Santri Ihya’ Ulumaddin Bersholawat dalam Rangka HUT RI ke-76 Tahun

Sebapo, JATMAN Online: Sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia telah mencatat betapa besarnya peran serta pesantren dan santrinya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Teramat banyak tokoh (Kyai-red) yang namanya tertulis atau pun tidak tertulis dalam buku pelajaran sejarah Indonesia yang telah mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan jiwa raga untuk tanah persada, Indonesia. Singkat kata kecintaan dunia pesantren dan kaum santrinya tidak perlu diragukan lagi. “Hubbul Wathon minal iman” adalah pondasi dalam berbangsa dan bernegara bagi pesantren dan santrinya.
Sebagai salah satu wujud kecintaan terhadap Indonesia, Rabu malam, (18/08) keluarga besar Pondok Pesantren Ihya’ ‘Ulumaddin yang berlokasi di KM 22 jalan lintas Jambi-Palembang, desa Sebapo, kecamatan Mestong, Kabupaten Muara Jambi, Jambi menggelar acara bertajuk “Santri Ihya’ ‘Ulumaddin bersholawat dalam rangka HUT RI ke 76”. Acara dipusatkan di halaman Masjid pesantren yang diikuti oleh seluruh keluarga besar pesantren dan masyarakat sekitar. Suasana terasa khidmat saat semua hadirin melantunkan sholawat yang diiringi oleh grup hadroh dan para santri melambai-lambaikan Sang Merah-putih dengan khidmat.
Muhamad Aji Santoso selaku pengurus yang didapuk untuk mengisi mau’izhotul hasanah memaparkan betapa penting arti sebuah kemerdekaan bagi sebuah bangsa, kemerdekaan adalah pintu masuk untuk menentukan nasib dan masa depan. Dan kewajiban santri dalam mengisi kemerdekaan itu dengan ngaji yang tekun agar kelak ketika sudah boyongan bisa memberi manfaat untuk masyarakat. “Santri itu mengisi kemerdekaannya dengan ngaji yang sregep,” jelas ustadz yang biasa disapa Kang Aji tersebut.
Kyai Ahmad Roziqin, ZA al-Hafidz selaku pimpinan dan pengasuh dalam sambutannya berpesan kepada para santri untuk menjadi orang yang ideal yaitu orang yang orang lain bergembira menyambut kelahirannya dan menangis melepas kepergiannya. “Jadilah orang kelahirannya dinanti dan kepergiannya ditangisi,” pesan kyai yang bergelar akademik A.Ma tersebut.
Selepas sambutan pengasuh diisi dengan pemberiaan santunan kepada santri yatim-piatu yang berjumlah 7 (tujuh) orang. kemudian dilanjutkan dengan Simtudduror-an karangan Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Begitu pembacaan do’a selesai acara dilanjutkan dengan pemutaran film Cut Nyak Dien. Film besutan sutradara bertangan dingin sekagus sutradara Eros Djarot sengaja diputar untuk kembali mengingatkan kepada santri betapa perjuangan merebut kemerdekaan itu sangat berat dan untuk memotivasi agar santri semangat mengajinya bisa seperti semangat Cut Nyak Dien dalam merebut kemerdekaan. “Untuk menularkan semangat Cut Nyak Dien ke dada setiap santri,” terang Syafrudin Tirtana salah seorang panitia pelaksana. [Syu’aib]