Konstruksi Nilai-nilai Tasawuf dalam diri Insan

Desember 18, 2023 - 15:27
Desember 18, 2023 - 15:27
Konstruksi Nilai-nilai Tasawuf dalam diri Insan

Pokok kajian tasawuf adalah jiwa. Kaum sufi menggunakan istilah lathifah [yang lembut], sirri [rahasia bathin]; nafs [hakikat], qalbi [hati], dan sebagainya. Pada dasarnya semua mengandung arti jiwa. Menyucikan jiwa, membersihkan hati, menempatkan hakikat diri pada tatanan yang sempurna yaitu adalah tujuan tujuan tasawuf. Siapa pun mencapai hal ini, menjadi al-Insan al-Kamil [manusia sempurna].

Tujuan dan objek kajian tasawuf adalah jiwa, maka dalam arti tertentu. Tasawuf juga merupakan psikologi. Pengetahuan motivasi, emosi, dan perbuatan merupakan subjek penting tasawuf maupun psikologi. Psikologi bersifat positif, tetap berada dalam batas-batas pengukuran, eksperimentasi, dan pengalaman nyata. Tasawuf meski tampaknya dibatasi oleh prinsip-prinsip Syariat, mencakup pengetahuan yang diterima dalam keadaan ekstase, rasa takjub, dan mahabbah [cinta Ilahi], yang melampaui di atas logika dan pengukuran.

Moralitas baik dan buruk dalam konteks ketetapan Tuhan tidak selalu tercakup di dalam tujuan psikologi. Tetapi dalam tasawuf, kedudukan agama, wahyu dan pengetahuan yang dihasilkan bergantung pada niat dan perbuatan seseorang dalam menjalankan standard objektif ajaran dan hukum. Teladan Nabi Saw, para Wali, Syekh, murrabi [guru ruhani], dan manusia sempurna ditujukan kepada hal ini. Dari sudut pandang ini tasawuf juga merupakan pedagogi. Pendidikan jiwa ini dinyatakan dalam kata akhlaq, moralitasm adab, dan perilaku yang sempurna.

Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi dalam bukunya Altar-Altar Cahaya menjelaskan, Ada tiga aspek sebagai kontruksi tasawuf pada diri manusia yaitu;

1. Khuluq, akhlaq; sifat dasar dan potensi seseorang yang telah ada sejak lahir. Jika bertentangan dengan apa yang diperbolehkan oleh ketetapan Ilahi, sifat ini harus dihilangkan melalui usaha yang terus menerus dan teratut [riyadha dan zikir], dan perjuangan melawan hawa nafsu [mujadahah].

2. Fi’il [perbuatan]. Perbuatan yang disengaja.misalnya ibadah, kepatuhan, dan sikap tunduk kepada ketentuan agama, dan perbuatan-perbuatan yang baik.

3. Hal, ahwal, [kondisi jiwa]; hal yang muncul pada diri seseorang tanpa kehendaknya. Keagungan dan kesucian sifat jiwa ini berhubungan dengan kesucian akhlak dan amal perbuatan seseorang. Sifat jiwa ini mempunyai dua macam bentuk;

a. Kondisi wajd [ekstae], jadzbah [tarikan Ilahia], sakr [mabuk ketuhanan], istighraq [keterlenaan], qabdh [menyempit], basth [kelapangan], dan sebagainya. Inilah kondisi emosional tertinggi.

b. Ilham [inspirasi], firasat [intuisi], Dzuq [cita rasa bathin], Kasyf [penyingkapan], Syuhud [penyaksian], Yaqin [keyakinan], Irfan [pengetahuan hati], al-Haq [realitas], Makrifah [pengenalan Ilahi], fana [kesirnaan wujud diri], baqa [kebersamaan Ilahi], dan Wahdatul al-Wujud [puncak tauhid]. Inilah kodisi spiritual, intelektual, intuitif, visioner yang mengantarkan kepada kearifan [Hikmah].

Adapum tiga aspek diatas saling berinteraksi melalui metode berikut; manusia berdoa atas kehendak nya, menjalani kehidupan yang shaleh, mengerjakan perbuatan baik yang perbolehkan dan menjauhi yang dilarang; hal ini mengubah akhlak yang buruk dan membukakan peluang baginya untuk menerima keadaan Irfani, wajd dan jadzbah; melalui keadaan ini dia mencapai Ilham, penyingkapan, dan ilmu ladunni.

Dengan demikian keadaan Irfani bergantung pada akhlak seseorang dan akhlak itu diperbaiki oleh amal shaleh yang diniatkan, adapun amal perbuatan harus dilandasi dengan ilmu yang Haq. Pengetatahuan batin yang luhur merupakan ganjaran bagi amal shaleh. Akhlak dan fi’l amal shaleh yang diniatkan, berada dalam ranah Syariat, Aqidah Islam. Adapun Hal [anugerah Ilahi], sumber pengetahuan, masuk kedalam ranah tasawuf [Hakikat]. Karena Hal sifat yang lebih tinggi, bergantung pada akhlak dan amal perbuatan. Diantara Syariat dan Tasawuf [hakikat] dijembatani oleh segala bentuk latiha-latihan ruhani dan pendidikan ruhani [tarbiyah ruhiyah] seperti suluk, zikir, mujhadah dan lainnya yang disebut tarekat, dibawah bimbingan dan pengawasan seorang mursyid. 

Islam merupakan pondasi dan tasawuf merupakan rumah yang didirikan diatasnya. Rumah tak dapat didirikan tanpa ada pondasi. Pondasi dapat tetap ada tanpa rumah yang bangun diatasnya, namun tujuan pondasi adalah agar diatasnya dibangun rumah. Aqidah Islam adalah jasad, tasawuf Irfani [makrifat[ adalah jiwa. Agama adalah kata-kata, tasawuf adalah maknah. Aqidah adalah laut, tasawuf Irfani adalah mutiara di dalamnya. Agama adalah pohon, tasawuf buahnya, Islam adalah bentuk cahaya, tasawuf adalah cahaya di dalam bentuk itu. Pondasi dan rumah adalah syariat dan hakikat, sedangkan ilmu bahan bangunannya dan amal metode untuk membuat pondasi dan bangunannya. Tasawut tanpa ilmu tertolak, dan ilmu tanpa tasawuf keegoan diri semata-mata.

Asy-Syaikh Arslan bin Yaqub ad-Dimasyqi berkata;

العلم طريق العمل والعمل طريق العلم والعلم طريق المعرفة والمعرفة طريق الكشف والكشف طريق الفناء والفناء بعرفك وحدة الوجود. 

Ilmu jalan menuju amal, dan amal jalan menuju ilmu kedua (ilmu ladduni), dan ilmu kedua jalan menuju makrifat dan makrifat jalan menunju penyingkapan (kasyf) dan kasyf jalan menuju fana, dan fana memperkenalkan kepada Wahdatul al-Wujud.

[ Kitab Fathurrahman fi Syarh Mawatin ahlu Fiqh wal Irfan, Dar Al-Bulaq, Al-Qaherah, hal 83 ]

Penulis merupakan Dosen Prodi Hukum Tatanegara, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, STAIN-Teungku Dirundeng-Meulaboh.