Komponen-Komponen Agama dalam Perspektif Teori Sistem

Sistem adalah suatu kompleksitas elemen yang terbentuk dalam satu-kesatuan interaksi (proses). Masing-masing elemen (unsur) saling terikat dalam satu-kesatuan hubungan yang satu sama lain saling bergantung (interdependence of its parts). Kesatuan elemen itu membentuk satu-kesatuan yang lebih besar, yang meliputi keseluruhan elemen pembentuknya (the whole is more than the sum of its parts).

September 15, 2023 - 07:45
Komponen-Komponen Agama dalam Perspektif Teori Sistem

Sistem adalah suatu kompleksitas elemen yang terbentuk dalam satu-kesatuan interaksi (proses). Masing-masing elemen (unsur) saling terikat dalam satu-kesatuan hubungan yang satu sama lain saling bergantung (interdependence of its parts). Kesatuan elemen itu membentuk satu-kesatuan yang lebih besar, yang meliputi keseluruhan elemen pembentuknya (the whole is more than the sum of its parts).

Melalui pendekataan teori sistem ini, teori samawi terakhir yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw. terdiri dari beberapa elemen yang mana antara satu elemen dengan elemen yang lain saling berkaitan.

Elemen dalam agama meliputi Islam, Imam, dan Ihsan atau dilihat dari perspektif ilmu terdiri dari tauhid, fikih dan tasawuf atau dilihat dari segi pengamalannya terdiri dari syariat, tarekat, dan hakikat. Ketiga elemen agama tersebut membentuk satu-kesatuan yang lebih besar yaitu Makrifat.

Adapun tulisan ini akan menjelaskan hubungan interaksi antara syariat, tarekat dan hakikat serta menjelaskan fungsi dari masing-masing elemen tersebut, di mana ulama-ulama sufi telah menjelaskan keterkaitan dari ketiga komponen tersebut.

Syeikh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbil Asy-Syafi’i  menjelaskan,

فمثل الشريعة كالسفينة فى انها سبب الوصول الي المقصد والنجاة من الهلاك، والطريقة مثل البحر الذى فيه الدر فى انها محل المقصود والحقيقة مثل اللؤلؤ العظيم فلا يوجد اللؤلؤ إلا  في البحر ولا يوصل لذلك البحر إلا السفينة فمن نظر إلى حقائق الأشياء كلها بالله وجد ان الشريعة والحقيقة متلازمان تلازم الماء للعود والروح للجسد

“Syariat ibarat perahu kerana menjadi media penghantar untuk mencapai tujuan dan meraih keselamatan dari kehancuran. Thariqah (tarekat) seumpama lautan yang menyimpan mutiara. Sedangkan haqiqah (hakekat) seumpama mutiara besar yang hanya bisa ditemukan di lautan. Seseorang tidak akan bisa sampai ke lautan selain dengan perahu.

Barangsiapa memandang hakikat segala sesuatu dengan Allah, maka ia akan mendapatkan bahwa syariat dan haqiqat merupakan dua hal yang korelatif dan inheren seperti air bagi  sebatang kayu, dan ruh bagi jasad.”
(Kitab Tanwirul Al-Qulub fi Mu’amalah Allam Al-Ghuyub,  Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qaherah, hal 397)

Sedangkan Sayyidi Abdul Qadir Isa al-Hallabi  menjelaskan

يقول ابن عابدين رحمه الله تعالى في حاشيته المشهورة برد المحتار:  “الطريقة: هي السيره المختصة بالسالكين من قطح المنازل، والترقي في المقامات” ويقول في الصفحة التي تليها.  فالحقيقة: هي مشاهدة الربوبية بالقلب، ويقال: هي سر معنوي لا حد له ولا جهة. وهي والطريقة والشريعة متلازمة، لأن الطريق إلى الله تعالى لها ظاهر وباطن، فظاهرها الشريعة والطريقة، وباطنها الحقيقة. فبطون الحقيقة في الشريعة والطريقة كبطون الزبد في لبنه، لايظفر من اللبن بزبده بدون مخضه، والمراد من الثلاثة (الشريعة، والطريقة، والحقيقة) إقامة العبودية على الوجه المراد من العبد

ويقول الشيخ سيدي عبد الله اليافعي رحمه الله تعالى إن الحقيقة هي مشاهدة أسرار الربوبية، ولها طريقة هي عزائم الشريعة، فمن سلك الطريقة وصل إلى الحقيقة. فالحقيقة نهاية عزائم الشريعة. ونهاية الشىء غير مخالفة له، فالحقيقة غير مخالفة العزائم الشريعة

“Ibnu Abidin dalam kitab Hasyiyah-nya, Radd al-Muhtar, menjelaskan, bahwa Tarekat adalah jalan khusus bagi orang-orang yang menuju Allah, dari satu tingkatan ke tingkatan maqam yang lebih tinggi lainnya.

Hakikat adalah menyaksikan ketuhanan dengan hati, yaitu rahasia maknawi yang tidak ada batas dan arahnya. Hakikat, tarekat dan syari’at saling berkaitan. Sebab jalan menuju Allah itu ada zahir dan batinnya. Zahirnya adalah syariat dan tarekat. Sedangkan batinnya adalah hakikat.

Maka tersembunyinya hakikat dalam syariat dan tarekat ibarat seperti keju dalam susu. Keju tidak diambil dari susu kecuali dengan memeras sari patinya. Adapun maksud dari ketiganya (syariat, tarekat dan hakikat) adalah melaksanakan penghambaan sesuai dengan yang diinginkan dari seorang hamba.

Syaikh Sayyidi Abdullah Al-Yafi’i berkata, hakikat adalah menyaksikan rahasia ketuhanan. Ia mempunyai jalan (tarekat), yaitu dengan melaksanakan syariat. Barangsiapa menempuh tarekat, maka ia akan sampai ke tingkat hakikat. Hakikat merupakan akhir dari pelaksanaan syari’at. Dan akhir dari sesuatu tidak akan bertentangan dengannya. Jadi, hakikat tidak bertentangan pelaksanaan syari’at.”
(Kitab Haqa’id at-Tashawwuf, Dar At-Taqwa, Damaskus hal 385)

Dengan demikian keterkaitan antara syariat, tarekat dan hakikat yang masing-masing tidak dapat dipisahkan. Dalam fungsi dari elemen tersebut masing-masing mempunyai fungsi tersendiri yang masing-masing saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Sayyidi Ahmad bin Muhammad Al-Ajibah Al-Hasani Asy-Syadzili menjelaskan.

الشريعة لاصلاح الظواهر والطريقة لإصلاح الضمائر والحقيقة لإصلاح السرائر

وإصلاح الجوارح بثلاثة أمور: بالتوبة، والتقوى والاستقامة

وإصلاح القلوب بثلاتة أمور: بالاخلاص، والصدق، والطمأنينة

وإصلاح السرائر بثلاثة أمور: بالمراقبة، والمشاهدة والمعرفة

أو تقول: إصلاح الظواهر باجتناب النواهي وامتثال الأوامر وإصلاح الضمائر بالتخلية من الرذائل والتحلية بأنواع الفضائل وإصلاح السرائر وهي هنا الأرواح بذلها وانكسارها حتى تتعذب وترتاض بالادب والتواضع وحسن الخلق

“Syari’at itu untuk memperbaiki amal zahir, tarekat untuk memperbaiki amal hati, Sedangkan hakikat untuk memperbaiki amal sirri (ruh). Memperbaiki amal fisik diperlukan tiga hal yaitu taubat, takwa dan istiqamah. Untuk memperbaiki amal hati juga diperlukan tiga hal yaitu ikhlas, jujur dan ketenangan. Sedangkan untuk memperbaiki amal sirri (ruh) juga diperlukan tiga hal yaitu muraqabah, musyahadah, dan makrifat.

Cara (metode) memperbagus amalan zahir ini bisa dilakukan dengan menjauhi segala larangan Allah Swt. dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya.

Adapun cara memperbaiki hati yaitu dengan mengosongkan diri dari sifat yang jelek serta menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

Sedangkan cara memperbaiki sirri (ruh) bisa dengan merendahkan nafsu dan memecahkannya, sehingga ia menjadi terlatih dan tunduk. Adapun penyebab terlatih dan menjadi tunduk adalah dengan adab, tawadhu’ dan bagusnya akhlak.”
(Kitab Iqazhul Himam fi Syarh Al-Hikam Juz I, Dar Al-Kotob Al-ilmiyah, Beirut hal 23-24)

Dari uraian di atas, Sistem ad-Din akan menjadi baik, bila ketiga elemen tersebut telah baik. Kalau elemen syari’at kita sudah baik, maka marilah kita persiapkan diri untuk memperbaiki dua elemen yang tersisa (thariqat dan hakikat) melalui bimbingan seorang guru (mursyid/murabbi) yang kita yakini bisa memberikan irsyad  yang telah masyhur dan terbukti secara agamis bahwa ia mampu mendidik nafsu, hati, ruh dan sirr kita menjadi lebih baik.

Penulis: Budi Handoyo (Dosen Prodi Hukum Tata Negara Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Teungku Diruendeng Meulaboh-Kabupaten Aceh Barat)
Editor: Khoirum Millatin