Wajah Tarekat di Maluku; Dahulu dan Sekarang

September 21, 2023 - 01:45
Wajah Tarekat di Maluku; Dahulu dan Sekarang

Dahulu, di rumah-rumah pemeluk Agama Islam di Maluku, selalu ada gambar Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang dipajang. Ini menyingkap makna bahwa ajaran Islam yang paling pertama masuk ke Maluku erat kaitannya dengan tarekat. Hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam praktik ritual Islam di Maluku sarat dengan Tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah, sebagaimana yang disampaikan oleh Mudir JATMAN Maluku, Tuan Guru Hery Talaohu,

“Dalam praktik ajaran Islam kita di Maluku ini sangat kental dengan nuansa tarekat seperti tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah dan lain-lain. Namun, kita tidak sadar untuk menamainya sebagai ajaran tarekat”.

Berbicara tentang kapan masuknya ajaran tarekat Islam ke Maluku ini menimbulkan banyak kontroversi. Masing-masing negeri (orang Maluku menyebut desa/kampung sebagai negeri) meyakini bahwa di negeri merekalah ajaran Islam pertama kali masuk. Ada yang mengatakan masuk abad ke-12, ada pula yang mengatakan abad ke-15, dan seterusnya.

Terlepas dari kontroversi tersebut, intinya orang Maluku punya semangat mengakui negeri-nya sebagai daerah pertama masuknya Islam. Dengan kata lain, orang Maluku sangat bersemangat memegang ajaran Islam sampai-sampai mengakui negeri-nya sebagai daerah pertama masuknya Islam.

Semangat memegang ajaran Islam para leluhur ini belakangan terbentur oleh masuknya ajaran-ajaran puritan dengan slogan bidáh, khurafat dan lain-lain sejenisnya. Mungkin inilah salah-satu faktor sehingga foto-foto Syekh Abdul Qadir al-Jilani saat ini jarang ditemukan lagi di rumah-rumah. Ajaran Islam puritan mulai tampak mengental dalam benak masyarakat muslim Maluku selepas konflik 1999-2002 silam. Para mujahid yang mengatasnamakan jihad fisabilillah guna mewujudkan Maluku sebagai darussalam berubah menjadi darul harb. Inilah problem utama yang dihadapi santri-santri nasionalis di bumi Maluku.

Namun dari realita yang demikian, terdapat percikan api semangat para santri nasionalis di Maluku untuk mengangkat kembali ajaran-ajaran Islam para leluhur. Banyak di antara mereka tergabung ke dalam organisasi mahasiswa seperti PMII, ada juga yang mengikuti aktivitas pengajian Nahdlatul Ulama setiap minggu sekali yang di dawuh oleh Tuan Guru Hery Talaohu dan Tuan Guru Abdul Rahman Tuanaya, dan ada pula yang tergabung ke dalam rutinitas amaliyah Tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah yang dibawakan Tuan Guru Erwin Notanubun serta Tarekat Dasuqiyah yang dibawakan Tuan Guru Hery Talaohu. Semua santri yang tergabung ke dalamanya memiliki spirit yang sama untuk mengangkat ajaran Islam para leluhur. Ketika para santri mencoba mengangkat ajaran tersebut di laman-laman facebook, mereka mendapat kritik dari kalangan puritan.

Ada kasus, ketika salah-satu santri mengangkat tulisan para ulama terkait tasawuf, seketika itu juga masuk kritik bahwa ajaran tasawuf itu bidáh. Bahkan, baru-baru ini ketika kita sedang merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, ada yang mengatakan peringatan itu terlalu berlebih-lebihan alias bidáh. Perkataan bidáh ini kemudian disangkal oleh Tuan Guru Hery Talaohu dan Tuan Guru Abdul Rahman Tuanaya bahwa yang pertama kali merayakan maulid ialah sang pemilik maulid sendiri yakni Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, maulid Nabi Muhammad SAW bukan bidáh.

Selain itu, masih ada semangat para santri nasionalis di Maluku untuk mengeksplorasi naskah-naskah tua tentang ajaran tarekat Islam para leluhur. Memang, problem kita di Maluku sekarang ini masih minim penelitian-penelitian filologi untuk mengeksplorasi naskah-naskah tua. Di satu sisi, ketika penelitian filologi mau dilakukan maka kita akan terbentur dengan reaksi masyarakat muslim Maluku yang enggan membuka naskah-naskah tua tersebut.

Katanya, membuka naskah tua itu termasuk kategori pamali. Hal ini tentu akan membatasi kita mengangkat ajaran Islam para leluhur. Dengan kata lain, ketika kita sulit mengangkat ajaran para leluhur melalui naskah-naskah tua, maka ajaran-ajaran Islam puritan akan semakin mengental dan akhirnya kita kehilangan ajaran para leluhur. Hal ini yang dihadapi para santri nasionalis di bumi Maluku.

Meskipun banyak problem yang dihadapi para santri nasionalis di Maluku, tapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menggelorakan ajaran Islam para leluhur. Sebab, bagi para santri Maluku, menggelorakan ajaran Islam para leluhur sama halnya dengan mengangkat jati diri kemanusiaannya. Banyak hikmah-hikmah yang tersirat dibalik ajaran Islam para leluhur seperti persatuan dan spirit melawan ketidakadilan.

Spirit melawan ketidakadilan ini misalnya tampak dari perilaku almarhum Habib Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Aqil bin Syekh Abu Bakar yang letak kuburannya berada di areal masjid agung An-Nur kota Ambon. Salah seorang habib mengatakan bahwa dulu sewaktu penjajah Belanda masih di Maluku mereka tidak berani lewat di depan Habib Syekh Abu Bakar. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku Habib Syekh Abu Bakar sangat menentang ketidakadilan yang dilakukan penjajah kala itu. Perilaku ini menginspirasi para santri nasionalis di Maluku sekarang ini.

Itulah sekilas ulasan tentang api semangat para santri nasionalis di bumi Maluku. Bahwa, para santri di Maluku memiliki spirit yang sama dengan para santri di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Yakni, menjaga persatuan, melawan ketidakadilan dan mengangkat jati diri kemanusiannya melalui penggeloraan ajaran-ajaran Islam para leluhur. Meskipun para santri di bumi Maluku tidak mengenyam lezatnya dunia pesantren, namun dibalik aktivitas pengajian dan amaliyah tarikat para santri nasionalis Maluku memiliki spirit yang sama dengan lulusan pesantren. Wallahu a’lam

Penulis: M. Kashai Ramadhani Pelupessy (Ketua MATAN Maluku)
Editor: Khoirum Millatin

Jatman Online Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran at-thoriqoh al-mu'tabaroh.