Kehidupan Para Wali di Alam Barzakh Menurut Habib Luthfi bin Yahya

September 19, 2023 - 17:23
Kehidupan Para Wali di Alam Barzakh Menurut Habib Luthfi bin Yahya

Para wali tetap hidup di alam kubur (barzakh) seperti kehidupan mereka di dunia. Para wali yang ahli tahajud tetap tahajud di alam kuburnya. Yang ahli tadarus al-Quran tetap tadarus Quran. Yang ahli silaturahim tetap silaturahim, dan seterusnya. Hal ini sebagai kenikmatan yang mereka alami di alam kubur.

Jika ada para peziarah berdiri mengucapkan salam dan doa, maka si wali yang diziarahi juga ikut berdiri, menjawab salam dan mengamini doa-doanya. Jika para peziarah membaca Yasin, tahlil, maka si wali juga ikut membacanya. Jika para peziarah tawassul, maka beliau ikut mendoakan.

Diantara wali ada yang ahli darok (menolong), sering keluar dari kuburnya ke alam dunia ini untuk menolong para pecintanya. Diantara wali yang ahli darok adalah Mbah Hasan Minhajul ‘Abidin, Gabutan, Solo. Banyak cerita nyata dari para pecintanya yang membuktikan kewaliannya. Mereka merasa ada yang ditolong dari kecelakaan dan perampokan. Sebagian mereka ada yang ingin sowan ke ndalem beliau sebagai rasa terima kasih dengan membawa oleh-oleh, layaknya orang yg akan sowan Kiai. Namun, mereka kaget setelah ditunjukkan oleh penduduk setempat, bahwa Mbah Hasan Minhaj itu sudah wafat.

Dalil tentang hal ini diantaranya adalah ayat yg menjelaskan bahwa para syuhada’ (orang mati syahid) tetap hidup di alam kubur, terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 154 :
ﻭَﻻ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟِﻤَﻦْ ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮﺍﺕٌ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴﺎﺀٌ ﻭَﻟﻜِﻦْ ﻻَّ ﺗَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ

Artinya: “Jangan kalian katakan bagi orang yg dibunuh di jalan Allah, (mereka) itu orang-orang mati ! Namun, mereka adalah orang-orang yg hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya”.

Jika para syuhada’ saja mendapat karunia tetap hidup di alam kuburnya, maka para ulama dan wali pasti mendapat karunia lebih besar, seperti diketahui bahwa derajat mereka lebih tinggi.

Di Indonesia jumlah makam wali sangat banyak dengan berbagai tingkatannya. Jumlah makam wali ini terbanyak kedua setelah Hadhramaut, Yaman. Banyak kitab yg menulis biografi para wali di Timur Tengah, seperti kitab Jami’ Karomatil Auliya’, Thobaqotul Auliya’, dsb. Padahal, di Indonesia zaman itu sudah terdapat banyak para wali, namun, tradisi tulis-menulis di tanah Indonesia belum masif, oleh karenanya kalam-kalam dan ajaran auliya tidak terbukukan.

Tingkatan wali tertinggi disebut Al-Quthbul Ghouts, dan hanya ada satu orang dalam setiap masa. Beliau dijuluki Abdullah. Di bawahnya disebut Al-Imamani (dua imam) berjumlah dua orang, salah satunya akan menggantikan Al-Ghouts ketika wafat. Kemudian di bawahnya ada Al-Autad, jumlahnya ada empat orang. Imam Syafi’i R.a, pada zamannya merupakan pemimpin wali Autad. Kemudian di bawahnya ada Al-Abdal, jumlahnya ada tujuh orang. Keterangan tentang tingkatan para wali ini bisa dilihat di dalam kitab Jami’ Karomatil Auliya’. Wallahua’lam.

Pewarta: Ust. Saefuddin Masykuri

Editor: Warto’i