JEJAK RUHANI DI PANGGUNG KEKUASAAN: SUFISME POLITIK DARI SAMARKAND KE NUSANTARA

Syekh Khatib Sambas

Mei 7, 2025 - 07:45
Mei 7, 2025 - 07:47
JEJAK RUHANI DI PANGGUNG KEKUASAAN: SUFISME POLITIK DARI SAMARKAND KE NUSANTARA
Sambutan dan Pengarahan Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa, Mudir Ali Idarah Aliyah Jatman NU dalam acara Raker 7 Pengurus Idarah Syu'biyyah Kabupaten Purwakarta Jawa Barat bertempat di Pondok Pesantren Al Muhajirin Purwakarta, Kamis 1 Mei 2025.

Tulisan sederhana sebagai ikhtiar menterjemahkan Konsep Nawa Mustika (9 Mutiara Hikmah) Jatman NU dari Mudir Ali Idarah 'Aliyah Jatman NU, Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa.

Oleh: Abdur Rahman El Syarif

BAB V. DI BUMI MELAYU: NAQSYABANDIYAH DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM NUSANTARA

5.3.5. Syekh Khatib Sambas dan Jaringan Ruhani T

arekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Kalimantan

Dalam jejak panjang spiritualitas Nusantara, Syekh Muhammad Khatib bin Abdul Ghaffar Sambas (w. 1875) menempati posisi sentral sebagai poros ruhani yang menjembatani dunia tarekat di Haramain dengan dunia Melayu. Lahir di Sambas, Kalimantan Barat, dan menempuh pendidikan tinggi di Mekkah, Syekh Khatib Sambas dikenal sebagai tokoh yang memperoleh ijazah mursyid dari dua tarekat besar: Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Melalui otoritas keilmuannya, ia mengintegrasikan kedua tarekat tersebut dalam satu sistem zikir dan suluk yang kemudian dikenal sebagai Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)^1.

Meskipun aktivitas Syekh Khatib lebih banyak berlangsung di Mekkah, pengaruhnya di Kalimantan tidak dapat diabaikan. Ia memiliki banyak murid dari wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, yang kemudian pulang ke kampung halaman mereka dan membangun pesantren, surau, dan jaringan tarekat yang berperan besar dalam transformasi masyarakat Muslim lokal.

Di Kalimantan, misalnya, warisan spiritual Syekh Khatib disebarkan oleh sejumlah mursyid seperti Syekh Ahmad Rifa’i Sambas, Syekh Abdul Majid (Kubu Raya), dan tokoh-tokoh lainnya yang menjadikan TQN sebagai medium dakwah dan perbaikan moral masyarakat^2. 

TQN yang diwariskan Syekh Khatib mengajarkan disiplin zikir, latihan suluk, dan penguatan akhlak tasawuf, namun dalam praktiknya juga membentuk solidaritas sosial yang kuat. Surau dan zawiyah tarekat menjadi pusat pertemuan, pendidikan, dan konsolidasi umat dalam menghadapi tekanan kolonialisme dan arus perubahan sosial. Ini sejalan dengan karakter sufisme politik: sebuah perlawanan non-kekerasan berbasis transformasi batin dan pembebasan spiritual.

Dalam konteks Kalimantan, jaringan tarekat ini menyediakan wadah perlindungan budaya, serta sarana pendidikan alternatif yang tidak dikendalikan oleh kekuasaan kolonial^3.

Walaupun Syekh Khatib Sambas tidak tercatat secara eksplisit memimpin perlawanan fisik, seperti halnya Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau atau Pangeran Diponegoro di Jawa, namun tarekat yang dia bentuk menjadi basis ruhani yang kokoh. Jaringan murid-murid beliau berkontribusi dalam membangun ketahanan sosial masyarakat Muslim di tengah tekanan kolonial dan sekularisasi pendidikan. Dalam pengertian ini, TQN berperan sebagai “jihad ruhani”, yakni menjadi benteng spiritual dan moral dalam menghadapi krisis identitas dan dominasi asing^4.

Hingga kini, warisan Syekh Khatib Sambas masih hidup di berbagai pesantren tarekat, seperti di Martapura, Barabai, dan Pontianak, serta menjadi bagian dari identitas kultural Islam di Kalimantan. Jejak beliau menunjukkan bahwa transformasi sosial-politik bisa berlangsung melalui jalur batiniah, melalui pendidikan hati, pembinaan akhlak, dan konsolidasi komunitas ruhani. Dalam ranah sufisme politik, Syekh Khatib Sambas adalah bukti bahwa revolusi tak selalu meletup dalam dentum senjata, tetapi juga dalam keheningan zikir dan kemuliaan suluk.

Referensi:

1. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 225–230.

2. Feener, Michael R., and Terenjit Sevea. Islamic Connections: Muslim Societies in South and Southeast Asia (Singapore: ISEAS, 2009), hlm. 103–110.

3. van Bruinessen, Martin. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 154–160.

4. Azra, Azyumardi. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Depok: KPG, 2019), hlm. 85–92.

Keterangan Video:

Sambutan dan Pengarahan Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa, Mudir Ali Idarah Aliyah Jatman NU dalam acara Raker 7 Pengurus Idarah Syu'biyyah Kabupaten Purwakarta Jawa Barat bertempat di Pondok Pesantren Al Muhajirin Purwakarta, Kamis 1 Mei 2025.