Mengenal Kiai Abdul Hadi Langitan dan Karyanya Syi’ir Taqwa

KH. Abdul Hadi Zahid adalah pengasuh ke-4 Pondok Pesantren Langitan. Ia lahir di Desa Kauman, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1309 H.
Sejak berusia sebelas tahun beliau sudah mulai belajar di Pondok Pesantren Langitan hingga usia sembilan belas tahun, dan atas saran KH. Muhammad Khozin beliau melanjutkan studi di Pesantren Kademangan Bangkalan Madura di bawah asuhan KH. Kholil selama tiga tahun.
Pada usia 13 tahun, beliau belajar di Pesantren Jamsaren Solo asuhan KH. Idris. Setelah itu beliau kembali lagi nyatri di Pondok Pesantren Langitan hingga pada usia 25 tahun, dan diambil menantu oleh KH. Muhammad Khozin, dijodohkan dengan Ning Juwairiyah.
Pada usia yang relatif muda, 30 tahun beliau sudah menerima tugas berat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Namun meskipun begitu, di bawah asuhannya Pondok Pesantren Langitan saat itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setelah 50 tahun mengasuh (1921-1971 M.), pada 9 Shofar 1391 H. atau bertepatan dengan tanggal 5 April 1971 M. kiai panutan umat itu kembali ke haribaan Ilahi Rabbi.
Syi’ir Taqwa
Lebih dari setengah abad berlalu. Setelah di kepergiannya, ajaran beliau masih abadi. Dari sekian banyak karya yang telah dipublikasikan, Syi’ir Taqwa adalah satu karyanya yang mengupas tuntunan tasawuf, berupa kompilasi syair berbahasa Jawa yang terdiri dari 190 syair dan beberapa konsep di dalamnya.
Tentu saja karyanya tersebut merepresentasikan sosok Kiai Abdul Hadi yang sangat sederhana namun dibalut dengan akhlak dan laku yang luar biasa, di mana hal itu menunjukkan tingkatan beliau yang begitu tinggi. Sehingga tidak heran jika ia menyandang gelar Kiai Sufi.
Dalam syairnya itu Kiai Abdul Hadi menjelaskan bahwa konsep dari seluruh inti tasawuf bermuara pada satu ajaran yaitu taqwa. Namun dalam penjelasannya, taqwa yang dipahami dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya kemudian dipersempit lagi maknanya menjadi ketika amal yang kita lakukan hanya berorientasi kepada Allah semata dan tidak ada embel-embel apapun bahkan tanpa mengharap adanya balasan berupa pahala ataupun takut terhadap siksa.
Selanjutnya, setelah menjelaskan tentang taqwa, Kiai Abdul Hadi juga menyebut bahwa banyak sekali keutamaan yang diperoleh dari orang yang bertakwa di antaranya adalah dapat memperlancar rezeki, mudah masuk surga, diasihi Allah di dunia dan di akhirat, doanya dikabulkan dan lain-lain. Hal-hal tersebut adalah buah dari keberadaan taqwa yang ada dalam hati manusia.