Habib Luthfi bin Yahya, Pantulan Akhlak Rasulullah yang Mulia

September 19, 2024 - 11:54
Okt 12, 2024 - 16:43
Habib Luthfi bin Yahya, Pantulan Akhlak Rasulullah yang Mulia

Beberapa hari lalu, tersebar video seorang penyair dari Jawa yang memberikan sanjungan kepada Maulana Habib Luthfi bin Yahya, yang kurang lebih artinya tentang memuji akhlak beliau.

Habib Luthfi kemudian memberikan perhatian kepada penyair tersebut dan menyimak bait perbait syair yang dilantunkan dengan sangat antusias.

Tentu saja hal ini mengingatkan saya pada sosok penyair kesayangan Rasulullah, Hasan bin Tsabit, yang memiliki julukan khusus “Sya’ir al-rasul” yang artinya “penyairnya Rasululah”.

Melanggamkan syair sendiri dalam tradisi masyarakat Arab lama merupakan sebuah kebiasaan yang menunjukkan tingkat kecerdasan bahasa mereka, yang mana dalam strata bahasa, syair atau sastra memiliki posisi tertinggi yang biasa digunakan oleh kaum intelektual.

Masyarakat Arab sejak dulu gemar bersyair dalam kondisi-kondisi tertentu. Umumnya syair itu dibacakan ketika mereka sedang meratap, kasmaran, dan memuja berhala-berhala mereka.

Setelah Islam berkembang, Rasul membolehkan para penyair-penyair tersebut untuk tetap melanjutkan karyanya, asal tidak mengandung kemusyrikan sebab berisi pemujaan terhadap berhala dan meratapi kepergian seseorang. Kemudian para penyair yang sudah masuk Islam mengubah konsep syairnya menjadi sebuah motivasi dan puji-pujian kepada Rasul.

Dalam sebuah riwayat Imam Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi, Rasul bahkan menyediakan tempat bagi Hasan bin Tsabit di sebuah mimbar di masjid untuk membaca pujian pada Nabi sebagai bentuk penghargaannya pada penyair terbesar itu.

Syair yang ditujukan kepada Rasulullah sejatinya adalah bentuk ekspresi cinta yang tak terbendung. Terkadang, untuk menggambarkan cinta yang berkecamuk, cinta yang membuat mabuk kepayang, cinta yang membuat tergila-gila, atau dalam bahasa tasawuf disebut “Isyq”, seseorang tidak cukup menggambarkannya dengan satu kata-kata indah saja. Seluruh isi otaknya adalah pujian. Itulah sebabnya ada banyak syair-syair pujian yang tercipta untuk Rasulullah hingga saat ini yang jumlahnya tidak terhitung.

Rasulullah, jika boleh saya mengungkapkan, adalah semua bentuk pujian. Tidak ada syair yang secara utuh mampu menggambarkan bagaimana akhlak Rasul, bagaimana perangai Rasul, bagaimana kasih sayang Rasul kepada para umatnya, dan bagaimana kita sebagai umatnya menyampaikan cinta yang mendalam kepadanya.

Sementara bagi orang yang sangat visual, memuja Rasul tidak cukup dengan dibayangkan saja. Orang-orang visual memerlukan objek yang tampak sebagai bahan pujiannya. Itulah sebabnya lahir pula syair-syair pujian yang ditujukan pada ulama sebagai pewaris para Rasul, sebagai manifestasi dari akhlak Rasul.

Sebagai contoh, beberapa penyair seperti video yang sudah banyak beredar, bisa melihat dan merasakan kehadiran Rasul melalui Habib Luthfi bin Yahya yang dicerminkannya melalui akhlak yang mulia. Tidak sedikit ulama-ulama besar, baik yang ada di Indonesia maupun ulama dari negara lain, menyanjung Habib Luthfi dari sisi akhlaknya. Jika tidak, mana mungkin ulama yang lahir dan besar di Indonesia itu bisa dicintai oleh banyak orang?

Habib Luthfi adalah mursyid yang menerima banyak sanad thariqah dari banyak mursyid. Dengan kecintaannya pada Indonesia ini, beliau juga tak lelah untuk terus menyampaikan spirit nasionalisme kepada umat. Namun, sebagaimana manusia pada umumnya, tentu saja ada yang suka dan tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh beliau. Bahkan, tak sedikit orang yang sebelumnya mencintai, kini berbalik menyerang beliau.

Masih ingat bagaimana kematian Sahabat Ali bin Abi Thalib? Kita perlu ingat betul bahwa yang membunuh Sayyidina Ali adalah seorang penghafal Qur’an, tidak pernah meninggalkan qiyamullail, sunnah Nabi, selalu puasa di siang hari, namun ia menghukumi kafir Sayyidina Ali hanya karena berbeda pandangan politik dengannya. Jika sekelas Sayyidina Ali saja memiliki banyak “Haters”, Bagaimana dengan seorang Maulana Habib Luthfi?

Para muhibbin yang melihat akhlak Rasulullah saw. pada diri Habib Luthfi, baiknya tidak perlu termakan fitnah-fitnah yang mengarah pada beliau. Karena semakin tinggi derajat seseorang, maka angin akan semakin kencang menghantam. Dan sudah menjadi sunnatullah jika para kekasih-Nya pasti akan berhadapan dengan ujian yang maha dahsyat, tidak terlepas pula guru kita, Maulana Habib Lutfi bin Yahya.