Kisah Khadijah binti Khuwailid, Dari Konglomerat Arab Menjadi Istri Nabi yang Taat

November 29, 2024
Kisah Khadijah binti Khuwailid, Dari Konglomerat Arab Menjadi Istri Nabi yang Taat
Ilustrasi Kisah Siti Khadijah

Khadijah binti Khuwailid adalah putri dari Khuwailid bin As’ad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Ia lahir pada tahun 68 sebelum hijriah atau bertepatan dengan 555 Masehi. Tidak hanya memiliki paras yang cantik, tetapi ia juga memiliki kepribadian yang cerdas, tekun, dan penyayang. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati padanya.

Khadijah tumbuh dari keluarga yang terhormat, berbudi pekerti, dan ayahnya merupakan seorang pedagang sukses. Namun, tidak menjadikan dirinya sebagai orang yang sombong. Justru keistimewaan yang ia miliki membuatnya rendah hati. Tidak heran jika ia dijuluki ath-Thahirah, karena ia adalah sosok yang mampu menjaga kesuciannya.

Pada tahun 575 Masehi, Khadijah ditinggal oleh sang ibu. Sepuluh tahun setelah kepergian ibunya, kemudian ayahnya juga meninggal dunia. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya bagi sebagian manusia bisa menjadikannya terkena dan berfoya-foya.

Namun, berbeda dengan Khadijah, justru ia lebih mandiri setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Karena ia sadar, bahwa kekayaan yang dimilikinya bisa menjadi mara bahaya baginya. Khadijah mengambil alih bisnis keluarganya sebagai pedagang. Berkat tangan dinginnya, ia mampu membuat bisnis keluarganya berkembang pesat, (Arief, 2008: 12).

Pernikahan pertama Khadijah direncanakan dengan Waraqah bin Naufal, namun tidak terlaksana. Ia Khadijah diperebutkan oleh banyak bangsawan dan saudagar kaya untuk meminangnya, namun yang berhasil memikatnya adalah Atiq bin ‘Aidz at-Tamimi. Pernikahan keduanya tidak berjalan panjang, Atiq meninggal dunia dengan meninggalkan harta dan perniagaannya untuk Khadijah.

Setelah kepergian Atiq bin ‘Aidz at-Tamimi, Khadijah menikah lagi untuk yang kedua kalinya. Ia menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, yang bernama Halah dan Hindun. Namun, lagi-lagi Allah menguji kekuatan mentalnya. Suami keduanya pun meninggal dunia dengan meninggalkan anaknya dan harta yang banyak untuk Khadijah, (Al-Kandahlawi, 2011: 169).

Khadijah kembali dalam kesendirian, bukan berarti tidak ada laki-laki yang datang untuk meminangnya, melainkan banyak pinangan yang datang kepadanya. Namun, Khadijah menolak semua pinangan itu dengan halus. Khadijah lebih memilih berfokus pada bisnis dan mengurus anak-anaknya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Khadijah tidak menjalankannya sendirian. Ia adalah seorang investor yang menyediakan modal baik berupa uang maupun barang dagangan. Khadijah memperkerjakan sejumlah pria untuk menjalankan bisnisnya dan ia akan memberi sebagian keuntungan sebagai imbalan.

Kaum Quraisy adalah komunitas pedagang. Ketika sampai kepada Khadijah berita tentang Rasulullah Saw, yakni kejujurannya, sifat amanahnya, dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah pun mengutus orang untuk menawari Rasulullah Saw agar mau membisniskan dagangannya ke Syam. Dengan senang hati, Rasulullah Saw menerima tawaran tersebut.

Khadijah meminta kepada budak laki-lakinya yang bernama Maisarah untuk menemani Rasulullah Saw ke Syam. Sebelum berangkat, Khadijah berpesan kepada Maisarah untuk melaporkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw berangkat ke Syam untuk memperdagangkan harta Khadijah. Seperti yang sudah diduga, Rasulullah Saw berhasil menjual seluruh barang dagangan Khadijah dengan baik dan kembali ke Mekkah dengan membawa keuntungan yang berlipat ganda.

Setibanya di Mekkah, Maisarah yang telah ditugaskan untuk mengamati tingkah laku Rasulullah Saw, ia datang menghadap kepada Khadijah dan menceritakan semua kelebihan Rasulullah Saw yang telah ia lihat selama melakukan perniagaan ke Syam.

Setelah Maisarah memberitahukan semua kejadian itu kepada Khadijah, ia mengutus Nafisah binti Maniyyah untuk menyampaikan ucapannya kepada Rasulullah Saw. Kemudian, Khadijah menawarkan dirinya menjadi istri Rasulullah Saw.

Ketika Khadijah mengatakan hal itu kepada Rasulullah, ternyata ia menerima tawaran itu. Kesediaannya memperistri Khadijah ia sampaikan kepada paman-pamannya. Salah seorang pamannya, yakni Hamzah berangkat menemani Rasulullah Saw menemui Khuwailid bin Asad untuk meminang Khadijah. Lantas Khuwailid pun menikahkan keduanya, (al-Buthi, 1996: 67).

Setelah beberapa bulan pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw, wahyu pertama pun turun kepada Rasulullah Saw di Gua Hira, yaitu Surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Rasulullah Saw merasa cemas dan takut akan sesuatu yang dialaminya. Namun, Khadijah adalah orang pertama yang menemani Rasulullah Saw. (Harun, 2018: 42).

Tak hanya itu, namun masih banyak lagi ketaatan yang pernah dilakukan Khadijah kepada Rasulullah Saw, mulai dari turunnya wahyu hingga Khadijah wafat. Tapi, penulis belum bisa memparkan satu-persatu bentuk ketaatan yang pernah dilakukan Khadijah kepada Rasulullah Saw.

Khadijah dan Rasulullah Saw dikarunia enam orang anak, kecuali Ibrahim. Anak-anak Rasulullah Saw adalah Qasim (ia digelar dengan Abul Qasim), Abdullah (gelarnya ada dua, yakni ath-Thahir ath-Thayib), Zainab, Rukayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah.

Kedua putra Rasulullah Saw, yakni Qasim dan Abdullah meninggal dunia pada masa Jahiliah. Adapun putri-putri Rasulullah Saw, yakni Zainab, Rukayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah semuanya mendapati masa Islam. Mereka semuanya masuk Islam serta berhijrah bersama Rasulullah Saw.

Khadijah binti Khuwailid wafat pada tahun ke-10 kenabian pada usia 65 tahun. Khadijah adalah punggawa kebenaran terhadap ajaran Islam. Rasulullah Saw sering mengadu kepada Khadijah untuk mendapatkan ketenangan, sehingga dengan kepergiannya menaruh luka yang dalam bagi Rasulullah, (Harun, 2018: 35).

Dalam Hadis disebutkan bahwa Sayyidah Khadijah radhiyallahu 'anha termasuk di antara empat perempuan mulia di dunia sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

أفضَلُ نِساءِ أهلِ الجَنَّةِ: خَديجةُ بنتُ خُويلِدٍ، وفاطِمةُ بنتُ مُحَمَّدٍ، وآسيَّةُ بنتُ مُزاحِمٍ امرَأةُ فِرعَونَ، ومَريَمُ ابنةُ عِمرانَ

“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad). Wallahu ‘alam.

Sumber:

Arief, Nurhaeni. Engkaulah Bidadari Para Penghuni Surga. Yogyakarta: Kafila, 2008.

Al-Kandahlawi, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya. Fadhail A’mal. Jakarta: Ash-Shaff, 2011.

Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan. Fiqhus Siratin Nabawiyah. Damaskus: Darul Fikr, 1996.

Harun, Abdussalam Muhammad. Tahzib Sirah Ibnu Hisyam. Beirut: Darul Kitab al-Alamiyah, 2018.

Penulis: Danial M. Alumni Pondok Pesantren Hj. Haniah, Maros Mahasantri Ma’had Aly Sa’idussidiqiyah, Jakarta.

Editor: Khumaedi NZ 

Khumaedi NZ Santri Gedongan, Penikmat Kopi Angkringan.