Gus Miek, Santri Lirboyo yang Tidak Lulus Dua Kali

September 20, 2023 - 00:31
 0
Gus Miek, Santri Lirboyo yang Tidak Lulus Dua Kali

KH. Khamim Thohari Dzajuli Ploso (nama belakangnya dinisbatkan pada nama abah kandungnya KH. Dzajuli Ustman), atau lebih akrap disapa Gus Miek (sebutan Amiek muncul ketika saudara-saudaranya yang masih kecil belum terlalu fasih untuk menyebut Khamim. Seiring berjalannya waktu panggilan tersebut menjadi sebuah kebiasaan hingga ia dewasa) adalah salah satu putera KH. Dzajuli Ustman yang paling unik. Meskipun tinggal di lingkungan pesantren, Gus Miek memiliki tradisi berbeda yang tidak bisa disamakan dengan saudara-saudaranya yang lain. Ia suka pergi memancing, bermain di pasar dan hal-hal lain yang tidak lumrah dilakukan oleh putera kiai besar. Bahkan ibunya, Nyai Hj. Rodliyah memberikan kebebasakan kepada puteranya yang satu itu karena ia meyakini bahwa Gus Miek sudah bisa mengatur hidupnya sendiri.

Pada suatu hari menjelang Ramadhan, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH. Mahrus Ali berkunjung ke Ploso untuk mengajak Gus Miek mondok di Lirboyo. Akhirnya, mau tidak mau, Gus Miek harus berangkat nyantri ke sana. Sayangnya pada kesempatan pertama ini, Gus Miek hanya mampu bertahan 16 hari saja dan tidak mau kembali ke pondok.

Karena sebab itu, KH. Dzajuli Utsman bingung harus bagaimana, sampai ia berkata kepada sanaknya yang bernama Kang Jahid,

“Gimana Miek itu, Kang Jahid? Mondok baru 16 hari sudah pulang. Mau jadi apa nantinya dia itu.”

Mendengar ucapan abahnya, tiba-tiba Gus Miek menjawab dari depan pintu.

“Ada apa bah? Ngaji? Begini saja, mulai besok semua jadwal pengajian abah saya yang menggantikan.”

Keesokan harinya, Gus Miek membuktikan ucapannya. Ia mengambil alih semua jadwal pengajian abahnya. Dan di luar nalar, Gus Miek mampu mengajar dengan penuh kesungguhan.

Beberapa bulan setelah itu, Gus Miek memutuskan untuk kembali mondok di Lirboyo. Namun ternyata pada kesempatan kedua ini, tingkah laku Gus Miek tidak jauh beda dengan kebiasaannya di Ploso. Seperti pada hari-hari sekolah dan mengaji, dimana teman-temannya serius mendengarkan pelajaran, ia malah tidur pulas di atas kitab-kitabnya. Anehnya, ketika ia bangun, ia mampu menjelaskan apa yang baru saja diterangkan oleh gurunya. Selain itu, Gus Miek juga hobi bepergian dari pada tinggal di pondok. Sehingga pada akhirnya ia juga hanya mampu bertahan di Pondok Pesantren Lirboyo selama beberapa bulan saja lalu pindah ke Pondok Pesantren Watucongol, Magelang di bawah asuhan KH. Dalhar, seorang waliyullah terkemuka di Magelang.