tashawuf & Keshufian MPTT se Asia Tenggara setelah libur pada bulan Ramadhan di Dayah Pesantren Darul Ihsan Al Waliyah, Gampong Pawoh, Kec Labuhan Haji, Kab Aceh Selatan, Jum’at s.d Sabtu (11-12/04/2024).

Hadir dalam acara tersebut Bupati Aceh Selatan H. Mirwan. MS, SE, M.Sos, Wakil Bupati H. Baital Mukadis serta jajaran. Bupati Aceh Barat Daya Dr. Safarudin S.Sos., M.S.P dan Wakil Bupati Zaman Akli S.Sos, Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Rahwadi, S.T, serta jajaran. Bupati Aceh Barat Tarmizi, SP, M.Si dan Wakil Bupati Said Fadheil, SH serta jajaran.

Juga turut hadir sejumlah anggota DPRK Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya.

Serta para Alim Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren, Pengurus dan jamaah MPTT-I dari berbagai Kabupaten/Kota di Aceh juga pengurus MPTT-I dari berbagai daerah dan Provinsi di Indonesia.

Dalam acara tersebut, Ketua Umum PB MPTT-I Abi Sahal Tastari Waly,SE. MM, membacakan Oto Biografi (Sejarah Hidup) Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi.

Disebutkan Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi lahir di Blang Poroh, Kecamatan Labuhan Haji pada tahun 1917. Abuya Merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, buah dari pernikahan Haji Muhammad Salim Bin Malin Palito yang berasal dari Koto Baru Rawo-Rawo Batu Sangkar Sumatra Barat dengan Siti Janadat putri kepala desa yang bernama Keuchik Nyak Ujud dari Kota Palak Labuhan Haji. 

Semasa kecil Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi mempelajari Ilmu Agama kepada ayahandanya, kemudian melanjutkan belajar Ilmu Agama kepada beberapa para Alim Ulama lainya baik di Aceh, di Sumatera Barat, di Riau hingga ke Mekkah. 

Beliau sangat pintar dan fasih mengemukakan dan menyampaikan dalil- dalil dalam berdiskusi sehingga beliau di gelar Tuangku Mudo Aceh. Sehingga sampai kini Abuya juga dikenal nama Abuya Syekh Haji Muhammad “Muda” Waly Al- Khalidi.

Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi mengajar dan berdakwah selama 4 tahun di Sumatra Barat. Membina sekolah Tarbiyah Lubuak Bagaluang Sumatra Barat, menjadi guru besar di Madrasah Islamiyah di Jaho Padang Panjang, mendakwahkan agama di Sumatra Barat dan Riau.

Setelah beliau kembali ke Aceh pada tahun 1940 beliau membangun pesantren di Pawoh Labuhan Haji, sekolah Tarbiyah Labuhan Haji dan membangun Masjid Ahlul Sunnah Wal Jama'ah.

Kemudian pada tahun 1942 beliau membangun pesantren Darussalam yang sangat terkenal sampai saat ini, yang di teruskan anak-anak beliau.

Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi juga mengembangkan ilmu Tariqat/pendekatan kepada sang Khalik (Pencipta). 

Abuya Syekh H. Muhammad Waly Khalidi juga mewarisksn karya tulis yang bernama Permata Intan dan Intan Permata, Nadham Obat Hati juga Tanwirul Anwar.

Pada tahun 1961 beliau wafat pada 11 Syawal 1382 H, hari Selasa pukul 15.00 Wib dalam usia 44 tahun. Beliau dimakamkan di Komplek Pesantren Darussalam, yang selalu diziarahi oleh pengunjung dari berbagai daerah sampai saat ini.

Adapun buku Oto Biografi (Sejarah Hidup) Abuya Syekh Haji Muhammad Waly Al- Khalidi merupakan karya tulis utra beliau Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi yang juga dikenal masyarakat luas sebagai Mursyid Tariqat Naqsyabandy Al Khalidi.

Sebelum berakhirnya acara yang diakhiri dengan doa, Abuya Syekh H. Amran Waly Al Khalidi menyampaikan dalam tausiah singkatnya menyampaikan bahwa Allah senatiasia menyeru kita, memanggil kita, supaya kita dekat dengan-Nya.

“Dengan kita dekat dengan Allah, maka segala urusan kita dan kehidupan kita dibantu oleh Allah,” ujar Abuya Amran Waly.

“Dekat dengan Allah ini dengan dua jalan,” kata Abuya. Yang pertama, “dekat dengan Allah, dengan ilmu dan amal, dengan pengertian syariat”  Yang kedua, “dekat dengan Allah, dengan Hal dan Syuhud.” 

“Hal, terlihat keberadaan Allah dan Sifat-Nya, kasih sayang-Nya Allah, siafat Jamal dan Jalal-Nya Allah dalam bathin kita dan pada alam semesta,” papar Abuya.“Terlihat yang demikan itu, maka kita lupa pada yang lainnya, lupa kepada selain Allah, dan kepada diri kita,” 

“Lupa kepada diri kita, itu dikatakan Makrifat,” imbuh Abuya. “Lupa kita pada diri kita itu waktu terlihat sifat-sifat kebesaran (Jalal) dan kebagusan (Jamal) Allah, pada diri kita, maka itu dikatakan Makrifat,” lanjut Abuya.

Abuya juga mengatakan, kita harus merasakan Tajali Allah, “kalau belum Tajali Allah kita berat untuk mengingat Allah apa lagi Suluk (berjalan hati kepada Allah),” demikian kalam Abuya. (FJ)