Memahami Taat Kepada Allah Lahir dan Batin

September 18, 2023 - 06:35
Memahami Taat Kepada Allah Lahir dan Batin

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul “Bidayatul Hidayah” memberikan penjelasan tentang pembagian taat kepada Allah, kemudian disyarah oleh Imam Nawawi Banten dalam kitab “Maraqi Al-Ubudiyyah“. Disini, kita akan mengulas makna taat dari kedua imam tersebut.

Ketahuilah bahwasannya perintah Allah jika dilihat dari segi penekanannya adalah fardlu dan sunnah. Fardlu itu ibarat modal sedangkan sunnah itu ibarat untung jika dianalogkan dengan perdagangan. Dengan menjalankan fardlu, kita akan mendapatkan keselamatan dari siksa Allah. Di sisi lain, kita akan mendapatkan keberuntungan saat melaksanakan sunnah, berupa derajat yang tinggi di sisi Allah.

Ketaatan kepada Allah ada yang sifatnya perintah dan larangan, walaupun larangan pun sebetulnya perintah untuk tidak melakukannya. Ketaatan yang sifatnya perintah secara Lahir adalah seperti menegakkan shalat, membayar zakat, sedangkan yang sifatnya batin seperti mengenal Allah (ma’rifatullah), cinta kepada Allah, tawakkal, ikhlas, khouf (takut), roja (berharap kepada Allah), dan lain-lain. Ketaatan yang sifatnya larangan secara lahir adalah seperti meninggalkan zina, membunuh orang, bahkan mengambil hak orang lain, sedangkan larangan secara batin seperti hasud, iri, sombong dan lainnya.

Sehingga bagi seorang hamba yang taat menjalankan ibadah fardlu dan sunnah secara konsisten, Allah akan mencintainya, yang artinya Allah akan menjadikan hamba tersebut sebagai kekasih-Nya (wali-Nya) seperti dalam hadist qudsi berikut:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا.

Tidaklah Hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan Ibadah-Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.” (HR. Bukhari).

Kewajiban dan kesunnahan di dalam hadis tersebut dijelaskan oleh Imam Nawawi meliputi fardlu ‘ain, fardlu kifayah, baik yang sifatnya lahir maupun batin, seperti yang sudah kita uraikan di atas. Oleh karena itu, beradab-lah kepada Allah secara lahir dan batin seperti adabnya hamba yang hina dihadapan Raja Yang Maha Jabbar dan Qahhar. Bersungguh-sungguhlah agar Allah tidak melihat-mu melakukan perbuatan yang dilarang oleh-Nya, dan tidak luput dari-mu melakukan perbuatan yang diperintah oleh-Nya.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa semua itu tidak dapat diperoleh dengan usaha yang mudah, kalian harus mengatur strategi, yaitu membuat jadwal ibadah harian, dan menyusun wirid-wirid mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Wallahu a’lam bishshowab.