Semarak Muharram dengan Bedah Buku Menembus Dimensi Esoterik Al-Qur’an Karya Syekh Dr. KH. Baharuddin AS., MA.

Semarak Muharram disyiarkan dengan membedah buku “Menembus Dimensi Esoterik Al-Qur’an” karya Syekh Dr. KH. Baharuddin AS., MA. pada Sabtu (30/07) di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Agustus 29, 2023
Semarak Muharram dengan Bedah Buku Menembus Dimensi Esoterik Al-Qur’an Karya Syekh Dr. KH. Baharuddin AS., MA.

Makassar, JATMAN Online – Semarak Muharram disyiarkan dengan membedah buku “Menembus Dimensi Esoterik Al-Qur’an” karya Syekh Dr. KH. Baharuddin AS., MA. pada Sabtu (30/07) di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Buku yang mengenalkan kajian tafsir sufistik ini merupakan hasil usaha maksimal penulis dalam bidang tafsir, salah satunya tafsir Isyari. Dalam sebuah pengantar dikatakan bahwa tafsīr al-Isyārī seolah redup dan tidak muncul di permukaan. Tafsīr al-Isyārī laksana jalan sunyi yang ditempuh oleh pencari mutiara al-Qur’an dari kedalamannya. Padahal, dimensi esoterik al-Qur’an merupakan bagian penting merasakan sentuhan lembut al-Qur’an ketika menyapa manusia.

Diskursus studi al-Qur’an lebih banyak berkutat pada dimensi eksoterik (sisi luar) yang dikenal dengan makna zahir. Sementara dimensi esoterik (sisi dalam) yang dikenal dengan makna batin kurang mendapat tempat dalam epistemologi keilmuan modern. Jika ditimbang dengan timbangan ilmu-ilmu modern, maka aspek esoterik al-Qur’an seolah tidak mendapatkan tempat, termasuk di perguruan tinggi keislaman sekalipun. Terasa kering membaca karya-karya berkaitan al-Qur’an yang hanya berkutat pada dimensi eksoterik (zahir) semata. Hal itu disebabkan manusia lebih banyak cenderung memperoleh informasi melalui guru atau dosen dalam wujud manusia. Padahal, al-Qur’an adalah kitab suci dan kalāmullāh. Yang paling berhak mengajarkan adalah Pemilik kalam itu sendiri, Allah Swt.

Selain itu, manusia seringkali menafsikan epistemologi keilmuan melalui malaikat Jibril seperti ketika Nabi Muhammad Saw. ketika mengajarkan Islam, Iman, dan Ihsan dan ketika menerima wahyu yang pertama kali. Atas perintah Allah Swt., Malaikat Jibril turun mengajarkan Islam, Iman, dan Ihsan kepada Rasulullah saw. Jibril juga datang mengajarkan Rasulullah membaca , yaitu ketika menerima wahyu yang pertama. Itu berarti berguru kepada selain manusia adalah cara yang diakui oleh Islam. Islam mengakui dua jenis ilmu dilihat dari segi cara memerolehnya.

Sebuah epistemologi yang hampir tidak ditemukan dalam sistem pendidikan saat ini, termasuk epistemologi keilmuan ḥuḍūri dan ʻirfāni. Sebutlah ilmu-ilmu yang diperoleh melalui mimpi hampir tidak mendapat tempat dalam keilmuan modern. Padahal Nabi Musa as. diperintahkan Allah Swt. agar berguru kepada Nabi Khidir as. (Qs. al-Kahfi/18: 60-82). Ilmu ladunī yang diperoleh langsung oleh Nabi Khiḍir as. dari Allah Swt. sebagai anugerah atau limpahan kepadanya antara lain karena Nabi Khiḍir as. diakui sebagai hamba-Nya yang saleh.

Penulis buku yang juga khadim Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiyah Al-Idrisiyah Indonesia dan juga Mustasyar PBNU menegaskan bahwa disinilah pentingnya memperdalam aspek Islam, Iman dan ihsan. Aspek Ihsan yang lebih dikenal sisi tasawuf yang justru kurang diminati, padahal aspek ihsan sangat penting, termasuk bergabung kesalah satu tarekat muktabarah.

Hadir memberikan sambutan Dr. KH. Kaswad Sartono, MA. (Ketua PC. NU Makassar), Dr. KH. Hamzah Harun Al-Rasyid, Lc., MA. (Ketua PW. NU Sulsel), Membuka acara mewakili rector, Prof. Dr. Darussalam, M.Ag (Wakil Rektor III UIN Alauddin Makassar) dan memimpin doa oleh Prof. KH. Najamuddin AS., MA., Ph. D. (Ketua MUI Sulsel).

Mengawali bedah buku, dihadirkan testimoni dari imam besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Sebagi pembedah Prof. Dr. KH. Muhammad Ghalib, MA. (Direktur Pasca Sarjana UIN Alauddin) menjelaskan tafsir Al-Alusi sebagai tafsir Isyari. Yang dapat menangkap adalah seseorang yang berinteraksi dengan isyarah atau aspek batin.

“Seringkali saya berpesan kepada mahasiswa, Jika ingin memahami al-Qur’an hendaklah bertanya kepada ahlinya.” Ungkap Prof. Dr. KH. Muhammad Ghalib, MA.

 Sementara itu, Dr.K.H. M. Ruslan Wahab, Lc. MA. (Wakil Rektor IV UIM Makassar) menyampaikan bahwa buku karya Anre gurutta ini mengajak kita untuk memahami yang substantif dan inspiratif, supaya menuntun kita memahami aspek zahir dan batin. Berdasarkan pengalaman pribadi, sesuatu yang esoterik yang dianggap susah, sebenarnya tidak sesusah dengan yang nyata.

Kegiatan yang dilaksanakan Lembaga Ta’lif wan Nasr (LTN NU) Kota Makassar bekerjasama civitas akademik UINAM mampu menghadirkan sejumlah tokoh dan peserta bedah buku yang memenuhi aula kampus fakultas eknomi dan bisnis UINAM, di antaranya keluarga besar UINAM, dekan UIM Makassar, Ketua MUI Sulsel dan Kota Makassar, Ketua Dewan Masjid Indonesia Makassar, Ketua Baznas Kota Makassar, Ketua PC NU Sulsel dan PC. NU Makassar, MWC NU se-Kota Makassar dan sejumlah kader Nahdliyin se-Kota Makassar dan Majelis Ikhwan tarekat.

Penulis: Hardianto
Editor: Khoirum Millatin