Memahami Makrifat dan Tanda-tandanya

September 24, 2023 - 08:03
Memahami Makrifat dan Tanda-tandanya

Makrifat adalah satu dari beberapa tingkatan maqam dalam tasawuf. Al Qushairi mendefinisikan makrifat sebagai ilmu, sedangkan yang bermakrifat kepada Allah disebut Arif dan setiap orang Arif adalah Alim. Ilmu makrifat bukanlah ilmu dialog melainkan ilmu amal dan tidak akan memahami makrifat kecuali dengan suluk fi ‘ilmi al thariqah melalui guru pembimbing yang disebut mursyid. Dalam perjalanan itu, tentu saja akan banyak mengalami godaan yang akan memperkuat maqamah.

Keberadaan makrifat sebagai konsep tasawuf tentu saja memiliki dasar dalam al Quran sebagaimana dalam Surat Al Kahfi ayat 110:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Dalam Tafsir Munir, Imam Nawawi menjelaskan apabila ingin merasakan perjumpaan dengan Allah, hendaklah terus-menerus mengharapkan karamah-Nya serta meninggalkan perbuatan syirik, baik syirik yang benar-benar nyata maupuan syirik yang kelihatannya samar. Makrifat diperoleh dengan dua cara yaitu dengan bermujahadah dan anugerah dari Allah. Adapun dengan cara bermujahadah, seorang hamba diharuskan membuktikan diri dengan memperpanjang intensitas ibadah dan zikir baik jahr maupun sir. Dengan pengorbanannya menjauhkan diri dari selain Allah itu maka ia mendapat anugerah dari Allah dan bisa mencapai maqam makrifat.

Abu Ali Daqaq mengatakan bahwa diantara tanda-tanda makrifat adalah memperoleh haibah (keramat dan wibawa) dari Allah Swt. Semakin tinggi makrifatnya, maka semakin bertambah haibah-nya. Selain itu ia mengatakan bahwa makrifat akan berdampak pada ketenangan. Sehingga siapapun yang bertambah makrifatnya maka akan bertambah ketenangannya.

Selain tanda yang disebutkan di atas, Dzun Nun al Mishri juga menyebutkan tanda-tanda bahwa orang tersebut adalah Arif yaitu:

– Cahaya makrifatnya tidak memadamkan cahaya wara’nya
– Tidak meyakini ilmu kebatinan yang dapat merusak lahiriyah hukum
– Nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya tidak mengakibatkan kebinasaan hingga dapat merusak tabir dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt.

Pada poin ketiga ini, Ibnu Athailah al Iskandari juga memepertegas tanda tersebut berdasarkan sikap manusia ketika mendapatkan kenikmatan. Pertama, orang yang gembira dengan nikmat itu tapi kegembiraannya bukan ditunjukkan kepada yang memberi melainkan karena kenikmatan yang dirasakan. Kedua, orang yang gembira dengan nikmat itu karena dia menyadari bahwa yang diterimanya merupakan pemberian Allah. Ketiga, orang yang gembira karena Allah dan nikmat yang diterimanya tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Allah.

Nikmat makrifat tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Tetapi orang yang mencapai maqam ini seringkali melontarkan kata-kata diluar kendalinya. Analoginya adalah ketika kita sedang berada di suatu tempat yang sangat asing dan keindahannya tidak pernah terlihat sebelumnya, tanpa disadari keluarlah ekspresi dari kekaguman dan kepuasan mata. Kemudian muncullah keinginan untuk tetap tinggal di tempat itu. Orang yang tidak berada disana tidak akan memahami betapa nikmatnya berada di posisi tersebut. Begitupula makrifat, hanya orang yang mencapai maqam itulah yang mampu merasakan kenikmatannya sehingga ia seolah tidak membutuhkan apa-apa lagi selain kedekatan bersama Allah sebagaimana riwayat Abdul Qadir al Jilani dalam Futuhul Ghaib.

Aku berkata dalam mimpi, “Wahai yang menyekutukan Tuhan dalam pikiran dengan dirimu sendiri; yang menyekutukan-Nya dalam sikap dengan Ciptaan-Nya; yang menyekutukan-Nya dalam tindakan dengan keakuanmu!”. Seseorang di sampingku bertanya, “Pernyataan apakah ini?” “itu adalah sebentuk makrifat.” Jawabku.

Makrifat merupakan maqam yang sangat popular di kalangan sufi. Namun untuk mencapainya tentu tidaklah mudah. Junaid al Baghdadi bahkan mengatakan bahwa tidak dikatakan Arif jika ia tidak bisa seperti bumi yang diinjak oleh orang baik dan jahat, menjadi awan yang menaungi segala sesuatu serta menjadi air hujan yang menyirami siapapun baik yang disenangi maupun tidak. Maksudnya, menjadi ahli makrifat tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap semua makhluk karena sejatinya semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah dan diciptakan berdasarkan ketetapan-Nya. Sehingga tidak layak bagi seorang Arif untuk menjustifikasi orang lain. Menjadi orang Arif juga tidak boleh menyepelekan makhluk dengan tidak mengindahkan yang buruk-buruk serta hanya memuji yang baik-baik. Orang yang sudah mencapai maqam makrifat pastilah harus siap dengan posisi dan lingkungan dimanapun ia berada. Wallahu a’lam.

Laporan: Khoirum Millatin, S.Hum