Resensi Buku, Ridha sebagai Jalan Memperoleh Cinta

September 18, 2023 - 08:00
Resensi Buku, Ridha sebagai Jalan Memperoleh Cinta

Cinta adalah realitas abadi, tapi ia cenderung memudar dan menghilang. Karena manusia jatuh cinta pada pantulan cahaya sang kekasih. Cinta sejati bergantung pada pemahaman. Pecinta harus mampu membedakan emas dan kilaunya. – Jalaluddin Rumi –

Laksana pasir pantai yang diterpa pasang surutnya ombak, tak pernah mengeluh tentang datang perginya deraian air laut. Begitulah kiranya ridha hamba kepada segala ketentuan-Nya, karena ridha merupakan salah satu dari sekian banyak buah cinta.

Dalam pembahasan tasawuf, ridha sebagai salah satu maqam atau jalan untuk menuju dan sampai wushul kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ibn Athaillah al-Sakandary mendefinisikan ridha sebagai tenangnya hati atas semua pilihan Allah didasari dengan keyakinan bahwa semua ketentuan Allah adalah yang terbaik baginya dan tidak membencinya sama sekali.

Sedangkan menurut Abi Ali al-Daqqaq, ridha bukan berarti tidak merasakan derita yang menimpa, akan tetapi ridha adalah tidak menolak takdir dan keputusan Allah. Pembahasan ridha juga termaktub dalam Al-quran surah al-Bayyinah yang berbunyi “Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.

Setiap manusia pasti merasakan manis pahitnya perjalanan hidup, karena itu sudah menjadi takdir Allah. Manusia diberi akal dan kekuatan untuk berikhtiar sedangkan untuk hasil kita bertawakkal kepada Allah. Karena segala sesuatu yang menciptakan adalah Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa bagi orang yang mengakui keberadaan Allah Subhanahu wa ta’ala. dan mengakui bahwa cinta dapat menimbulkan duka tentu akan mengakui bahwa cinta dapat melahirkan ridha terhadap apa saja perbuatan kekasih hati pada dirinya.

Hal ini bisa terjadi karena jika hati sudah menyatu dengan sesuatu yang telah menguasainya secara penuh, maka ia tidak peduli dengan selain sesuatu tersebut. Selain itu, dengan adanya setitik cinta pada hatinya, pasti dia berpikir bahwa di balik semua yang menimpanya itu semata-mata hanya karena cinta.

Cinta dan ridha adalah dua hal yang tidak rasional di mata orang yang belum merasakannya, akan tetapi menjadi rasional jika sudah sampai titik tersebut. Karena jika cinta sudah menguasai seseorang maka ia akan menaklukan segalanya. Orang yang lebih mencintai kekasihnya daripada kemalasan, niscaya akan meninggalkan kemalasan demi kekasihnya. Orang yang lebih mencintai kekasihnya daripada harta bendanya, ia akan berani meninggalkan harta bendanya demi kekasihnya.

Dalam perjalanan cinta, jika sudah sampai pada titik uns atau keintiman spiritual, maka ia akan merasakan kegembiraan dan kebahagiaan hati karena telah menyaksikan keindahan. Ketika kegembiraan dan kebahagiaan hati sudah menguasai, tidak peduli dengan sesuatu yang menghilang, juga tidak peduli dengan kekhawatiran akan menghilang, maka kenikmatan yang ia rasakan akan memuncak.

Buku ini merupakan terjemahan dari kitab Mahabbah wa al-Syawq wa al Uns wa al-Riha karya Imam al-Ghazali (450-505). Buku ini berisi tentang kisah-kisah para ulama yang sudah sampai di titik mahabbah atau cinta kepada Allah dan juga berisi tentang perumpamaan-perumpamaan dalam penjabaran setiap pembahasan. Bagi Sebagian orang mungkin buku ini bisa dipahami dengan mudah, akan tetapi bagi sebagiannya lagi, perlunya pemahaman lebih dalam memahami buku ini.

Judul Buku: Rindu tanpa Akhir

Penulis: Imam al- Ghazali

Penerjemah: Asy’ari Khatib

Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta

Tahun Terbit: Cet. II Agustus 2006

Oleh: Khoirul Muthohhirin (UIN Walisongo Semarang)

Editor: Arip Suprasetio