Analisis Filosofis Irfani Qaba Qausain Aw Adna Perspektif Fakhr al-Din Al-Iraqi

Okt 24, 2025 - 15:29
Analisis Filosofis Irfani Qaba Qausain Aw Adna Perspektif Fakhr al-Din Al-Iraqi

Memperhatikan mi'raj Nabi menuju Allah, isyarat dalam

Alqur'an menyatakan, 

فكان قاب قوسين أو أدنى 

Maka jadilah dia dekat (hai Muhammad) sejarak dua ujung busur panah dan lebih dekat lagi. (QS. Al-Najm: 5)

Dia "ditarik mendekat dan dihentikan bergantung." Banyak dari diskusi pendakian spiritual dalam madzhab Ibnu Arabi berpusat di sekitar dua maqam Qab Qausain dan au adna ini. Menurut Al-Qunawi, Qab Qausain itu adalah Wahdah dan katsrah, atau Wajibul al-Wujud dan Mumkinat Wujud dan Ilmi Allah yang merupakan pemilik objek mumkinat al-Wujud ini berhubungan dengan dua ta'ayyun agung Wujud ghair muta'ayyan: Yang Ghaib dan Yang Syuhud. Dua kehadiran ini membentuk lingkaran Wujud (Da'iratul Wujud), dengan mana semua ta'ayyun Wujud belaka dicakup. Syekh Fakhruddin Al-Iraqi menjelaskan makna qaba qausain ini dalam bahasa Persia:

محب و محبوب را یک دایره فرض کن که آن را خطی به دو نیم کند که بر شکل دو کما ظاهر شود. اگر این خط که می نماید که هست و نست وقت منازله از میان طرح افتد دایره چنان که هست یکی نماید، سر قاب قوسین پیدا آید شعر : 

می نماید که هست ونیست حهان جز خطی در میان نور و ظلم 

گر بخوانی تو این خط موهوم یشناسی حدوث را ز قدم 

هو که این خط را چنان که هست بخواند یقین بداند که : همه هیچند هیچ، اوست که اوست، اما این جا حرفی است : بباید دانست که اگرچه این خط از میانهُ طرح افتد و صورت دایره چنان شود که اوّل بود حکم خط زایل نگردد اگر چه خط از نظر شهود زایل شود اثرش باقی ماند  

بیت : خیال کثر مبر این جا وبشناس که هر کو در خدا گم شد خدا نیست زیراکه هر وحدانیت که از اتحاد و دوگانگی حاصل آید فردانیتش نگذارد که گرد سرا پردهُ احدیت گردد عربیة .

ومن بعد هذا ما تدق صفاته وما آحظی لدیه و آجمل 

احدیّت از روی اسماء احدیّت کثرت تواند بود و از روی ذات، احدیّت عین و در هر دو صورت اسم از او احد آید احد دراشیاء هم چنان ساری است که واحد در اعداد اگر واحد نباشد اعیان اعداد ظاهر نشود و اعداد راسم نبود واگر واحد ص1به اسم خود ظاهر شود عدد راعین ظاهر تشود.

Bayangkanlah pecinta dan Sang Kekasih sebagai sebuah lingkaran tunggal yang dibagi oleh sebuah garis ke dalam dua bentuk busur yang berhadapan. Garis ini hanya tampak ada, namun tiada ada, dan jika ia dihapus pada kala Perjumpaan, lingkaran itu akan tampak lagi sebagai yang satu sebagaimana pada kenyataannya betul-betul ada. Maka ini adalah rahasia Qab Qawsyan (dua panjang busur).

Dunia hanya tampak ada

   Namun taklah lebih

Tinimbang seutas garis yang ditorehkan 

    Antara cahaya dan bayangan

    Mengurai pesan

Tentang naskah impian ini

   Dan belajar membedakan antara kebaharuan dan keabadian.

Hancurkan ketentuan garis ini dan Ketauhilah tanpa ragu-ragu bahwa:

Semua adalah tiada, 

Tiada.

Semua adalah Dia, 

Semua adalah Dia.

Tapi tunggu! Bahkan jika garis itu pun dihapus, lingkaran itu akan tetap tampak sebagaimana ia demikian awalnya. Efek garis tak akan serta merta musnah: Ia akan habis, namun jejaknya akan tetap. 

Jangan lakukan kesalahan 

dia yang fana' dalam Allah bukanlah Allah sendiri.

Basith al-Muthlaq-Nya tak bisa memungkinkan ketunggalan Apabila pun lahir dari penyatuan dari yang ganda bersembunyi di sekitar halaman paviliun ketunggalan.

Setelah ini,

Sesuatu yang lain 

Sesuatu yang lathif

Dalam pandangan-Nya adalah lebih baik

   Mengasingkannya

Lebih anggun 

   Menyembunyikannya.

Ketunggalan (Wahdah) dalam kaitannya dengan asma-asma mungkin disebut Wahdah al-Katsrah (Ketunggalan keragaman) dan kaitannya dengan Dzat ketunggalan entitas (Wahdah al-Dzat). Kedunya ditunjukkan oleh kata yang sama: uns, satu. Satu berurutan melalui setiap sesuatu, sebagaimana angka satu melalui setiap angka: Jika satu tidak ada, angka-angka tidak akan ada, tidak bisa dinamai. Atau jika satu tampak dalam namanya sendiri, realitas angka-angka yang lain tidak akan pernah tampak.

[ Kitab Asy'at Al-Lama'at, Intisharat Tablighat Islami Syauba Khorsan, Teheran hal 151 ]

Al-Iraqi menyatakan bahwa perbedaan di antara Qab Qausain atau menyatakan Bahwa perbedaan di antara Qab Qausain atau lengkung lingkaran itu dapat diwakili oleh sebuah garis yang membagi lingkaran. Tapi Wujud adalah satu, dan garis pembagi ini hanya berasal dari kemungkinan manifestasi diri yang melekat dalam sifat wujud itu sendiri. Tanpa demikian ia menghasilkan dualitas yang sebenarnya. Wajib al-Wujud dan mumkinat al-Wujud merupakan dua kesempurnaan yang terpendam dalam wujud itu sendiri.

Ketika salik mendapai musyahadah tentang satu Wujud, perbedaan di antara dua kehadiran di hapus. Dia mengetahui bahwa Wujud adalah satu dan menerima aspek-aspek dan bentuk-bentuk yang berbeda dalam manifestasi diri-Nya, musyahadah (kotemplasi) ini, ketika betul-betul, disebut maqam Qab Qausain. Tapi sebuah dualitas tertentu secara tidak langsung tetap nyata, karena ia adalah adalah pecinta yang sedang merenungkan sang Kekasih dan mengetahui penglihatan ini, maka efek garis yang membagi lingkaran tetap ada hingga beberapa tingkatan. Kita tetap memiliki tiga bagian; pecinta, Yang tercinta, dan Cinta atau kesatuan. Dalam hal ini Syaikh Sa'aduddin Ahmad Al-Farghani menjelaskan 

 فإنه باطن مقام قاب قوسين، أي قرب قوسي الوحدة والكثرة، أو قل القابلية والفاعلية، أو قل قوسي الوجوب والامكان، وجمعهما وجعلهما دائرة واحدة متصلة لكن مع أثر ما خفي من التميز والتكثر بينهما، وباطن هذا المقام هو مقام أو أدنى من قرب القوسين المذكورين لم يدع أثر التميز والتكثر في دائرة الجمعية بين حكم الأحدية والواحدية أصلا، وكنى عنه بعضهم بالحقيقة المحمدية.

Bathin maqam Qab Qausain adalah wahdah dan katsrah atau wajib al-Wujud dan mumkin al-Wujud atau Wujud dan Ilm Al-Haq yang merupkan pemilik objek mumkin al-Wujud. Qab Qausain membuat kedua busur (wajib al-Wujud dan mumkin al-Wujud) menjadi lingkaran tunggal yang bersambung, namun sebuah jejak multiplisitas (jami/menghimpun) yang tersembunyi, namun sebuah jejak multipilitas yang tersembunyi membekas diantara keduanya. Namun bathin maqam ini maqam Au Adna, yang lebih dekat ketimbang kedekatan Qab Qausain tidak meninggalkan bekas perbedaan dan multiplisitas dalam lingkaran yang menghimpun diantara hukum Ahadiyah dan Wahidiyah, yang merupakan dalam pandangan ahli sufi Haqiqatul Muhammadiyah.

[ Kitab Al-Muntaha Al-Madarik fi Syarh Ta'iyad Ibnu Farid Juz I, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 29 ]

Dengan demikian, baik dari penjelasan al-Iraq maupun al-Farghani tentang maqam Qaba Qausain dan Au Adna menjelaskan cikal bakal pemahaman martabat tujuh, namun dari sisi makna martabat yang qadim. Qaba Qausain tak lain adalah martabat Wahdah sebagaimana Barzakh (pembatas) antara Wahidiyah dan Ahadiyah tak lain Au Adna itu sendiri. 

Setelah mendiskusikan maqam-maqam ini. Al-Iraqi beralih pada sebuah analisis tentang arti "Kesatuan" (al-Wahdah) dan alasan bahwa kesatuan bisa tetap bahkan ketika ada seorang hamba yang Mengetahui-Nya. Pertama dia menjelaskan pembedaan oleh Asy-Syaikhul al-Akbar Ibnu Arabi antara dua jenis kesatuan. Dalam Fushush Ibnu Arabi menulis.

فاحدية الله من حيث الأسماء أحدية العين، وكلا هما يطلق عليه الأسم الأحد 

Kesatuan Allah dalam hubungan nya dengan asma-asma Allah, yang menunutut kita (yakni, yang menuntut wujud kita, karena ia menghadirkan kemungkinan manifestasi diri Allah) adalah Wahdah al-Katsrah (unity of manyness), sementara Kesatuan Allah dalam hubungannya dengan Kebebasan-Nya dari kita dan dari asma-asma adalah Wahdat al-Dzat (unity of entity). Terhadap kedunya, kata satu (Ahad) digunakan.

(Kitab Fusush Al-Hikam wal Ta'liqat al-Afifi, Dar Al-Fikr, Beirut hal 105 ).

Dari penjelasan Ibnu Arabi dimaknai Dari titik pandang lintasan jalan, keduanya ini berhubungan dengan maqam Qaba Qausain, di dalam mana prinsip kastrah dimasukkan, dan Au Adna di dalam mana katsrah di hapuskan.

Maka dengan demikian, Qaba Qausain adalah sebuah konsep dalam tasawuf yang merujuk pada tingkat spiritual yang sangat tinggi, di mana seseorang dapat mencapai kedekatan yang sangat dekat dengan Tuhan. Sebagai mana penafsiran, Surah An-Najm ayat 9, diatas.

Dalam konteks tasawuf, Qaba Qausain merujuk pada tingkat spiritual di mana seseorang dapat mencapai pengalaman langsung dengan Tuhan, sehingga dia dapat merasakan kehadiran Tuhan secara langsung.

Beberapa karakteristik dari tingkat Qaba Qausain antara lain:

- *Kedekatan dengan Tuhan*: Seseorang yang mencapai tingkat Qaba Qausain dapat merasakan kehadiran Tuhan secara langsung dan memiliki kedekatan yang sangat dekat dengan-Nya.

- *Pengalaman spiritual*: Seseorang yang mencapai tingkat Qaba Qausain dapat mengalami pengalaman spiritual yang sangat mendalam dan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya.

- *Kesadaran spiritual*: Seseorang yang mencapai tingkat Qaba Qausain dapat memiliki kesadaran spiritual yang sangat tinggi dan dapat memahami rahasia-rahasia spiritual dengan lebih baik.

Qaba Qausain adalah salah satu tujuan utama dalam tasawuf, dan banyak sufi yang berusaha untuk mencapai tingkat spiritual ini melalui praktik spiritual dan disiplin diri.