Fadhilah Uzlah dan Khalwat Di Tengah Pandemi Covid 19
Akibat merebaknya wabah atau pandemi Covid-19, banyak negara di dunia yang memberlakukan berbagai kebijakan untuk mencegahnya, seperti physical distancing, karantina wilayah, bahkan lockdown. Bagi umat Islam yang akrab dengan dunia tasawuf, praktik kebijakan seperti ini mungkin tidak begitu asing karena mereka sudah mengenal sebelumnya dalam konsep ‘uzlah (mengasingkan diri), khalwat (menyepi), tafakur (merenung), suluk dan lain sebagainya.
Akibat merebaknya wabah atau pandemi Covid-19, banyak negara di dunia yang memberlakukan berbagai kebijakan untuk mencegahnya, seperti physical distancing, karantina wilayah, bahkan lockdown. Bagi umat Islam yang akrab dengan dunia tasawuf, praktik kebijakan seperti ini mungkin tidak begitu asing karena mereka sudah mengenal sebelumnya dalam konsep ‘uzlah (mengasingkan diri), khalwat (menyepi), tafakur (merenung), suluk dan lain sebagainya.
Uzlah dan khalwat bukan karangan para sufi, melainkan ajaran yang secara eksplisit terdapat dalam al-Quran maupun Hadis. Nabi Muhammad Saw. pernah berkhalwat dan menyendiri (tahannuts) di Gua Hira. “Aku berada di Gua Hira selama sebulan (HR Muslim).” Rasulullah Saw. juga melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadan. Sepuluh hari ialah batas minimal dalam berkhalwat. Sunnah memberi petunjuk empat puluh hari untuk khalwat, seperti perjanjian pada Nabi Musa As. (Qs. Al-A’raf: 142).
Dalam konteks ini, lockdown, karantina, isolasi diri, atau pembatasan aktivitas sosial, bukan berarti sama dengan konsep ‘uzlah, dan khalwat, Namun, semua itu dapat dilakukan, selain sebagai upaya menjaga keselamatan diri, juga upaya menjaga keselamatan agama. Atas dasar itu, selama pengasingan diri dan pembatasan kegiatan sosial, kita tetap dapat berpegang teguh terhadap ketentuan syariat.
Tradisi ‘uzlah pernah dilakukan oleh sejumlah laki-laki yang dikenal dengan Ash-habul Kahfi. Kisah ‘uzlah mereka diabadikan di dalam Al-Qur’an agar menjadi pelajaran bagi umat-umat berikutnya
وَإِذ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقًا
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (Qs. Al-Kahfi: 16)”
Asy-Syaikh Al-Imam Abu Qasim bin Hawazin Al-Qusyairiy menjelaskan
الخلوة صفة أهل الصفوة، والعزلة من أمارات الوصلة، ولابد للمريد في ابتداء حاله من العزلة عن أبناء جنسه. ومن آداب العزلة أن يحصل من العلوم ما يصحح به عقد توحيده لكي لايستهويه الشيطان بوساوسه، ثم يحصل من علوم الشرع مايؤدي به فرضه ليكون بناء أمره على أساس محكم، والعزلة في الحقيقة اعتزال الخصال المذمومة، فالتاثير لتبديل الصفات لا للتنائي عن الأوطان، ولهذا قيل: من العارف؟ قالوا : كائن يعنى كاين مح الخلق، بائن عنهم بالسر.
ويحكى عن أبي يزيد البسطامي قال : رأيت ربي عز وجل في المنام فقلت: كيف أجدك : قال : فارق نفسك وتعال
Khalwat (menyendiri pengaruh duniawi) adalah sifat ahli tasawuf. Sedangkan Uzlah (mengasingkan diri) adalah lambang orang yang wushul kepada-Nya. Khalwat sangat diperlukan bagi murid pada awal kondisi ruhaniyahnya. Sedangkan Uzlah pada akhir kondisi ruhaninya setelah mencapai keakraban ruhaniyah-Nya.
Adab Uzlah harus dilandaskan dengan ilmu tauhid untuk memantapkan tauhidnya, agar syetan tidak menggodanya dengan bisikan-bisikannya. Ia juga harus diperkuat dengan ilmu syariat tentang kewajiban agar segala urusannya berada di atas dasar pondasi yang kokoh.
Sesungguhnya uzlah adalah menjauhi sifat-sifat keburukan, mengubah sifat buruk itu, bukannya menjauhkan diri lewat jarak tempat. Itulah sebabnya mengapa lahir pertanyaan, “Siapakah orang Arif Billah itu?” Mereka menjawab, “Orang-orang ada secara jelas bersama makhkuk, namun jauh dari mereka segala Sirri (rahasianya).”
Syekh Abu Yazid al-Bustami mengatakan, “Aku melihat Tuhan dalam mimpi. Lalu aku bertanya, “Bagaimana aku menjumpai-Mu? Tuhan menjawab, “Tinggalkan keakuan dirimu dan kemarilah.”
Sebagai mana yang telah diketahui, Covid-19 adalah bala yang datang dari Allah Swt., yang tidak ada daya dan upaya kita untuk mengantisipasi virus ini pada melainkan pada hakikatnya hanya Allah Swt. yang bisa. Maka untuk itu, sebagai bentuk ikhtiyar umat Islam, Rasullullah Saw. telah mengisyaratkan dengan mengasingkan diri uzlah dan khalwat. Namun bukan sekedar lockdown dan physical distancing melainkan dalam uzlah dan khalwat sebagai praktek tarekat tasawuf untuk memperbanyak berdoa, ber tafakakur, zikir dan tawajjuh dengan bimbingan seorang murysid.
Karena perbedaan antara lockdown dan physical distancing dengan uzlah dan khalwat dilihat dari segi bentuknya hampir sama akan tetapi di antara kedunaya terdapat perbedaan, yaitu lockdown dan physical distancing lebih menekankan kepada aspek lahiriyah dan keduniaan sementara uzlah dan khalwat praktek Rasullullah Saw lebih mengutamakan aspek ruhaniyah dan akhirat.
Asy-Syaikh Maulana’ Abu al-Abbas Ahmad Zarruq al-Fasi berkata,
لأنه بالعزلة يسلم من الأغيار وبالفكرة يستجلي الأنوار وكل عزلة لا تصحبها فكرة فإلى المحق مآلها، والفكرة لا تصح بدون العزلة فالعزلة منزل الفكرة وفي بيته يؤتى الحكم، ثم العزلة بالانفراد بالحال حقيقة، وبالانفراد بالشخص.
Seseorang akan selamat dari aghyar yaitu segala sesuatu selain Allah Swt. dengan menetapi uzlah (menyepi merenungi hakikat diri) dan cahaya ruhaniyah akan semakin jelas memancar melalui tafakur (pemikiran). Uzlah yang tidak disertai dengan tafakur akan mengarahkan kepada kebodohan dan tafakur tanpa uzlah sama dengan tidak sah. Maka uzlah adalah rumah untuk bertafakur dan di dalam rumahnya dia mendapatkan hikmah. Uzlah hakiki adalah menyendiri dengan al-hal (keadaan ruhani) dan uzlah majazi (metaforis) adalah dengan al-syakhsh (menyendiri dengan diri sendiri).
Asy-Syekh Sayyidi Ahmad bin Muhammad al-Ajibah al-Hasani asy-Syadzili, menerangkan fadhilah uzlah dan khalwat,
ان القلب كالمعدة اذا قويت عليها الاخلاط مرضت ولا ينفعها إلا الحمية وهى قلة موادها ومنعها من كثرة الاخلاط. المعدة بيت الداء، والحمية رأس الدواء.
وكذلك القلب اذا قويت عليه الخراطر واستحوذ عليه الحس مرض، وريما مات، ولا ينفعه إلا الحمية منها، والفوار من مو اطنها وهى الخلطة. فإذا اعتزل عن الناس واستعمل الفكرة نجح دواوه واستقام قلبه، وإلا بقى سقيما حتى يلقى الله يقلب سقيم بالشك والخواطر الرديئة. نسال الله العافية
Hati adalah ibarat perut. Jika di dalam perut terdapat banyak campuran bahan makanan maka dia akan sakit. Ketika itu tidak ada yang bermanfaat baginya kecuali diet, yakni mengurangi makanan dan membatasi banyak campuran. Perut adalah gudang penyakit, dan diet adalah pangkal obatnya.
Begitu juga halnya dengan hati. Jika di dalam hati terdapat banyak keinginan hawa nafsu, dan dia dikuasai oleh panca indera, maka hati akan sakit, bahkan bisa mati. Ketika itu, tidak ada yang bermanfaat baginya kecuali lari dari segala keinginan hawa nafsu yang terlintas di dalamnya.
Jika seseorang ber-uzlah (mengsingkan diri) dari manusia dan bertafakur serta berzikir, maka obatnya akan berhasil dan hatinya akan lurus. Jika tidak, maka hati akan tetap sakit, hingga dia menemui Tuhannya dengan hati yang mengidap penyakit keraguan dan keinginan-keinginan yang kotor.
Asy-Syekh Sayyidi Abu Hasan asy-Syadzili juga menjelaskan:
ثمار العزلة الظفر بمواهب المنة، وهي أربعة: كشف الغطاء، وتنزل الرحمة، وتحقق المحبة، ولسان الصدق في الكلمة
:وعلم أن في الخلوة عشر فوائد
الأولى: السلامة من افات اللسان، فإن من كان وحده لا يجد معه من يتكلم
الثانيه : حفظ البصر والسلامة من افات النظر
الثالثة: حفظ القلب وصونه عن الرياء والمداهنة وغيرهما من الأمراض
الرابعة : حصول الزهد في الدنيا والقناعة منها
الخامسه: السلامة من صحبة الأشرا ومخالطة الأرذال وفي مخالطتهم فساد عظيم
السادسة: التفرغ للعبادة والذكر والعزم على التقوى والبر
السابعة : وجدان حلاوة الطاعات وتمكن لذيذ المناجاة
الثامنة : راحة القلب والبدن، فإن مخالطة الناس ما يوجب تعب القلب
التاسعة : صيانة نفسه ودينه من التعرض للشرور والخصومات التي توجبها الخلطة
العاشرة : التمكن من عبادة التفكر والاعتبار
Bahwa buah dari uzlah (mengasingkan diri dari keburukan dunia) adalah keuntungan memperoleh empat karunia, yaitu tersingkapnya tabir antara Khalik dan makhluk, turunnya Rahmat, terwujudnya cinta kasih sayang dan lisan yang jujur.
Selain itu, khalwat juga memiliki sepuluh faedah, yaitu:
- Khalwat dapat menyelamatkan seseorang dari penyakit lisan. Barangsiapa menyendiri, maka dia tidak memiliki lawan bicara.
- Khalwat dapat menyelamatkan seseorang dari beragam penyakit yang ditimbulkannya oleh pandangan mata.
- Khalwat dapat memelihara dan menjaga hati dari hasrat riya’, mencari muka dan penyakit bathub lainnya.
- Khalwat dapat mendatangkan zuhud dari dunia dan sifat qana’ah terhadap sesuatu sesuatu pernikan dunia.
- Khalwat dapat menyelamatkan seseorang dari pergaulan dengan manusia2 jahat. Sebab bergaul dengan mereka dapat mendatangkan kerusakan yang sangat fatal.
- Khalwat dapat melahirkan konsentrasi untuk beribadah dan berzikir serta ketetapan hati untuk bertakwa dan berbuat kebajikan.
- Khalwat dapat mendatangkan hati yang tulus akan dapat merasakan manisnya kelezatan ketaatan dan lezatnya munajat.
- Khalwat merupakan rekreasi bagi hati dan badan. Sebab hidup dengan manusia dapat mendatangkan keletihan hati.
- Orang yang berkhalwat memelihara diri dan agamanya dari keterjerumusan dalam berbagai kejahatan dan permusuhan.
- Orang yang berkhalwat dapat tekun melakukan ibadah, tafakur dan i’tibar
Bala dan musibah paling besar bukanlah virus corona, melainkan kemalasan dan lesu dalam beribadah, beramal shalih dan terhijab Allah Swt. oleh diri kita dan alam semesta. Maka dengan adanya uzlah dan khalwat di tengah-tengah masa pandemi ini merupakan sebagai bentuk tarbiyah ruhani (mendidik ruhani) dan tazkiyah nafsu (membersihkan nafsu) agar menjadi hamba Allah yang mukmin yang sempurna.
Penulis: Budi Handoyo (Dosen Prodi Hukum Tata Negara Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Teungku Diruendeng Meulaboh-Kabupaten Aceh Barat)
Editor: Khoirum Millatin