Puasa dan Terapi Jiwa
Dewasa ini arus globalisasi semakin terasa. Perkembangan dunia internasional baik dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial budaya secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Arus globalisasi, baik positif maupun negatif telah menembus batas-batas negara, bahkan menembus dinding-dinding rumah tangga kita. Melalui televisi, radio, video, internet, telepon dan lain-lain, proses globalisasi terjadi hingga di kamar tidur.

Dewasa ini arus globalisasi semakin terasa. Perkembangan dunia internasional baik dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial budaya secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Arus globalisasi, baik positif maupun negatif telah menembus batas-batas negara, bahkan menembus dinding-dinding rumah tangga kita. Melalui televisi, radio, video, internet, telepon dan lain-lain, proses globalisasi terjadi hingga di kamar tidur.
Di satu sisi, globalisasi yang terjadi oleh tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan ini mungkin merupakan prestasi tinggi manusia selama kurun waktu seratus tahun terakhir. Namun di sisi lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan persoalan serius bagi jiwa manusia. Antara lain adalah :
Pertama, hilangnya orientasi hidup yang bermakna dan pegangan moral yang kokoh. Pada umumnya, masyarakat industri maju (modern) tidak tahu lagi, untuk apa mereka dihidupkan dan kemana sesudah hidup. Yang terpenting bagi mereka adalah bekerja, mencari uang dan bersenang-senang.
Kedua, terjadinya pergeseran tata nilai, dari tatanan kehidupan yang bertumpu pada nilai-nilai spiritual beralih pada pola hidup materialistik, hedonistik, bahkan sekularistik. Pergeseran tata nilai ini dapat kita lihat dari pergeseran pola hidup dari pola hidup sederhana dan produktif kepada pola hidup mewah dan konsumsif, semakin mencairnya nilai-nilai agama, kaidah-kaidah sosial dan susila, semakin berkembangnya sikap serba boleh dalam masyarakat (permissive society) sehingga mereka cenderung membiarkan terjadinya berbagai pelanggaran hukum agama dan norma-norma susila dan semakin berkembangnya sikap individualis bahkan egois, karena dengan alat-alat elektronik mereka merasa bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Ketiga, timbulnya perasaan terasing (alienasi), frustasi, kehampaan eksistensi dan kegelisahan (anxiety) yang tidak jelas ujung pangkalnya sehingga menghilangkan rasa bahagia dalam hidup.
Keempat, terjadinya perobahan sosial yang sangat drastis di tengah-tengah masyarakat, di mana masyarakat dikuasai oleh rasa individualis dan egois,diburu oleh persaingan hidup yang didorong oleh prestise sehingga terjadi hal-hal yang tidak sehat, seperti memfitnah orang lain, menjatuhkan, menyengsarakan, menjerumuskan, bahkan membunuh orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial menjadi berantakan, dan persahabatan berubah menjadi permusuhan. Wal hasil, dunia modern telah berhasil mengantarkan manusia untuk bukan saja mengumbar, tetapi mengeksplorasi dan mengeksploitasi dorongan hawa nafsu manusia
Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan mengontrol syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia itu. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang heriman diwajihkan atas kamu herpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183). Takwa berarti takut melakukan maksiat. Puasa dapat menghancurkan syahwat yang merupakan pokok pangkal maksiat. Puasa benar-benar menjadi benteng dari kecenderungan yang didominasi oleh syahwat. Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman: Setiap amal anak Adam (balasannya) untuknya sendiri kecuali puasa karena sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya. Puasa itu benteng. Jika kalian berpuasa hendaklah tidak berkata keji dan berteriak. Jika dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaknya ia berkata, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR Al-Syaikhan).
Puasa merupakan latihan bagi manusia dalam menanggung kondisi prihatin dan berupaya bersabar atasnya. Dengan puasa, ia bersiap diri menanggung beragam kondisi prihatin yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Kondisi prihatin yang dirasakannya membuatnya dapat berempati terahadap penderitaan orang-orang fakir dan miskin, mendorongnya untuk mengasihi mereka, mengulurkan bantuan dan berbuat baik kepada mereka serta membantu orang-orang yang membutuhkan di antara mereka. Dengan begitu, hubungannya dengan manusia semakin kuat, loyalitasnya kepada masyarakat semakin kokoh. Rasa solidaritas sosial dan kecenderungan membantu manusia juga bertambah. Semua itu pada gilirannya membuat manusia merasakan bahwa ia adalah anggota masyarakat yang berguna, serta menimbulkan perasaan rela dan bahagia dalam diri.
Puasa merupakan terapi yang efektif dalam mengatasi kegelisahan melalui janji surga sebagai balasan bagi mereka yang berpuasa. Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah, dengan hari itu, menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh sepuluh musim gugur.” (HR Al-Syaikham, Abu Dawud Tirmidn, Al Nasai dan Ahmad).
Penulis merupakan Pengurus Pondok Pesantren Baitul Hikmah Depok