Urgensi Mursyid dalam Tasawuf

Perkataan mursyid berasal dari kata irsyada, yaitu memberi tunjuk-ajar. Dengan kata lain, mursyid berarti seseorang yang ahli dalam memberi tunjuk-ajar terutama dalam bidang spiritual, dalam istilah para sufi.
Mursyid secara istilahnya (menurut kaum sufi) adalah mereka yang bertanggung jawab memimpin murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah Swt. dalam proses tarbiah yang teratur, dalam bentuk tarekat sufiyah.
Para mursyid merupakan golongan pewaris Nabi Muhammad Saw. dalam bidang pentarbiah umat dan pemurnian jiwa mereka (tazkiyah an-nafs), yang mendapat izin irsyad (izin untuk memberi bimbingan kepada manusia) dari para mursyid mereka sebelum mereka, yang mana mereka juga mendapat izin irsyad dari mursyid sebelum mereka dan seterusnya, sampai silsilah izin irsyad tersebut sampai kepada Rasulullah Saw. (tanpa terputus turutannya). Jadi pada kebiasaannya, ia dari keturunan ulama.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Khulashah al-Tashanif al-Tashawwuf dalam membicarakan kualifikasi seorang mursyid menjadikan kebebasan dari kecintaan terhadap harta dan kedudukan sebagai kriteria awal. Adapun syarat-syarat mursyid adalah orang yang:
- Dari hatinya sudah keluar kecintaan terhadap harta dan kedudukan.
- Format pendidikannya berlangsung di tangan seorang mursyid juga, dan begitulah seterusny hingga silsilah itu berakhir pada Nabi Saw.
- Mengalami riyadha (latihan jiwa) seperti sedikit makan, bicara, tidur, serta banyak melakukan shalat, sedekah dan puasa.
- Memperoleh cahaya dari cahaya-cahaya Nabi Saw,
- Terkait kebaikan biografinya, dan kemuliaan akhlaknya seperti, sabar, syukur, tawakal, yakin, thumainah, sakinah, qanaah. amanah, hilim (lemah lembut), bermakrifat, shidiqin, berwibawa, malu, tenang, tidak tergesa-gesa dan lain sebagainya.
- Suci dari akhlaq tercela, seperti sombong, kikir, dengki, tamak, berangan-angan panjang, gegabah dan lain sebagainya.
- Kaya dengan ilmu yang diperoleh langsung dari Rasullullah Saw sehingga tidak membutuhkan ilmu orang-orang yang mengada-ada (ilm al-Mukallafin)
Di dalam tasawuf, peran utama mursyid itu sebagai penunjuk jalan bagi si murid untuk sampai kepada Allah Swt. Syaikh Ahmad Ibn Muhammad Al-Tajibi Ibnu Al-Banna Asy-Syarqathi dalam kitab Kitab Al-Futuhat Al-Ilahiyyah fi Syarh Al-Mabahit Al-Asliyyah berkata dalam sebuah syair:
وانما القوم مسافرون لحضرة الحق وظاعنون
فافتقروا فيه إلى دليل ذي بصر بالسير والمقيل
قد سلك الطريق ثم عاد. ليخبر القوم بما استفاد
Kaum sufi tidak lain sedang melakukan musafir (perjalanan) ke hadirat Al-Haq Yang Maha Benar Maka mereka membutuhkan penunjuk jalan yang benar-benar mengenal seluk beluk jalan itu Dia telah melalui jalan itu, lalu dia kembali untuk mengabarkan apa yang telah didapati.
Penunjuk jalan itu tak lain adalah Mursyid Arif Billah akan dapat mengantarkan seorang Salik sampai ketempat tujuan/finis yang aman yaitu Ahadit Dzat dan dapat menjauhkan Salik dari berbagai gangguan-gangguan selama perjalanan. Sebab murysid tersebut telah mengenal dan telah terlebih dahulu melewati jalan itu dibawah bimbingan orang penunjuk jalan sebelumnya (Mursyid dari Murysid itu).
Apabila si Salik berjalan dengan ilmunya sendiri Tanpa adanya murysid (penunjuk) jalan maka dikhawatirkan Setan dan nafsunya sebagai penunjuk jalan yang akhirnya ia akan tersesat dan hasil yang diperoleh akan membawa malapetaka bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Syaikh Sayyidi Muhammad Al-Hasyimi dalam kitab Haqa’id At-Tashawwuf berkata
“Wahai saudaraku, bersuluk (berjalan) lah engkau dibawah bimbingan seorang Syaikh [murysid] yang bermakrifat kepada Allah, tulus, selalu memberimu nasihat, serta memiliki ilmu yang benar, himmah yang tinggi, kondisi Ruhani yang diridhai. Sebelumnya Syaikh itu telah menempuh tarekat dibawah bimbingan mursyid sebelumnya, mengambil akhlaknya dari akhlak mereka yang mulia dan mengetahui seluk beluk jalan menuju Allah. Maka jika demikian, maka Syaikh Murysid itu akan menyelamatkan mu dari jalan-jalan yang membinasakan, mengarahkanmu untuk bergabung dengan Allah dan mengajarimu untuk menjauhi dari selain Allah. Dia akan berjalan bersamamu, hingga engkau sampai kepada Allah. Dia akan membebaskanmu dari penyakit-penyakit nafsumu dan mengenalkanmu dengan kebaikan Allah kepadamu. Apabila engkau tela- Nya, maka engkau akan bermujahadah di jalan-Nya, apabila engkau telah bermujahadah di jalan-Nya maka dia akan menunjukkan kepada Jalan-Nya dan memilih mu untuk berada di dekat-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang berjihad (mencari keridhaan) Kami (yaitu Allah), benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami (yaitu jalan untuk dekat keapdaNya). (QS. al-Ankabut: 69).”
Untuk memahanmi ilmu tasawuf wajiblah seseorang itu berguru dengan seorang mursyid, karena makna-makna didalam tasawuf sangat halus kental dengan isyarat-isyarat, rumus-rumus dan kalimat simbolik yang dapat difahami oleh ahlinya.
Imam Al-Qusyairi dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah fi ilm Al-Tashawwuf menegaskan “Pohon apabila tumbuh dengan sendirinya, hanya tumbuh dengan daunnya, tetapi tidak berbuah. Begitupula dengan murid (orang menempuh Thariqoh Sufi), apabila ia tidak berguru dengan seorang Mursyid Arif Billah, hanya menyerap begitu saja ajaran tasawuf melalui metodenya sendiri, maka murid itu adalah penempuh Thariqoh Nafsu dan ia penghamba hawa nafsu yang tidak akan sampai ke tujuan. Dan berkata Syaikh Abu Yazid Al-Busthami :
“من لم يكون له استاذ فإمامه الشيطان
“Barangsiapa yang tidak memiliki murysid maka setanlah mursyidnya.”
Abuya Syech H. Amran Wali Khalidi Pimpipan Majelis Pengkajian Tauhid dan Tasawuf Indonesia [MPTT-I] dan mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidyah Aceh menjelaskan ada beberapa tugas mursyid, yaitu murysid yang dapat membawa kita untuk kebaikan dunia dan akhirat kemenangan dalam kehidupan.
1. Ta’lim yaitu mengajarkan ilmu fardhu ain, dan ilmu-ilmu lainnya.
2. Tarbiyah yaitu melatih murid agar dapat mengamalkan ilmu, disebut juga mendidik.
3. Tahzib yaitu melatih murid dapat memperbagus amal dan akhlak.
4. Taşlık, yaitu menjalankan kemauan murid untuk mendekati Allah dan memutuskan selain Allah didalam ingatannya disebut juga dengan Tashfiyah atau memperjalankan ruh untuk wushul bermakrifat kepada Allah.
5. Takmil atau Tamkin yaitu menyempurnakan sebagai Insan Kamil, penyebab Wushul/sampai kepada Allah atau menetapkan keberadaan Allah di dalam bathin hambaNya yaitu Mursyid yang faham syari’at dan hakikat dan telah Tamkin pada dirinya dimana dia berada. Mursyid yang seperti ini sudah jarang adanya, kalau kita melihat, bertemu dengan nya teringat kita Allah.
Sebagai pewaris Nabi dan sahabat-sahabatnya. Kita wajib untuk mendapatkan Mursyid tingkat ke lima sekalipun kita harus menyeberang lautan api. Walaupun kita punya ilmu yang banyak, alim dibelahan dunia,”
Demikanlah pengertian dan peran mursyid, jadi mursyid itu termasuk ulama, namun dalam konteks ulama khusus atau ulama bathin yang dapat memberikan bimbingan spiritual bagi si murid. Mursyid disebut juga sebagai dokter bathin, yang dapat mengobati hati murid dari penyakit-penyakit nafsu. Dan mursyid itu diibaratkan sebagai penunjuk jalan bagi musafir ruhani yaitu murid untuk wushul [sampai] kepada Allah Swt.
Wallahu a’lam bi shawwab
Ilahi anta maqshudi waridhaka mathlubi
Penulis: Budi Handoyo
(Dosen Prodi Hukum Tata Negara Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Teungku Diruendeng Meulaboh-Kabupaten Aceh Barat)