Kronologi Pengembalian JATMAN Sebagai Banom NU

Okt 20, 2025 - 12:44
Okt 20, 2025 - 12:53
Kronologi Pengembalian JATMAN Sebagai Banom NU

Upaya pengembalian Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) ke jalur asalnya sebagai Badan Otonom Nahdlatul Ulama (Banom NU), muncul karena banyaknya keresahan terhadap kondisi kepengurusan Idarah Aliyyah (Pengurus Pusat) JATMAN masa khidmat 2016-2023. Seharusnya, Idarah Aliyyah pada masa tersebut sudah menyelenggarakan Muktamar tahun 2023 dan itu bagi Rais 'Am masa periode jabatan yang ke-5.

Adanya upaya dari para mursyidin untuk mengabadikan kedudukan sebagai Rais 'Am bagi Habib Lutfi bin Yahya bin Hasyim sepanjang beliau masih berkenan untuk menjabatnya. Sehingga timbul kontroversi dan suasana panas di dalam jam'iyyah yang tidak kunjung padam. Semua pihak hanya menahan diri dengan keterpaksaan yang berat karena ewuh pekewuh atau sungkan untuk membicarakan yang sesungguhnya dikehendaki oleh umat.

Selain itu fakta bahwa terjadi kesenjangan program antara JATMAN dengan Nahdlatul Ulama, dengan tidak adanya laporan keterbukaan kepada PBNU sebagai induk organisasi dan masa bakti yang telah habis serta pengangkatan kepengurusan yang monoton dan cenderung eksklusif. Berikut adalah rangkuman dari peristiwa-peristiwa penting yang dilakukan oleh para reformator JATMAN (FMI, PBNU, dan Idarah Wustha Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Selatan).

Prakarsa Para Mursyid TQN se-Jawa Timur

Keresahan terhadap kondisi JATMAN yang dianggap tidak kunjung menyelenggarakan Muktamar dan menjadi wadah kegiatan eksklusif, menjadi pembahasan utama dalam Khalaqah Forum Mursyidin TQN se-Jawa Timur di Pondok Maunah, Saradan Madiun (Pesantren Kyai M. Anshori Al-Qodiri), kemudian ditindaklanjuti oleh empat Mursyid tarekat Qadiriyah Naqshabandiyyah. Empat Mursyid itu antara lain:

  1. DR. K.H. Kharisudin Aqib, M.Ag dari Nganjuk sebagai koordinator,
  2. KH. Nur Daroini dari Madiun sebagai sekretaris,
  3. K. Sumarno Abdul Aziz dari Magetan sebagai anggota,
  4. KH. Dzulqornain dari Jember sebagai anggota.

Keempat orang tersebut berangkat untuk bersilaturahmi ke sesepuh tarekat di Jawa Tengah yaitu KH. Achmad Chalwani Nawawi, Berjan, Purworejo dan Prof. Dr. K.H. Abdul Hadi, Mranggen, Demak. Baik di Berjan maupun Mranggen, topik yang dibahas adalah kondisi Idarah Aliyyah dan untuk mencari solusi memperbaiki kondisi JATMAN. Pada kedua pertemuan ini menyepakati adanya pertemuan mursyidin se-Indonesia yang selanjutnya terlaksana pada 24 Agustus 2024 di Pesantren Terpadu Daru Ulil Albab Kelutan, Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur. 

Pembentukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) dan Tindak Lanjut PBNU

Pertemuan di Pesantren Daru Ulil Albab Kelutan pada tanggal 24 Agustus 2024, menghasilkan kesepakatan penting. Pertama, membentuk Forum Mursyidin Indonesia (FMI) yang diketuai oleh Prof. Dr. K.H. Abdul Hadi dari Mranggen Demak. Kedua, menyikapi kondisi kepengurusan Idarah Aliyyah periode 2016-2023. Ketiga, akan bersama-sama menghadap PBNU di Jakarta dan menyampaikan hasil keputusan musyawarah. Poin penting dari keputusan musyawarah di Pesantren Daru Ulil Albab Kelutan pada waktu itu, ialah meminta PBNU segera mengambil tindakan tegas terkait dengan kondisi Idarah Aliyyah JATMAN masa khidmat 2016-2023 yang sudah tidak mencerminkan sama sekali sebagai organisasi Badan Otonom Nahdlatul Ulama.

FMI bersurat dan berkomunikasi kepada PBNU untuk dapat menghadap dan menyampaikan aspirasi terkait dengan keputusan musyawarah utama FMI di Pesantren Terpadu Daru Ulil Albab Kelutan. Kemudian pada tanggal 2 September 2024, rombongan delegasi FMI yang terdiri dari KH. Achmad Chalwani Nawawi (sebagai sesepuh), Prof. Dr. K.H. Abdul Hadi (Ketua FMI), K.H. Kharisudin Aqib (Forsil TQN se-Jawa Timur) dan beberapa mursyidin, diterima oleh Ketua Umum PBNU oleh K.H. Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Selain para tokoh di atas, PBNU mengundang beberapa pengurus Idarah Wustha, yaitu Wustha Jawa Timur, Sumatra Selatan dan Jawa Barat. Kesimpulan dari pertemuan ini yaitu melaporkan hasil musyawarah pertama di Nganjuk pada Ketua Umum PBNU, yang pada intinya agar PBNU mengambil alih kewenangan organisasi JATMAN dan menyelenggarakan muktamar JATMAN. Sebagai solusi ke-vakum-an JATMAN sebagai organisasi badan otonom NU. Ketua Umum PBNU merespons positif dan menjanjikan pertemuan Idarah Wustha se-Indonesia untuk mendengarkan aspirasi dari para pengurus Idarah Wustha se-Indonesia dan pengurus JATMAN Idarah Aliyyah masa khidmat 2016-2023 sebagai solusi yang adil, aspiratif dan terbuka.

Kemudian pada tanggal 19 September 2024 diadakan pertemuan di Hotel Bumi Surabaya yang dihadiri oleh 91 persen atau 22 perwakilan dari jumlah Idarah Wustha se-Indonesia. Pertemuan tersebut sukses atas kerjasama yang sangat bagus dan semangat antara PBNU, FMI, dan Idarah Wustha JATMAN Jawa Timur. Karena Idarah Wustha Jawa Timur sebagai tuan rumah, maka orang yang paling sibuk untuk mempersiapkan suksesnya acara tersebut adalah sekretaris Idarah Wustha Jawa Timur yaitu K.H. Yusuf Affandi dari Lamongan. Beliau yang melakukan koordinasi untuk melakukan penerimaan dengan utusan Idaroh Wustha se-Indonesia terkait dengan transportasi dan penginapan.

Pertemuan di Hotel Bumi Surabaya dan UNWAHAS Semarang

Aspirasi yang disampaikan dalam pertemuan di Surabaya, baik oleh pengurus Idarah Wustha se-Indonesia maupun oleh pengurus Idarah Aliyyah masa khidmah 2016-2023 ditampung oleh Pengurus Harian PBNU yang dipimpin oleh K.H. Zulfa Mustofa (Wakil Ketua Umum PBNU) dan K.H. Lukman Hakim (Wakil Sekretaris Umum). Dari pertemuan di Hotel Bumi Surabaya ini, hanya semata-mata untuk menampung aspirasi kedua belah pihak yaitu aspirasi Idarah Aliyyah dan pihak pengurus Idarah Wustha se-Indonesia. Pada pertemuan ini, FMI tidak dilibatkan, namun secara personal FMI juga masuk di dalam forum. Aspirasi dari kedua belah pihak dibawa ke meja Rapat Pleno Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada pertengahan Oktober 2024.

Penyampaian hasil keputusan Rapat Pleno PBNU disampaikan dalam forum Pra Muktamar Idarah Aliyyah JATMAN yang diselenggarakan di Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tanggal 16 November 2024 dan dihadiri oleh 100 persen perwakilan dari Idarah Wustha se-Indonesia. Dari sini, PBNU mendemisionerkan kepengurusan Idarah Aliyyah JATMAN Periode 2016-2023 dan menunjuk pimpinan caretaker JATMAN yaitu K.H. Haris Sodaqoh yang tugasnya adalah mengemban amanat PBNU untuk menyelenggarakan Muktamar JATMAN sesuai mandat PBNU secepat-cepatnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan Idarah Wustha se-Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap keputusan PBNU ini.

Peran penting para reformator dari Jawa Timur dalam penyelenggaraan Pra Muktamar JATMAN cukup besar, sekalipun kegiatan Pra Muktamar diselenggarakan di Jawa Tengah karena kepanitiaan PBNU dan tuan rumah (Idarah Wustha Jawa Tengah/UNWAHAS). Pertemuan di Semarang ini juga berhasil atas gotong royong para pengamal tarekat. Diketahui K.H. Fadhul Huda membiayai transportasi peserta dari luar Jawa, yang dikoordinasi oleh K.H. Yusuf Affandi dan Ustad Kartono. Sedangkan K.H. Nurcholis Misbah dari Sidoarjo ikut membiayai transportasi para peserta dari Jawa yang dikoordinasi oleh K.H. Kharisudin Aqib dan K.H. Muhammad Labib. Selain pembacaan tentang keputusan Rapat Pleno PBNU dan pernyataan sikap PBNU terhadap kondisi JATMAN, di forum tersebut juga diputuskan akan diselenggarakannya Muktamar JATMAN dengan perubahan-perubahan nomenklatur organisasi dan bentuk kegiatan Muktamar. 

Kongres Sebagai Pengganti Muktamar

Dengan berbagai pertimbangan yang matang dalam rapat kepanitian Muktamar, akhirnya diputuskan dengan akan diselenggarakannya Kongres Ke-13 JATMAN dan tidak memakai istilah "Muktamar" pada tanggal 21-22 Desember 2024. Kegiatan kongres diselenggarakan dengan nuansa yang cukup heroik dan semangat atas usulan K.H. Kharisudin Aqib, Jawa Timur.

Kegiatan kongres diselenggarakan dengan melibatkan unsur TNI pada prosesi seremonialnya mulai dari penyambutan tamu, band tentara dan instrumen atau nyanyian lagu Indonesia Raya. Bahkan pembacaan ayat suci Al-Quran juga dari prajurit TNI. Orkestra kegiatan seremonial kongres dipimpin langsung oleh K.H. Abdurahman Yusuf sebagai guru spiritual Mabes TNI sehingga nuansa dari kegiatan tersebut sangat berwibawa. Hal tersebut, dilakukan karena nuansa kompetitif dan kontroversi antara pihak pro reformasi dan pro status quo masih sangat terasa. Bahkan ada teror-teror yang diterima oleh panitia dari pihak pro status quo agar kongres tidak jadi dilaksanakan.

Kegiatan kongres ditutup dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh K.H. Kharisudin Aqib dari Jawa Timur. Kongres memutuskan beberapa keputusan penting diantaranya:

  1. PD-PRT baru yang mencerminkan bahwa JATMAN adalah Banom NU.
  2. Menyusun kepengurusan baru yang tampak warna ke-NU-annya yaitu pasangan Rais 'Ali (sebagai ganti istilah Rais 'Am) dengan Mudir 'Ali sebagai ganti istilah Mudir 'Am yang dijabat oleh KH. Achmad Chalwani Nawawi dari Berjan, Purworejo dan Prof. Ali Masykur Musa (Tokoh Nasional). Kedua tokoh ini dipilih oleh Ahlul Halli wa Aqdi atau badan formatur, pada hakikatnya adalah suara resmi PBNU dan suara hati para mursyidin Indonesia, Idarah Wustha dan Idarah Syu’biyyah se-Indonesia.
  3. Beberapa rekomendasi penting untuk masa depan JATMAN dan bangsa yang akan datang.

Proses singkat gerakan reformasi JATMAN yang dimulai dari akhir bulan Juli 2024 dan berakhir tanggal 22 Desember 2024 merupakan sebuah gerakan reformasi yang sangat menentukan keberadaan JATMAN di masa depan, sekaligus memutus jaringan kelompok dan oknum yang ingin memisahkan JATMAN dari induknya yaitu Nahdlatul Ulama.

Kasus Idarah Aliyah JATMAN masa khidmat 2016-2023 ini menyadarkan kita betapa pentingnya koordinasi dan konsolidasi internal jam'iyyah (antar induk dan anak-anak jam'iyyahnya) sehingga anak kita tidak dicuri atau dibawa lari oleh orang-orang atau kelompok yang tidak baik.  Proses perjalanan ini selain membutuhkan banyak pengorbanan material dan spiritual, juga kita kehilangan dua tokoh terbaik penggerak reformasi dari Jawa Timur yaitu K.H. Yusuf Affandi sebagai sekretaris Idarah Wustha Jawa Timur dan dari Jawa Tengah KH. Ashuri Magelang, sesepuh Idarah Wustha JATMAN Jawa Tengah. 

Keberhasilan dari gerakan reformasi JATMAN selanjutnya menuntut kita warga JATMAN untuk membuktikan bahwa JATMAN produk kongres ini akan menjadi lebih baik, lebih solid, lebih maslahah, lebih barokah dan lebih masyhur. Karena dari pihak pro status quo atau anti reformasi ternyata benar-benar belum legowo sehingga mereka membentuk jami'yyah baru sebagai partner sparing dalam rangka fastabiqul khoirot bagi JATMAN, yang diberi nama Jatma (tanpa N). Semoga JATMAN ke depan senantiasa mendapatkan rahmat dan diridhoi oleh Allah SWT. Sebagai jam'iyyah badan otonom Nahdlatul Ulama.