Kiai Khusnan, Singa Putih Penjaga Rimba Ulama dari Tanah Lampung

September 20, 2023 - 00:32
Kiai Khusnan, Singa Putih Penjaga Rimba Ulama dari Tanah Lampung

KH. Khusnan Musthofa Ghufron adalah Muassis Pondok Pesantren Daarul A’mal, Metro, Lampung. Ia berasal dari Blitar, Jawa Timur dan pindah ke Lampung bersama keluarganya pada tahun 1952. Ketika hijrah, usianya baru menginjak 10 tahun. Ia dan keluarganya kemudian menetap di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Tengah (Sekarang Lampung Timur). Di tempat inilah Kiai Khusnan kecil belajar ilmu agama.

Sejak kecil, Kiai Khusnan kerap menunjukkan hal-hal aneh di luar nalar manusia. Ia kerap bepergian tanpa diketahui oleh orang lain kemana ia pergi. Ketika ditanya dari mana, jawabannya sangat tidak masuk akal seperti ketika Kiai Afandi, salah seorang gurunya bertanya, ”Khusnan, sampean ki ko ndi lho? (Khusnan, kamu dari mana?)” Lalu Khusnan menjawab “Aku songko Gunung Kawi, nggone Mbahku (aku baru saja dari Gunung Kawi, dari kediaman kakekku). Dan hal-hal semacam itu masih ia lakukan sampai dewasa.

Demikian pula dalam hal menuntut ilmu, Kiai Khusnan tidak pernah menetap di satu majelis untuk memperoleh ilmu-ilmu. Ia memiliki banyak guru dan ulama, dimana setiap ilmu yang ia pelajari berasal dari ulama yang berbeda. Namun sayangnya, sanad keilmuan Kiai Khusnan tidak bisa diketahui oleh publik dan sangat dirahasiakan. Pernah suatu ketika ada seseorang yang menanyakan sanadnya melalui telepon kepada salah seorang zuriyah Kiai Khusnan. Tiba-tiba, jaringan telepon mendadak tersendat sehingga suara yang terdengar sangat tidak jelas. Namun ketika beralih ke pembahasan lain, suaranya menjadi jernih kembali. Begitupun ketika bertatap muka secara langsung dengan zuriyah di Pondok Pesatren Darul A’mal, si penanya dibuat seolah lupa dengan pertanyaan awal yang sudah dipersiapkan dan baru ingat kembali setelah pergi dari lokasi pondok. Dari situlah ditarik kesimpulan bahwa Kiai Khusnan tidak berkenan jika sanad keilmuannya diketahui oleh orang banyak.

Kiai Khusnan juga dikenal dengan sifat ketegasannya. Ia tidak pernah main-main dalam hal agama. Pernah suatu hari ia sedang mengadakan pengajian di daerah Lampung Timur, yakni di Desa Padang Ratu. Saat memberikan tausyiah, ada sekelompok preman mabuk yang memainkan gitarnya dengan gaduh sehingga suaranya mengganggu acara tersebut. Tiba-tiba, Kiai Khusnan turun dari atas panggung, menghampiri kelompok pemuda tersebut, mengambil gitarnya dan membantingnya hingga hancur. Para pemuda tersebut hanya diam saja, lalu kemudian membubarkan diri. Karena sifat tegas tersebut, Kiai Khusnan mendapat julukan Singa Putih Penjaga Rimba Ulama. Selain itu karena Kiai Khusnan juga senang mengenakan pakaian berwarna putih. Maka disebutlah Singa Putih.

Mesipun demikian, Kiai Khusnan adalah sosok yang lembut dan penyayang. Ia selalu menerima tamu pada jam berapapun. Sehingga waktu tidurnya juga sangat sedikit. Selanjutnya tamu-tamu itu tak akan diperbolehkan pulang, sampai mereka menikmati hidangan dan masakan yang telah disiapkan oleh tuan rumah. Itulah salah satu bentuk ikramatudh dhuyuf nya yang perlu menjadi contoh.

Selama masa hidupnya, Kiai Khusnan pernah menjabat sebagai Ketua PWNU Provinsi Lampung. Pada masanya inilah, Lampung untuk pertama kalinya mengadakan agenda besar yaitu Musyawarah Alim Ulama Nasional (Munas) di tahun 1992 yang digelar di GSG Unila dan Islamic Centre, Bandar Lampung. Kiai Khusnan juga diketahui sangat dekat dengan ketua PBNU saat itu, Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur yang sering mengunjungi kediamannya. Bahkan pernah suatu ketika, setelah menjadi Presiden RI, Gus Dur diam-diam datang ke lingkungan pesantren tanpa diketahui ajudannya. Sontak saja seluruh jajaran pemerintah Provinsi Lampung dibuat kalangkabut untuk menyiapkan segala keperluan dan protokoler presiden. Ini menunjukkan bahwa Kiai Khusnan sangat istimewa di mata Gus Dur.

Kiai Khusnan wafat di usia 54 tahun karena penyakit ginjal ketika masih menjabat sebagai Ketua PWNU Provinsi Lampung dan dikebumikan di lingkungan Pondok Pesantren Darul A’mal. Semoga Allah Swt. mengampuni dosa-dosanya dan membalas semua kebaikannya. Al-Fatihah.