Menelusuri Jejak Sunan Bejagung Tuban

September 20, 2023 - 03:25
Menelusuri Jejak Sunan Bejagung Tuban

Nama Sunan Bejagung agaknya terdengar asing bagi masyarakat di Luar Kabupaten Tuban, Jawa Timur.  Cerita mengenai sosoknya sedikit sekali dibahas dalam buku sejarah. Bisa jadi hanya menjadi arsip lokal saja yang diketahui oleh segelintir orang yang sudah mendatangi pasarean (makam)-nya langsung di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.

Makam Sunan Bejagung ini ada dua lokasi. Yaitu Sunan Bejagung Lor dan Sunan Bejagung Kidul. Menurut keterangan juru kunci makam, Bapak Mudri yang sudah empat belas tahun menjaga makam, Sunan Bejagung Lor ini memiliki nama asli Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro yang merupakan adik dari Sayyid Ibrahim Asmorokondi atau ayah dari Sunan Ampel.

Sedangkan Sunan Bejagung Kidul adalah menantu dari Sunan Bejagung Lor yang memiliki banyak nama dari berbagai macam versi, yaitu Aryo Hadi Kusumodiningrat sebagai nama Jawanya dan beberapa Laqab Arab seperti Syekh Atturrahman, Syekh Hasyim Alamuddin, Raden Syukur dan lain-lain.

Sunan Bejagung Kidul sebelumnya adalah murid dari Sunan Bejagung Lor yang kemudian dinikahkan dengan puterinya yang bernama Nyai Faiqoh yang makamnya terletak di dekat suaminya. Sedangkan semasa hidupnya, lokasi tersebut adalah tempat tinggal Sunan Bejagung Lor bersama putera-puterinya.

Berdasarkan cerita, Sunan Bejagung Kidul adalah putera dari Raja Majapahit yang lari dari kerajaan dan bertemu dengan Sunan Bejagung Lor. Ia bersikeras untuk tinggal dan belajar dengan sang wali serta mendalami agama Islam. Tentu saja sang romo tidak terima dan terus mencari puteranya itu dengan mendatangkan pasukan bergajah.

Akhirnya, untuk mengelabuhi pasukan dari Majapahit tersebut, Sunan Bejagung Lor menggunakan ajiannya berupa pagar gaib yang diberi nama ‘Siti Garit’. Sehingga yang mereka cari tidak akan bisa terlihat meskipun pada kenyataannya ada di hadapan mereka. Kemudian, atas izin Allah Swt. pasukan tersebut berubah menjadi batu yang disebut ‘Watu Gajah’. Batu tersebut sampai sekarang masih ada dan terletak tidak jauh dari lokasi pemakaman.

Sejak diketahui keberadaannya, makam Sunan Bejagung Lor sudah mengalami beberapa renovasi. Meskipun demikian, ada beberapa bangunan yang masih asli seperti gubuk yang terletak di area sebelum pemakaman dan bata merah di sisi-sisi makam yang dibiarkan untuk menjadi saksi sejarah adanya makam tersebut.

Dahulu, atap makam utama Sunan Bejagung Lor hanya terbuat dari tumpukan-tumpukan jerami dan rumput alang-alang. Sedangkan pilar-pilarnya terbuat dari bambu. Namun pada sekitar tahun 60-an, tiba-tiba bangunan tersebut terbakar dengan sendirinya, padahal di sekitarnya tidak ada apa pun yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran.

Setelah terjadinya kebakaran, barulah di makam utama tersebut dibangun cungkup (rumah-rumahan) yang terbuat dari tembok. Sedangkan makam-makam di sisi-sisinya diatapi dengan asbes. Lokasi makam Sunan Bejagung Lor kemudian mengalami renovasi kembali di sekitar tahun 2018.

Area dalam cungkup makam Sunan Bejagung ini dulunya sangat sakral. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali hanya zuriah dan juru kunci saja. Sedangkan orang lain yang masuk ke sana bisa langsung pingsan. Namun belakangan ini, kejadian semacam itu sudah tidak terjadi lagi. Itu berarti sang waliyullah sudah meridlai jika rumahnya dimasuki oleh orang lain.

Letak makam Sunan Bejagung tidak jauh dari pusat Kota Tuban, yakni hanya sekitar 2 Km ke arah Selatan.