Kiai Zakky Mubarak Jelaskan Hakikat Iman dan Takwa

Jakarta, JATMAN Online – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Dr. Zakky Mubarak menjelaskan mengenai hakikat iman dan takwa.
Kiai Zakky menjelaskan iman pengertiannya menurut bahasa adalah At-Tashdiq, membenarkan atau mempercayai. Sedangkan menurut pengertian istilah harus memenuhi tiga komponen, yaitu: (1) meyakini dalam hati, (2) mengucapkan dengan lisan, dan (3) merealisasikan keimanannya dalam segala aktivitas dan perbuatan.
“Dengan demikian, apabila seseorang telah beriman, maka dia mempercayai pada Allah dan segala firman-Nya,” tulis Kiai Zakky dikutip JATMAN Online Rabu (31/3/2023) dalam akun facebook Zakky Mubarak Syamrakh.
Kiai Zakky menegaskan tidak cukup keyakinan dalam hati saja, tetapi harus dibuktikan iman tersebut dengan lisan dalam bentuk perkataan dan pernyataan. Misalnya mengucapkan kalimat syahadat. Selanjutnya dia harus mewujudkan keimanan dalam hati dan lisannya itu dalam amal perbuatan sehari-hari yang mewujud dalam amal yang shaleh, atau segala aktivitas yang baik dan terpuji.
“Kalau iman itu diibaratkan matahari, maka amal shaleh atau amal kebajikan merupakan sinarnya. Karena itu, matahari tidak bisa dicerai-pisahkan dengan sinarnya. Demikian juga iman seseorang harus menyatu dengan amal shaleh atau aktivitas yang terpuji dan tidak bisa dicerai-pisahkan. Setelah orang memiliki iman dan amal shaleh, maka akan meningkat derajatnya menjadi orang-orang yang bertakwa,” jelasnya.
- Baca Juga: Hakikat Puasa Lahiriyah dan Puasa Batiniyyah
Kiai Zakky memaparkan takwa pengertiannya menurut bahasa adalah waspada, berhati-hati, menahan diri dari perbuatan tercela dan takut terhadap murka Allah. Pengertian takwa secara terminologis adalah Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawaahihi, yaitu melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
“Definisi itu amat singkat, namun pelaksanaannya harus mengerahkan segala kemampuan kita. Karena kalau kita hanya melaksanakan sebagian perintah Allah dan meninggalkan sebagian larangannya, itu amat mudah dan itu belum mencapai tingkatan takwa. Dengan demikian perlu diperhatikan pada kalimat segala atau semua yang tercantum dalam definisi di atas,” paparnya.
Menurut Kiai Zakyy, tujuan pokok dari ibadah puasa kita adalah agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Setelah kita mengetahui definisi takwa sebagaimana disebutkan di atas, maka kriteria dari orang-orang yang bertakwa antara lain; beriman kepada Allah dan segala yang difirmankan-Nya atau al-Qur’an, mengikuti bimbingan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam melalui al-Sunnah.
Selanjutnya kriteria takwa yaitu untuk memahami al-Qur’an dan al-Sunnah itu, kita harus mengikuti bimbingan para sahabat Nabi, para tabiin, dan para ulama yang memiliki keahlian dalam menjelaskan ajaran pokok dari agama Islam tersebut, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, beriman kepada kitab suci, beriman kepada hari akhirat, mengendalikan hawa nafsu, berbagi dengan sesama, memaafkan kesalahan orang lain, banyak bertaubat.
“Kriteria takwa berikutnya; bersikap rendah hati dan tidak angkuh, melaksanakan shalat-shalat sunnah dan puasa-puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan doa, bersikap pertengahan dalam membelanjakan hartanya, tidak bersikap kikir atau boros, bertanggung jawab kepada keluarga dan peduli terhadap lingkungan, bersikap amanah dan jujur, senantiasa bersyukur dan bersabar dalam menghadapi segala kesulitan, menghargai nasihat dan bimbingan para ahli dalam disiplin ilmunya masing-masing, senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang dapat mewujudkan kemaslahatan umum,” ungkapnya.