Hasan Chabibie: Nahdlatul Ulama, Santri dan Strategi Kepemimpinan Digital  

Okt 22, 2023 - 10:07
Okt 22, 2023 - 10:43
 0
Hasan Chabibie: Nahdlatul Ulama, Santri dan Strategi Kepemimpinan Digital   
Dr. H. M. Hasan Chabibie (Ketua Umum Mahasasiswa Ahlit-Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (MATAN); Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat; Kepala Pusdatin Kemendikbud)

Jakarta, JATMAN Online – Nahdlatul Ulama (NU) menjadi rumah besar bagi pergerakan dan pemikiran kaum santri. Organisasi ini menjadi ruang untuk menempa diri, menggembleng mental dan menjernihkan jiwa bagi para penggerak dan kader-kadernya. NU juga menjadi ruang untuk mengasah gagasan, dengan berbagai dialektika yang terjadi di dalamnya, organisasi ini memiliki fondasi sangat kuat sebagai organisasi yang mementingkan gagasan sebagai rel gerakan.

Tradisi bahtsul masail sudah dikenalkan sebagai tradisi intelektual para santri sejak dasar. Dengan mengaji kitab-kitab secara sorogan dan bandongan, berdialog dengan para senior dan berdebat dengan sesama untuk pemecahan masalah fiqhiyyah, para santri juga mengasah pemikiran dengan mengikuti bathsul masail yang kaya dengan referensi keilmuan. Inilah ruang tradisi di pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama yang masih dipertahankan secara genuine hingga kini.

Maka, kita bisa melihat jutaan santri Nahdlatul Ulama menjadi penopang bagunan intelektual Islam klasik di negeri ini. Para santri, degan bekal pengajian kitab kuning dan shalawatan, kemudian juga merambah belajar ke berbagai kampus top dunia. Santri-santri Nahdlatul Ulama kini menjadi mahasiswa dan periset di Harvard, Stanford, MIT, hingga Oxford-Cambridge dan kampus-kampus bergengsi di Eropa, Australia, Jepang, China hingga Timur Tengah.

Fondasi intelektual kaum santri yang melambari mereka untuk terus berjuang, bergerak dan belajar untuk mengasah pemikirannya. Para santri membangun imajinasi untuk bisa menembus kampus-kampus besar dunia, dengan bidang keilmuan yang beragam. Baik keilmuan sosial humaniora, hingga ilmu-ilmu STEM yang saat ini sedang digandrungi. Para santri telah merebut hak belajar, dengan berkompetisi secara fair memanfaatkan berbagai regulasi dan perkembangan teknologi digital yang ada.

Peluang-peluang beasiswa yang terbuka lebar menjadi ruang bagi santri untuk mengaktualisasikan diri di tengah kontestasi dunia. Para ilmuan dunia saat ini sedang berlomba-lomba untuk menciptakan paten, mengkreasi hal-hal yang baru di dunia medis, maupun bergerak untuk isu-isu lingkungan. Para santri juga saya yakin berada di gerbang ini, bersaing dengan warga di pelbagai penjuru dunia untuk belajar hal-hal terbaru, dan kemudian mentasharufkan keilmuannya untuk kemasalahatan.

Ini karena kaum santri punya pedoman penting, memberikan kemasalahatan setinggi-tingginya dari ilmu, tenaga dan waktu yang dimiliki. Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat kepada yang lain: khairunnas anfauhum lin-nas. Inilah pedoman yang terpatri di sanubari kaum santri. Petuah inilah yang memupuk jiwa kaum santri agar bisa memberikan makna bagi kehidupan.

Saya selalu teringat petuah guru kami Maulana Habib Luthfi bin Yahya, betapa santri-santi itu punya telaga pengetahuan yang tak pernah kering. "Saya ingatkan agar kita jangan bosan muthalaah dan jangan bosan mengulang-ngulangnya walaupun kitabnya cuma sekali. Karena kalau rajin muthalaah dengan berkah mu'allif, insya Allah difutuh (dibuka) oleh Allah SWT," demikian dawuh gurunda saya. Dengan semangat belajar tinggi inilah, para santri menemukan sumber pengetahuan yang tiada habisnya, tersambung dengan karunia ilmu dari Allah.

Kepemimpinan Digital

Maka, jika kita hari ini memaknai hari santri dengan niat khidmah untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dari ilmu yang kita punyai. Hari santri tidak sekedar selebrasi untuk mengingatkan tentang perayaan dan gebyar, tapi lebih memberi pengingat betapa kiai-kiai kita dahulu berjuang sangat keras untuk mendidik santri, memperjuangkan kemerdekaan dan menegakkan Indonesia. Ini dalam rangka mendapatkan kenikmatan dan kebebasan dalam beribadah, dengan menjaga negara Indonesia agar tetap sebagai negeri yang aman dan damai. Negeri yang memberikan ketenangan jiwa dan keriangan hati, mengalirkan mata air untuk kehidupan, menghasilkan tanaman yang melimpah untuk umat manusia.

Memperingati hari santri seharusnya dengan bekerja keras, belajar cerdas dan berkolaborasi terus menerus untuk menghadirkan kemaslahatan publik. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi dengan populasi yang sangat besar dan pengaruh gigantik, menjadi teladan bagi Indonesia untuk menghasilkan kader-kader terbaik yang memberikan sumbangsih untuk bangsa. Inilah makna hari santri yang perlu kita resapi bersama.

Apalagi santri-santri sekarang ini telah melesat seperti anak panah ke belbagai tempat terjauh di dunia, mengejar mimpi-mimpi untuk mengikat ilmu. Para santri berjuang untuk mengais pengetahuan dan menyimpannya dalam sanubari, serta kemudian menghadirkan manfaat yang terbaik untuk publik.

Dengan potensi jutaan santri saat ini yang sudah melalangbuana ke berbagai negara, menyerap hikmah pengetahuan dari berbagai peradaban dunia, maka perlu ada anchor untuk tetap mengikat santri sebagai gerakan yang terkonsolidasi. Para santri diaspora ini harus tetap terkonsolidasi sebagai kader pengetahuan, kader gerakan, dan kader ulama yang benar-benar 'alim. Kita memerlukan kepemimpinan yang berbasis digital dan komunikasi modern untuk mengelola keragaman serta potensi yang luar biasa sekarang ini.

Kepemimpinan digital menjadi kunci penting untuk mengkonsolidasi santri-santri sebagai gerakan pengetahuan dan mengorksestrasi agar aliran khidmah bisa terkoneksi satu sama lain. Kepemimpinan digital tidak sekedar perangkat teknis, ataupun infrastruktur digital yang menopangnya.

Strategi kepemimpinan digital juga sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas manajerial para pemimpin bangsa. Para pemimpin Indonesia masa sekarang dan mendatang, sangat perlu menggerakkan perubahan dengan perspektif kepemimpinan digital. Calon pemimpin kita perlu menghadirkan kepemimpinan digital sebagai strategi.

Nahdlatul Ulama adalah miniatur Indonesia, dengan ragam warna penduduk yang besar. Saya sangat yakin Nahdlatul Ulama bisa bertransformasi menjadi organisasi modern, yang lincah dan senapas dengan perkembangan zaman. Kita bisa melihat banyak sekali pemimpin muda di Nahdlatul Ulama yang mempunyai kepakaran di bidang masing-masing, yang saling terkoneksi untuk bekerja secara bersama-sama. Inilah yang menjadikan Nahdlatul Ulama menjadi sangat menarik di abad keduanya.

Penulis: Dr. H. M. Hasan Chabibie (Ketua Umum Mahasasiswa Ahlith Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyyah (MATAN); Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat; Kepala Pusdatin Kemendikbud)

Sumber: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6995746/nahdlatul-ulama-santri-dan-strategi-kepemimpinan-digital

 

Jatman Online Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran at-thoriqoh al-mu'tabaroh.