Kisah Tiga Potong Roti di Zaman Nabi Isa As.

September 27, 2023 - 11:26
 1
Kisah Tiga Potong Roti di Zaman Nabi Isa As.

Suatu hari, Nabi Isa berjalan dengan seorang pria. Mereka tiba di tepi sungai. Mereka duduk untuk memakan roti karena mereka memiliki tiga potong roti. Mereka memakan dua roti dan satu roti tersisa. Nabi Isa bangkit untuk meminum air dan ketika beliau kembali beliau tidak menemukan roti yang ketiga.

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Isa ‘Alaihissalam. Nabi Isa ‘Alaihissalam adalah Nabi terhormat dan memiliki keistimewahan. Beliau juga termasuk salah satu rasul yang bergelar ulul azmi. Ulul azmi diartiakan sebagai seorang yang memiliki ketabahan, kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam menjalankan tugas sucinya sebagai rasul, walaupun menghadapi berbagai rintangan.

Pada zamannya, banyak orang yang ingin menemaninya karena ingin mendapatkan keberkahan dan untuk mengambil keuntungan dari kebaikan yang beliau miliki.

Suatu hari, Nabi Isa berjalan dengan seorang pria. Mereka tiba di tepi sungai. Mereka duduk untuk memakan roti karena mereka memiliki tiga potong roti. Mereka memakan dua roti dan satu roti tersisa. Nabi Isa bangkit untuk meminum air dan ketika beliau kembali beliau tidak menemukan roti yang ketiga.

Nabi Isa bertanya kepada pria yang bersamanya tentang roti tersebut. Pria itu mengatakan dia tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Lalu mereka berangkat berjalan lagi hingga sampai di tepi hutan. Mereka melihat rusa dengan dua anaknya. Nabi Isa menunjuk ke salah satu rusa dan rusa itu berlari ke arahnya. Beliau menyembelihnya kemudian memasak dan memakannya.

Ketika mereka selesai Nabi Isa mengumpulkan tulang-tulang dan berkata; ”Bangunlah atas kehendak Allah”. Rusa itu hidup kembali oleh kehendak Allah, seperti sediakala dan kembali ke induknya. Nabi Isa berpaling kepada pria itu dan berkata; ”Aku bertanya kepadamu demi Allah, Dia yang telah memungkinkanmu untuk melihat keajaiban tadi, siapa yang mengambil roti ketiga?”. Pria itu menjawab; ”Aku tidak tahu”.

Pria dan Nabi Isa mulai berjalan lagi. Ketika mereka mencapai daerah yang sepi mereka duduk. Nabi Isa mengumpulkan tanah di tangan. Beliau berkata:  ”Dengan kehendak Allah tanah ini berubah menjadi emas”. Dan tanah itu pun berubah menjadi emas. Nabi Isa membagi emas menjadi tiga bagian. Beliau berkata kepada orang itu; “Sepertiga adalah bagianku, yang sepertiga adalah bagianmu, dan sepertiga lainnya adalah untuk orang yang mengambil roti”.

Mata pria itu bersinar dan ia berkata; “Aku lah orang yang telah mengambil roti lainnya”. Nabi Isa berkata; “Ambil semua emasnya, itu adalah milikmu”. Dan kemudian Nabi Isa berjalan pergi. Pria itu duduk di sana dan senang dengan kekayaan yang diperoleh.

Dalam beberapa menit kemudian muncul dua pencuri. Mereka ingin membunuh pria itu dan mengambil emasnya. Pria itu berkata; “Mengapa kau hendak membunuhku? Mari kita bagi emas ini untuk kita bertiga”.

Para pencuri setuju. Karena mereka lapar, mereka memutuskan untuk mengirim salah satu dari mereka untuk mendapatkan makanan dari desa terdekat.

Dalam perjalanan untuk mendapatkan makanan, orang itu berpikir, “Mengapa aku harus membagi kekayaan dengan dua orang lainnya?”.

Iblis kemudian membisikkan kepadanya sebuah rencana jahat. Ketika ia mendapat makanan, dia menaruh racun di dalamnya.

Dia berpikir, “Ketika mereka berdua makan dari makanan ini, mereka akan mati dan aku bisa mengambil semua emas untuk diriku sendiri”.

Pada saat yang bersamaan, dua laki-laki lainnya memutuskan bahwa mereka akan membunuhnya ketika dia datang kembali. Dengan cara itu mereka hanya membagi emas untuk mereka berdua.

Ketika pria itu kembali dengan makanan, dua pria lainnya itu telah menunggunya. Mereka membunuhnya, dia jatuh ke tanah, mati.

Kedua pria yang telah lapar tadi mulai memakan makanan yang dibawa dari desa. Dan karena makanan tadi telah diracuni, mereka pun juga mati. Maka ketiga mayat itu tergeletak di sekitar tumpukan emas.

Nabi Isa dan para sahabatnya  melewati dan melihat pemandangan yang aneh ini. Dan Allah memberikan Nabi Isa pengetahuan tentang apa yang telah terjadi. Beliau memperingatkan para sahabatnya dengan berkata; “Ini adalah apa yang terjadi pada mereka yang rakus dengan hal-hal Duniawi, jadi berhati-hatilah.”

Dari cerita ini ada pesan moral yang berharga yaitu Jangan serakah terhadap hal duniawi, Jangan  menganggap bodoh terhadap orang lain, dan bersikaplah jujur dimanapun dan kapanpun. Semoga kita semua terhindar dari perilaku tercela tersebut. (Arip)