Syekh Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari: Dengan Shalawat Kegelapan Sirna

Dalam Tarekat Syaziliyah, dikenal sebagai master atau syekh ketiga yaitu Syekh Ibnu ‘Atha’illah dengan nama lengkapnya Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atha’ as-Sakandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili yang berasal dari bangsa Arab.
Ia memiliki nenek moyang berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah.
Tokoh sufi yang lahir di Kota Iskandariah tahun 648 H/1250 M tersebut, lalu pindah ke Kairo dan meninggal di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro Mesir pada 1309 M. Julukan as-Sakandari merujuk kepada kota kelahirannya.
Ibnu ‘Atha’illah merupakan pengamal sekaligus tokoh Tarekat Syadziliyah. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri Tarekat Syadziliyah.
Ibnu ‘Atha’illah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah Tarekat Syadziliyah tetap terpelihara.
Pada salah satu kitabnya yang berjudul Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah menyatakan bahwa jiwa manusia yang gelap dikarenakan sebab hawa nafsunya mengikuti syahwat. Sehingga mencegah seseorang untuk wushul (sampainya) kepada Allah Ta’ala. Kegelapan itu tidak akan terangkat dan hilang kecuali dengan cahaya. Sebagaimana dalam riwayat bahwa shalawat kepada Nabi Muhammad saw. merupakan cahaya.
:يقول سيدي ابن عطاء الله السكندري رضي الله عنه وأرضاه في كتابه مفتاح الفلاح ومصباح الأرواح
للنفس الإنسانية ظلمة بسبب اتباعها الشهوات تحجبها عن الوصول الى الله بحجاب الظلمة ولا يُرفع هذا الحجاب ولاتزول تلك الظلمة الا بالنور ولايكون ذلك الا بالصلاة علي النبي صلى الله عليه وسلم لما روي عنه: ان الصلاة علي نور
“Berkata Junjunganku Ibnu Atha’illah as-Sakandari Ra. Dalam kitabnya Miftah al-Falah wa Misbah al-Arwah, bahwa jiwa manusia mengalami kegelapan dikarenakan mengikuti hawa nafsunya, yang menghalanginya untuk mencapai kepada Tuhan (Allah Swt.) dikarenakan tabir kegelapan, dan tabir ini tidak diangkat, dan kegelapan itu tidak hilang kecuali dengan cahaya. Ini hanya dapat dilakukan dengan bershalawat kepada Nabi saw. sebagaimana diriwayatkan bahwa: ‘Sesungguhnya shalawat kepadaku adalah cahaya.”
Penulis: Abdul Mun’im Hasan
Editor: Khoirum Millatin