13 Rajab Lahirnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Guru Spiritual Sepanjang Masa
Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin yang juga sepupu dari Nabi Muhammad SAW. Sepupu Nabi yang lahir di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab, 10 tahun sebelum dimulainya kenabian sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan).

Jalaluddin Rumi merupakan tokoh penyair sufi Persia yang karyanya terkenal hingga di negara Amerika Serikat. Rumi menempatkan Sayyidina Ali sebagai guru spiritual sepanjang masa. Wajar saja jika akhirnya banyak tarikat sufi yang menempatkan Sayidina Ali sebagai Mursyid kedua setelah Nabi Muhmmad SAW.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin yang juga sepupu dari Nabi Muhammad SAW. Sepupu Nabi yang lahir di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab, 10 tahun sebelum dimulainya kenabian sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan).
Nama aslinya Haydar yang berarti Singa. Nabi SAW memanggil Haydar dengan nama Ali yang berarti tinggi derajat di sisi Allah. Sayyidina Ali dilahirkan dari ibu bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Abdul Syukur Al Azizi (2021) mencatat bahwa Ali diambil dari Abu Thalib saat berusia 6 tahun. Kedekatan Ali dan Rasulullah sudah terbangun bahkan sejak Ali masih bayi.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib sendiri memberi pengakuan ini, “Aku masih bayi merah ketika Nabi Saw merawatku dari orangtuaku. Aku selalu lengket bersamanya dan dia menyuapiku, dan ketika menginjak kanak-kanak, dia tidak pernah mendapatinya berkata bohong atau berpura-pura. Bagiku, dia seperti bintang yang selalu memberiku petunjuk dan aku selalu mengikuti perilaku dan perbuatannya dengan seksama” (Najhul Balagah, Khutbah 190).
Tokoh filosof yang juga sufi Ibnu Sina menggambarkan bagaimana keagungan karakter Ali dengan mengatakan, “Para filosof melahirkan murid, bukan pengikut. Pemimpin sosial menciptakan pengikut, tetapi bukan manusia yang utuh.
Para qutub dan syaikh sufi menciptakan “ahli penghambaan”, bukan pejuang yang aktif untuk Islam. Dalam diri Ali, kita temukan karakter filosof, pemimpin sosial, syaikh sufi, dan beberapa sifat para Nabi. Sekolahnya adalah sekolah akal dan pemikiran, sekolah penghambaan dan kedisiplinan. Sekolah kebajikan, keindahan, kecintaan dan pergerakan.” Syaikh Murtahdo Muthahari ulama Persia.