Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah di Mata Para Petinggi al-Azhar

Setiap thariqah mu’tabarah yang menjalankan dan mempertahankan ajaran leluhurnya dengan baik dan benar serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang rahmatan lil ‘alamin sudah tentu layak didukung, dilindungi serta dirawat dan dikembangkan. Salah satunya adalah Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah yang berpusat di negeri Mesir dan berkembang pesat hampir ke seluruh dunia.

Agustus 30, 2023 - 05:27
Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah di Mata Para Petinggi al-Azhar

Setiap thariqah mu’tabarah yang menjalankan dan mempertahankan ajaran leluhurnya dengan baik dan benar serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang rahmatan lil ‘alamin sudah tentu layak didukung, dilindungi serta dirawat dan dikembangkan. Salah satunya adalah Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah yang berpusat di negeri Mesir dan berkembang pesat hampir ke seluruh dunia. Ia didirikan pada abad ke-7 H. oleh sang Wali Qutub masyhur, Syekh Ibrahim al-Qurasyi ad-Dusuqi, lalu dikembangkan oleh Syekh Muhammad Utsman Abduh al-Burhani pada abad ke-14 H. kemudian di-upgrade sedemikian sempurna oleh Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi di tahun 2007. Para pengikut dan pengamalnya hampir ditemukan di seluruh penjuru bumi, bahkan juga besar di benua Asia, termasuk Indonesia.

Pengesahan Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah sebagai thariqah mu’tabarah diputuskan oleh Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir pada tanggal 24 Maret 2007, kemudian Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi dikukuhkan sebagai Grand Syekhnya pada tanggal 11 April 2007. Ketika itu, Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir diketuai oleh seorang ulama tafsir sekaligus pemuka al-Azhar, yakni Syekh Hasan Muhammad Said asy-Syinnawi. Dan pada tanggal 5 Mei 2007, penyematan syal kepemimpinan Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah sebagai tanda/simbol pengukuhun Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi dilakukan oleh Ketua Niqabah as-Sadah al-Asyraf Republik Arab Mesir (lembaga resmi penjaga nasab Rasulullah Saw. di Mesir), Sayyid Ahmad Kamil Yasin. Untuk diketahui, Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi memiliki ketersambungan nasab kepada Imam al-Husain bin Siti Fathimah binti Rasulillah Saw.  

Meskipun tidak menjadi bagian dari alumni Universitas al-Azhar Mesir, Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi senantiasa menginspirasi bagi banyak ulama al-Azhar, bahkan dipuji dan disanjung oleh pemuka-pemuka tertingginya. Antara lain, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, Rektor Universitas al-Azhar periode 1995-2003 sekaligus ulama hadits terkemuka yang dijuluki sebagai Imam Bukhari pada masanya. Tidak jarang beliau bertandang ke Markas Pusat Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah di Provinsi Buhairah dan melantunkan syair-syair pujian yang digubah oleh beliau sendiri teruntuk Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi serta Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah.

Misalnya, pada tanggal 13 Juli 2009, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim menghadiri salah satu konferensi yang diselenggarakan oleh Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah lalu membacakan sebuah syair pujian beliau di hadapan ribuan jamaah pengamal dari berbagai penjuru bumi. Tidak hanya Mesir, tapi juga dari Saudi, Kuwait, Sudan, India, Austria, Malaysia dan tak terkecuali Indonesia. Syair gubahan beliau dimaksud berbunyi sebagai berikut:

بَدَتْ فِي الْحَفْلِ أَنْوَارُ ** وَآيَاتٌ وَأَذْكَارُ

دَعَوْنَا اللهَ خَالِقَنَا ** وَرَبُّ الْعَرْشِ غَفَّارُ

سَأَلْنَاهُ رَجَوْنَاهُ ** وَفَضْلُ اللهِ مِدْرَارُ

إِذَا مَا قِيلَ مَنْ أَنْتُمْ ** دُسُوقِيُّونَ أَبْرَارُ

كِتَابُ اللهِ رَائِدُنَا ** وَيَهْدِي كُلّ مَنْ حَارُوا

وَهَدْيُ الْمُصْطَفَى فِينَا ** لَهُ رُشْدٌ وَأَنْوَارُ

وَرَبُّ الْعَرْشِ حَارِسُنَا ** وَيُرْدِي كُلّ مَنْ جَارُوا

وَكَمْ للهِ آيَاتٌ ** وَآلاَءٌ وَأَسْرَارُ

يَقُودُ الْخَطْوَى رَائِدُنَا ** لَهُ بَذْلٌ وَإِيثَارُ

بِكُلِّ بِلاَدِنَا يَبْدُو ** لَهُ أَهْلٌ وَأَنْوَارُ

وَفِي أَرْضِ الْكُوَيْتِ لَهُ ** أَحِبَّاءٌ وَأَنْصَارُ

وَكُلُّ بِلاَدِ أَهْلِ اللهِ ** تَهْوَاهُ وَتَخْتَارُ

وَفِي أَرْضِ الْكِرَامِ لَهُ ** مَجَالاَتٌ وَأَطْوَارُ

فَإِنْ نَادَيْتَهُ لَبَّى ** وَجَاءَ الشَّيْخُ مُخْتَارُ

“Di momen ceria ini memancarlah sinar,

Tanda kekuasaan dan panji zikir terus berkibar.

Doa kami kepada Sang Maha Pencipta,

Sang Penguasa Arsy dan Pengampun segala dosa.

Kami memohon serta berharap kepada-Nya,

Agar terus berlimpah nikmat dan karunia-Nya.

Bila ditanya: “Siapa sebenarnya kalian?”

Jawablah: “Kami pengamal Dusuqiyah yang budiman”.

Kitab Suci bagi kami adalah penuntun,

Lentera Ilahi bagi siapa yang hendak dituntun.

Sunnah Baginda hidayah bagi kami,

Penunjuk hati dan penerang hidup kami.

Dan Allah lah Maha Pelindung kami,

Lagi Maha Pemusnah musuh-musuh kami.

Sungguh betapa besar kekuasaan-Nya,

Maha Besar pula anugerah dan rahasia-Nya.

Penglima kita, sang mahaguru mulia,

Sang pejuang handal yang banyak berjasa.

Di tiap-tiap negara selalu menjelma,

Cahaya beliau melalui para pengikut setia.

Dan di negeri Kuwait pun terdapat,

Para pecinta yang setia berkhidmat.

Bahkan umat di seluruh penjuru bumi Tuhan,

Mencintai dan menjadikan beliau guru pilihan.

Dan di tanah al-Kiram tampak berlimpah,

Berbagai usaha sukses nan penuh berkah.

Bila engkau memanggil seraya menyapa,

Maka tibalah Syekh Mukhtar membalas cinta.”

Selanjutnya, pada tanggal 4 April 2010, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim kembali melantunkan:

أَيَا شَيْخ مُخْتَار الدُّسُوقِيّ قَدْ بَدَا ** عَلَيْكَ ضِيَاءُ النُّبْلِ وَالْخَيْرِ وَالنَّدَى

طَرِيقَتُكُمْ ضَمَّتْ كِرَاماً أَعِزَّةً ** مِنَ الدُّوَلِ الْفُضْلَى بِنُورٍ تَجَدَّدَا

وَقَدْ جَاءَ مِنْ أَرْضِ الْكُوَيْتِ أَحِبَّةٌ ** لَهُمْ فِي فُؤَادِي مَوْقِعٌ مُشْرِقُ الْمَدَى

وَمِنْ مُعْظَمِ الْبُلْدَانِ جَاءَ أَعِزَّةٌ ** سَيُعْلِيهِمُ الرَّحْمَنُ مَجْداً وَسُؤْدَدَا

فَأَنْتَ لَهُمْ شَيْخٌ جَلِيلٌ مُبَارَكٌ ** طَلَعْتَ لَهُمْ وَجْهاً نَدِيًّا مَوَرِّدَا

فَيَا رَبِّ بَارِكْ شَيْخَهُمْ وَطَرِيقَهُمْ ** وَكُنْ يَا إِلَهِي لِلْأَحِبَّاءِ مُسْعِدَا

“Wahai Syekh Mukhtar ad-Dusuqi, padamu telah nyata,

Pancaran kebaikan, kemuliaan dan keindahan cinta.

Thariqahmu menghimpun murid-murid mulia,

Dari berbagai negara dengan cahaya tak terkira.

Dari negeri Kuwait pun hadir para pecinta,

Mereka spesial di hatiku sepanjang masa.

Dan dari banyak negara lain turut berdatangan,

Murid-murid budiman nan tinggi di sisi Tuhan.

Engkaulah mahaguru mulia sang penebar berkah,

Wajahmu berkharisma nan berseri indah.

Tuhan, berkahilah mahaguru serta thariqah mereka,

Karuniakanlah kegembiraan kepada para pecinta.”

Tidak hanya Rektor Universitas al-Azhar, tapi juga tokoh-tokoh al-Azhar lainnya seperti Wakil al-Azhar, Syekh Mahmud Asyur. Dalam majalah at-Tashawwuf al-Islami terbitan Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir edisi Mei 2007 hlm. 39, dikutip pernyataan Syekh Mahmud Asyur sebagai berikut:

إِنَّ الشَّيْخَ مُخْتَار عَلِي بِتَعْيِينِهِ شَيْخًا لِهَذِهِ الطَّرِيقَةِ الْجَدِيدَةِ فَإِنَّهُ يَسِيرُ عَلَى طَرِيقِ الْمُخْتَارِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ اخْتِيَارُهُ مُوَفَّقًا فَلَهُ مِنْ اسْمِهِ نَصِيبٌ.

“Dengan dikukuhkannya Syekh Muhktar Ali sebagai Grand Syekh thariqah yang baru ini maka sesungguhnya beliau meniti jalan Sang Nabi Terpilih (al-Mukhtar), yakni Baginda Rasulullah Saw. Maka beliau (Syekh Mukhtar) pun terpilih sebagaimana arti dari nama beliau sendiri.”

Syekh Mahmud Asyur melanjutkan:

بَل هُوَ مَثَلٌ أَعْلَى وَقُدْوَةٌ وَنَمُوذَجٌ طَيِّبٌ وَطَرِيقَتُهُ دَخَلَتْ إِلَى طَرِيقِ اللهِ لِتَهْدِي بِهُدَاهُ وَتَسْتَنِيرَ بِنُورِهِ وَتَسِيرَ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَالطَّرِيقِ الَّذِي حَدَّدَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Bahkan beliau (Syekh Mukhtar) adalah panutan yang tinggi nan suri tauladan serta contoh yang baik. Thariqah beliau (Dusuqiyah Muhammadiah) adalah bagian dari jalan Allah untuk menghidayahi dengan petunjuk Allah serta menerangi dengan cahaya Allah maupun berjalan sesuai petunjuk Kitab Allah dan petunjuk yang telah ditetapkan Baginda Rasulullah Saw.”

Di majalah dan edisi yang sama (hlm. 41), dikutip pula pernyataan Ketua Program Studi Islam Universitas al-Azhar, Dr. Muhammad Abu Lailah, yaitu sebagai berikut:

أَوَّلُ مَرَّةٍ أَلْتَقِي فِيهَا بِالسَّيِّدِ مُخْتَار الدُّسُوقِيِّ فَأَحْسَسْتُ بِنُورِ قَلْبِهِ، فَهُوَ يَتَّسِمُ بِالصَّفَاءِ وَالنَّقَاءِ وَالتَّوَرُّعِ وَالتَّوَاضُعِ وَهُوَ يَتَوَاصَلُ مَعَ كُلِّ قُلُوبِ الْمُحِبِّينَ وَالْمُرِيدِينَ وَكَأَنَّهُ صَدِيقٌ خَاصٌّ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ.

“Pertama kali aku berjumpa dengan Sayyid Mukhtar ad-Dusuqi, maka aku merasakan cahaya hati beliau yang begitu bening dan pure serta penuh dengan sifat wara’ dan tawadhu’. Hati beliau senantiasa tersambung dengan semua hati para pecinta dan murid-murid beliau, seakan-akan beliau menjadi sahabat spesial bagi tiap-tiap mereka.”

Wakil I Kementerian Wakaf Mesir yang juga ulama terkemuka al-Azhar, Syekh Husain Khidhr pun mengemukakan (sumber seperti di atas hlm. 40):

مَنْ يَقْتَرِبُ مِنَ الْأُسْتَاذِ مُخْتَار يُدْرِكُ أَنَّ الْعِنَايَةَ الْإِلَهِيَّةَ تَرْعَاهُ وَهُوَ مَمْدُودٌ بِسَيِّدِي الشَّيْخِ إِبْرَاهِيم الدُّسُوقِيِّ.

“Barangsiapa mendekati Syekh Mukhtar, maka ia akan mengetahui bahwa perlindungan Ilahi mengayomi beliau, dan pada diri beliau mengalirlah madad Syekh Ibrahim ad-Dusuqi.”

Adapun di Indonesia, maka tarekat sufi gagasan Syekh Ibrahim ad-Dusuqi sudah diakui mu’tabarah sejak tahun 1959 melalui Muktamar II JATM di Pekalongan. Namun secara khusus, JATMAN telah menerbitkan surat tanggapan dengan nomor A1.164/0-SU/I/2022 yang menyatakan kesediaannya menyambut baik Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah untuk bergabung pada JATMAN. Surat resmi tersebut ditandatangani langsung oleh Rais Am JATMAN, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah juga diakui kemu’tabarahannya oleh Dewan Ulama Thariqah Indonesia (DUTI) sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keterangan DUTI nomor 01/DUTI/VII/2021, ditandatangani oleh Rais Mustasyar DUTI, Tuangku Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani. Harapan penulis, semoga Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah dapat beriringan langkah dengan thariqah-thariqah mu’tabarah lainnya dalam mewujudkan kedamaian dunia dan toleransi lintas agama, serta memperkokoh umat dan bangsa dengan spirit “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.”

Referensi:

Majalah at-Tashawwuf al-Islami, terbitan Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir, edisi Mei 2007.