Eksistensi Rabitha Kepada Murysid dalam perspektif Tasawuf

September 11, 2024 - 07:22
September 12, 2024 - 08:29
 0
Eksistensi Rabitha Kepada Murysid dalam perspektif Tasawuf

Dalam perjalanan ruhani seorang murid tidak akan mampu Wushul kepada Allah tanpa seorang mursyid/syekh al-mukamil. Sebab tarekat suluk merupakan perjalanan dalam menempuh gaibnya kegaiban.

Ibarat sebatang pohon apabila tumbuh dengan sendirinya tanpa ada orang yang menanamnya, maka tidak ada seorangpun yang bakal memanfaatkan buahnya sekalipun tumbuh bersemi dan daunnya rindang, bahkan bisa jadi tidak berbuah utk selamahnya.

Coba anda perhatikan wahai saudaraku, Rasullullah Shallallahu Alayihi Wassalanlm, bagaimana dengan Malaikat Jibril As yang menjadi perantara beliau dengan Allah dalam menyampaiian wahyu. Dengan demikian, menjadikan mursyid/guru ruhani adalah suatu kewajiban bagi murid yang tidak bisa ditinggalkan.

Maka oleh karena itu, wajib seorang murid harus senantiasa dibawah bimbingan dan pengawasan mursyid nya. Dalam tarekat hubungan antara murid dan mursid terbagi kedalam dua macam;

1. Hubungan Dhahir, yaitu seorang murid harus dapat berkhidmat secara fisik kepada Murysid, patuh terhadap apa yang diperintahkan mursyidnya. Serta senantiasa duduk bersama mursyid nya dalan waktu kapanpun terutama di waktu majelis pengajian.

2. Hubungan bathin, yaitu dalam arti ruhani mursyid senantiasa hadir di dalam jiwa murid dalam keadaan apapun baik keadaan dekat mau jauh. Maka dalam istilah tasawuf dinamakan rabitha.

Rabitah merupakan sebagai fayid Al-Muqaddas (limpahan tersucikan) Allah kepada hamba-hambaNya melalui wasilah-washilah pewaris Haqiqatul Muhammadiyah yaitu para wali-wali Allah termasuk Syekh mursyid yang Arifbillah. 

Dalam ilmu tasawuf dan kerohanian, khusus nya ilmu Tareqah. Rabitah syeikh adalah sesuatu yang amat di galakkan semasa berzikir dan mempunyai faedah yang sangat besar. Rabitah bermaksud mengikat diri dengan syeikh dengan mengkhayalkan atau menghadirkan wajah syeikh semasa berzikir kepada Allah. 

Banyak orang orang yang tidak menjalani latihan kerohanian selalunya menyalah anggap bahawa rabitah itu adalah sesuatu yang syirik. Ia bukanlah sesuatu yang syirik. Ia banyak disebut kan oleh ulama ulama akan faedahnya seperti Imam Al-Qusyairi dalam Risalah Al-Qusyairiyah, Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, Syeikh Daud Al Fathoni dalam kitab Dhiyaul Murid, Syeikh Abdus Samad Falimbani dalam Hidayatus Salikin, Syeikh Abdul Wahab As Sya'rani dalam kitabnya Al-Anwaar Al-Qudsiyah fi Ma'arifat Qawaid As-Shufiyah، Syeikh Abdul Ghani An-Nabulsi dalam kitab Miftahul Ma'iyah, Syekh Ahmad Ibnu Al-Ajibah dalam kitab Iqazhul Himam dan banyak lagi ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang menulis dalam kitab mereka. Untuk memahami ini kita perlu memahami cara masuk ke hadrat Allah SWT. 

Tujuan kita beramal adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun untuk masuk terus kepada Allah, kita tidak dapat membayangkan Allah, pintu masuk kepada Allah adalah melalui Sayyidina Rasulullah SAW. Pun begitu kita juga tidak dapat membayangkan wajah Rasulullah SAW kerana tidak pernah berjumpa dengan baginda Rasulullah SAW. Oleh kerana tidak dapat membayangkan wajah Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka wajah yang boleh dibayangkan ada wajah syeikh kita sebagai warisatul anbiya yang menjadi pintu masuk kepada baginda Rasulullah SAW ini adalah melalui mursyid kita.

Kita tidak boleh melihat wajah Rasulullah, maka dibayangkanlah wajah-wajah orang yang dicintai oleh Rasulullah SAW dari para salihin dan para auliya’, karena hal itu akan mengingatkan kita kepada Allah, bukan membuat kita syirik tetapi membuat kita semakin taat, hanya saja syaitan tidak suka kerana syaitan terbakar jika melihat wajah-wajah mereka.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin mas’ud R.A, Rasulullah saw bersabda :

عن عبد الله بن مسعود قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :

“إن من الناس مفاتيح لذكر الله إذا رؤوا ذكر الله“

” Sesungguhnya ada daripada golongan manusia yang dijadikan oleh Allah swt sebagai kunci (pembuka) untuk berdzikir kepada Allah swt.Jika wajah mereka di pandang maka seketika akan mengingatkan kepada Allah swt.. ”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas, bahwasanya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah saw

يا رسول الله من أولياء الله؟ قال: ” الذين إذا رؤوا ذكر الله “

Wahai Rasulullah saw, siapakah mereka para wali Allah? Maka beliau saw bersabda: mereka adalah kaum yang ketika dipandang wajah mereka, maka akan langsung mengingatkan kepada Allah SWT (dengan pandangan tersebut)

Dan inilah yang di katakan usaha sebagai wasilah atau jalan yang mendekatkan diri kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maa-idah: 35]

Keadaan ini samalah dengan kita membayangkan kaabah sewaktu hendak bersolat, yang kita sembah sebenarnya adalah Allah, bukan kaabahnya. Kaabah itu hanyalah rabitah kita dalam solat. Namun untuk menguatkan ikatan kita dengan Allah dalam solat, kita membayangkan kaabah. 

[ Budi Handoyo dosen STAIN Teungku Dirundeng-Meulaboh ]